19

67 8 0
                                    

Happy reading!!!!


























Yokssss, vote dulu lahhh klennnn‼️





















Hari ini adalah hari bahagia Athallah dan Alara. Tapi tidak bagi Malika. Gadis yang katanya sudah ikhlas itu, jauh dihati kecilnya berkata jika ia tidak baik-baik saja. Pagi tadi, Malika sempat menangis, meratapi nasibnya yang ditinggal menikah oleh lelaki pujaannya.

"Apa sih, Mal yang lo harepin dari Athallah?" gumamnya sendiri.

"Udah tau dari awal dia ngga suka sama lo, maksa amat jadi manusia." Malika terkekeh sendiri karena perkataanya.

Miaw

Malika menunduk menatap kucing kesayangannya yang sibuk menjilati kakinya. Malika berjongkok, lantas menangkup wajah kucing tersebut.

"Calon bapak mu, mau menikah sama perempuan lain, Corla. Ngga apa-apa kan? Nanti kita cari Ayah baru buat kamu, ya," ujar Malika sebelum mengecup puncak kepala kucing miliknya.

Miaw

"Iya, nanti madam cari yang lebih hot dari Athallah." Malika melepaskan kucing miliknya lantas kembali mendudukkan dirinya di kursi.

Kali ini Malika mengusap kedua matanya kasar. Gadis itu tidak mau ada yang melihat mata sembabnya. Malika kembali merapikan make up tipisnya lantas menarik nafasnya panjang dan menghembuskanya perlahan.

"Malika, mau berangkat sama siapa?" tanya Fauzi di depan pintu kamar Malika.

"Abang duluan aja. Aku pergi sama Imel," jawab Malika sembari merapikan jilbabnya.

"Oh, yaudah. Abang duluan ya!" Malika hanya berdehem saja sebagai jawaban.

Dirasa sudah siap. Malika gegas keluar dari kamarnya. Berjalan kehalaman depan sembari menunggu Imel yang akan menjemputnya.

"Malika, ngga bareng sama Abang kamu, dek?" tanya Ibun yang baru saja memasuki pekarangan rumah. Biasa, weekend seperti ini Ibun dan Ayah nya ini gayaan lari pagi.

"Sama Imel, Bun." Ibun mengangguk saja mendengarnya.

"Ngga akan sedih-sedih lagi? Sudah siap lihat Atha bersanding sama perempuan lain?" tanya Ibun mendudukkan dirinya di samping Malika.

"Ibun, Malika itu masih kecil tahuu! Belum ngerti cinta orang dewasa. Sakit hatinya tuh ngga berasa banget," ucap Malika berbohong.

"Heleh-heleh, iya deh yang masih kecil." Malika terkekeh pelan mendengar ucapan Ayahnya.

"Kalau sakit hatinya, ngga apa-apa lho nangis. Ayah sama Ibun ngga melarang. Sakit hati itu wajar. Kalau kamu tahan malah makin sakit," ujar Ayah.

"Ngga kok, Ayah. Malika udah ngga kenapa-kenapa. Capek tahu nangis terus," ucap Malika sembari mengerucutkan bibirnya kesal.

"Iya, ibun paham. Tapi nangis karena capek itu juga perlu. Lepaskan aja semua yang bikin sesak dihati." Malika menatap Ibun dengan sendu.

"Malika ngga mau cinta-cintaan dulu. Yang ini biar Malika tutup dengan senyum, Malika ikhlas kok. Pasti Allah sudah siapkan lelaki yang jauh lebih baik lagi dari Athallah." Ayah dan Ibun tersenyum mendengar ucapan si bungsu.

"Baik, kalau begitu, Malika harus semakin rajin memperbaiki diri, supaya mendapatkan jodoh terbaik pula. Okey Malika?" ujar sang Ayah.

"Okeyyy bosss!!!"

Malika si Kecap AsinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang