09

122 11 0
                                    

Happy reading!










Sore ini, Malika tampak bergelut dengan peralatan dapur. Gadis tampak sibuk tanpa memperdulikan ketiga anggota keluarganya yang tengah bersantai diruang tengah.

"Kecap ngapain tuh, Ibun?" tanya Fauzi sembari menatap adiknya yang sibuk sedari tadi.

"Adikmu itu bang, katanya sih ngga mau bantuin ke masjid karena ngga bisa masak, tapi dirumah gayaan mau bikin steak," ujar Ibun sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Padahal temen-temennya ke masjid semua," balas Fauzi.

"Iya. Ibun juga udah nyuruh adikmu ke masjid, tapi anaknya ngga mau. Tau Malika jawab apa?"

"Dia kesana ngga bantuin karang taruna tapi mau takbir aja pake mikrofon sambil nonton sapi yang disembelih," lanjut Ibun yang membuat Fauzi dan Ayahnya terbahak.

Fauzi berjalan menghampiri Malika. Ia berdiri disamping tubuh adiknya sembari menatap wajan yang ditengah nya sudah ada satu daging sapi. Dari cara memasaknya saja sudah salah, batin Fauzi terkikik geli.

"Buat apa?" tanya Fauzi.

"Steak lah," balas Malika.

"Asikk, bisa masak juga nih anak kecil," ujar Fauzi sembari mencubit pipi adiknya.

"Udah kamu bumbuin itu?" tanya Fauzi yang membuat Malika membanting spatula itu diatas wajan.

"Malika lupa kasih garam!!"

"Bukan main adek gue!" Ucap Fauzi tertawa kencang.

"Yahh, Abang! Gimana ini?" tanya Malika langsung mematikan kompornya.

"Hahahah, Mal-Mal. Lagian kamu itu ngga bisa masak, gaya banget mau bikin steak." Malika merengut sebal mendengar ucapan sang Kakak.

"Ibun, ini gimana? Daging Malika ngga bisa dimakan," ujar Malika sembari menatap sendu kearah daging yang sudah berubah warna menjadi kecoklatan.

"Ngga apa-apa, dek. Kamu kalau doyan ya dimakan aja, tapi kalau engga kasih aja buat Corla," ujar Ibun sembari terkekeh pelan.

Malika mendelik tajam kearah Fauzi yang masih sibuk menertawakan kebodohan Malika. Gadis itu lantas memindah daging sapi itu kedalam kertas minyak. Berjalan kebelakang sembari mencari Corla.

Malika kembali kedalam dengan wajah yang ditekuk. Mendudukkan dirinya disamping Ibun sembari menghela nafasnya panjang.

"Lagian, masak kok bisa lupa belum dibumbuin," cibir Rizal sembari terkekeh pelan.

"Lupa, Ayah. Tadi Malika terlalu semangat, habis dicuci dagingnya langsung dimasukin ke wajan," ujar Malika.

"Eh, kecap! Sejak kapan masak daging dicuci dulu?"

"Emang ngga boleh, Ibun?" tanya Malika pada Ibun.

"Yeeee, otak di kecapin sih. Gitu makanya, dongo!" ujar Fauzi sembari menggelengkan kepalanya heran.

"Ya, kan Malika ngga tau."

"Makanya belajar masak, dek. Nanti kalau ngga bisa masak, suami sama anak kamu mau dikasih makan apa?" ujar Ibun seraya terkekeh pelan.

"Malika kasih makan racun!"

"Nanti malem, Abang mau bakar-bakar dirumah Zaidan, dek. Mau ikut ngga? Biar ngga diem aja dirumah," ujar Fauzi sembari menaik turunkan kedua alisnya.

"Halah, bilang aja mau modus sama Kak Zafira, kan? Malika udah tau, ini akal-akalan Abang kan, ngajakin bakar-bakar dirumah Kak Zai biar bisa ketemu Kak Zafi?"

Malika si Kecap AsinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang