Chapter 58: Accident

2.1K 163 3
                                    

Ella tak tau apa yang sedang terjadi. Namun ella menyipitkan matanya, saat merasakan angin kencang menyapu pasir di seberang sana. Karena tak ingin matanya terkena pasir, Ella pun menutup jendela kamar itu.

Kemudian Ella berjalan mendekati Derich. Setelah itu Ella memeluk Derich yang sedang berdiri menggendong Derren "Yang mulia, kenapa disini badainya terasa sangat kencang ya?"

"Maaf ya sayang. Disini angin topan kecil sering terjadi. Ditambah posisi kita dekat dengan angin pantai. Jadi badai seperti ini sering terjadi."

"Ohh, begitu ya." Imbuh ella sambil memeluk Derich semakin erat "Berarti badainya terjadi karena angin topan bertabrakan dengan angin laut kan yang mulia?"

"Pintar sekali dewiku." Ujar Derich gemas. Lalu mencium pipi ella. Ella tertawa dengan aksi Derich.

"Hanya saja," Derich mengelus surai ella lembut.

"Hanya saja?"

"Hanya saja, kau tidak boleh masuk ke dalam gua yang terdapat di dalam pulau ini."

"Kenapa?"

"Karena berbahaya sayang." Derich menatap ke samping "Waktu ku mengajak libur sepertinya salah. Aku tak mengira cuacanya akan seperti ini."

"Tak apa yang mulia. Begini saja, saya sudah senang."

Derich menatap teduh pada ella. Setelah itu ia mengecup puncak kepalanya "Sekarang tidur. Aku tidak ingin kau tidur terlalu larut."

Ella mengangguk. Kemudian mengecup sekilas bibir Derich "Baik."

***

Siulan angin terdengar dari luar. Saat ini ella sedang tertidur di dalam pelukan Derich. Ella mengucek matanya kemudian mendudukkan diri.

Ella tersenyum kecil saat melihat Derich yang sedang naked tampak tertidur begitu lelap di sampingnya. Ia menarik selimut agar menutupi dada pria itu.

Setelah itu ella mengecup kening Derich cukup lama. Kemudian ia turun dari kasur dan memakai jubah putihnya yang talinya ia ikat dipinggang dan mengecek kondisi Derren. Tak biasanya, biasanya Derren akan menangis pada jam segini.

Namun ella tak mendengar tanda tanda tangisan bayi. Keadaan hanya tampak tenang dan sunyi.

Setelah sampai di kamar Derren, tepatnya di samping box bayinya. Ella membekap mulutnya sendiri saat melihat Derren tak ada di tempat.

"DERREN!" Jerit ella.

Lalu ella mencari bayinya ke sembarang arah. Ia mencari ke sana dan ke mari. Si cantik sudah mencari hingga ke seluruh penjuru rumah namun tak ada tanda tanda kehadiran bayinya.

"Hiks hiks hiks," Sehingga Ella menangis karena kehabisan akal dan tak bisa berfikir dengan jernih.

Karena mencari di seluruh penjuru rumah. Dan Derren tidak di temukan. Ella pun membuka pintu rumah berniat mencarinya ke luar. Setelah ia membuka pintu utama itu disambutlah ia dengan udara yang dingin serta badai yang kencang. 

Sepertinya ella melupakan peringatan Derich sebelumnya bahwa ia dilarang untuk keluar pada jam segini. Pada cuaca juga badai yang tidak mendukung ini. Karena pada dasarnya insting seorang ibu yang takut kehilangan bayinya, lebih besar daripada badai ini.

"DERREN! DERREN!!" Ella berteriak mencari bayinya kesana kemari. Tak perduli badai atau udara dingin yang menusuk tulangnya ataupun gelapnya malam yang menghampiri. Ella terus mencari.

Disisi lain, Derich merasa terganggu oleh siulan angin diluar sana yang semakin lama entah kenapa terasa semakin kencang. Derich pun ingin memeluk ella untuk menghilang kan kerutan di keningnya.

730 Day's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang