Happy reading!
Hari ini Malika dan Imel memutuskan untuk membeli bakso di samping kampusnya. Kebetulan sekali, mereka berjumpa dengan Alara yang terduduk sendirian di meja. Malika dan Imel pun berjalan menghampiri Alara yang sibuk dengan ponsel.
"Hai, Alara. Aku sama Imel boleh duduk disini?" tanya Malika sumringah.
"Ah, boleh banget. Silahkan! Duduk aja," ujar Alara sembari memindah tas miliknya yang berada diatas meja.
"Sendirian aja, La?" tanya Imel pada Alara.
"Iya nih. Temenku ngga masuk kelas hari ini soalnya," jawab Alara sembari tersenyum manis.
"Dari pada sendiri mending mah, ngajakin kita aja. Ya, ngga, Mel?"
"Yoi!" balas Imel sembari memainkan alisnya.
Suara gemuruh suara beberapa orang memenuhi telinga mereka, melihat beberapa lelaki yang memasuki warung.
"As'salamualaikum, ukhti," ujar Dimas lantas mendudukkan dirinya di samping Imel.
"Wa'alaikumusalam,"
"Ngapain sih lo?" tanya Malika sembari melirik Dimas sinis.
"Yeeee, sirik aja jomblo!" ujar Dimas lalu kembali menatap Imel penuh damba.
"Kita gabung sini ya? Cuma meja ini yang kosong," ujar Kalendra.
"Boleh," jawab Imel dan Alara.
"Hadeh, lu nyempil disono masih muat kali." Sewot Malika.
"Apa sih? nih betina satu berisik amat," ujar Dimas sembari melepas tas punggung nya.
Malika melototkan kedua matanya, kemudian memutar bola matanya dengan malas. Gadis itu fokus pada penjual bakso yang kini membawakan pesanan mereka.
"Lo ngga pake kecap?" tanya Kalendra menatap Malika yang memakan bakso tanpa kecap dan saos.
Melihat kuah bakso yang lain berwarna membuat dirinya merasa aneh ketika melihat kuah bakso Malika yang tetap jernih tanpa ada campuran kecap dan saos.
"Aku ngga terlalu suka kecap. Lagian, kan, Malika udah manis. Nanti kalau ditambah kecap makin disemutin." ujar Malika sembari menatap Alara yang terkekeh pelan.
"Kamu lucu ya, Mal? Aku jadi pengen punya adik kayak kamu," ujar Alara.
"Oh, ya? Tapi kalau Abang ku tuh ngga pernah bilang begitu tau. Tukeran aja yuk, kamu aja yang jadi kakak ku," ucap Malika sembari cemberut.
"Aslinya juga pasti Abang kamu sayang sama kamu, Mal. Cowo itu kadang juga gengsi mau ngakuinnya."
"Iya sih," jawab Malika sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kelakuan lo kayak dedemit kali, Mal. Makanya Abang lo begitu," ujar Dimas membuat Malika mendelik sebal.
"Ngga usah sok tau, jamet!" ujar Malika sembari menatap Dimas dengan tajam.
"Imel, bilangin tuh cawo lo. Jadi orang jangan ngeselin," ujar Malika sembari menendang kaki Imel yang berada di bawah meja.
"Cawo apaan?" tanya Kalendra.
"Calon cowo," balas Malika seraya terkikik geli. Puas sekali ia menggoda Imel yang kini malah menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Ada yang merah tapi bukan tomat," celetuk Bintang sembari mengkode Dimas.
"Darah?" tanya Alara.
"Bukan Alara, cantik. Tapi merah karena salting. Ya, kan Imel?" timpal Malika yang membuat Imel langsung menginjak kaki Malika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malika si Kecap Asin
RandomIni tentang perjuangan Malika dalam mendapatkan hati seorang lelaki tampan yang katanya paham agama, lelaki yang katanya nyaris sempurna, lelaki yang mampu membuat hati para perempuan terpikat padanya Tapi, apakan lelaki itu memiliki perasaan yang s...