12

652 44 2
                                    

setelah kepergian wanita itu, Jia terdiam di sana, ia berusaha mencerna semua yang di katakan wanita itu

tanpa sadar mata nya memanas, air mata nya terbendung di pelupuk mata nya, ia merasakan sesak pada dada nya

"ngga, Jendra sama eja bakal tetap sama aku, ngga bakal aku biarin, engga!" Jia sedikit berteriak

Jia menetes kan air mata nya, mata hidung dan wajah nya sudah merah karna menangis, bahkan panggilan telepon tidak ia hiraukan

Jia menggeleng geleng, apa benar ia akan kehilangan Jendra dan eja?

"ngga! mereka bukan punya Adeline lagi, mereka punya aku!" Jia semakin menangis

ceklek

"Jia?" panggil seseorang

"Van?" Jia menghapus air matanya

"aku ngeliat, kamu ngga bisa ngelak, kamu kenapa?" tanya Evan, Jia menggeleng geleng

"ngga, aku gapapa. aku mau pulang aja" jia membereskan meja nya dan pergi dari ruangan nya meninggalkan Evan













Jia pergi ke ruangan Renan, ia sedikit berlari, ia ingin mengadu pada Renan tentang semua nya

karena berlari, Jia tersandung oleh kursi yang ada di dekat nya, untung saja seseorang berhasil meraih nya

"kamu kenapa? ngapain lari lari?" tanya seseorang itu pada Jia

ia menempatkan Jia di kursi itu, Jia menunduk, seseorang itu menangkup wajah Jia, terlihat wajah yang memerah dan mata yang sembab

"ji?" seseorang itu memerhatikan setiap inci wajah cantik itu

Jia menggeleng geleng, ia memeluk tubuh kekar itu

"hei? calm down, ayo ke mobil" ajak Jendra

seseorang itu adalah Jendra

mereka berjalan ke arah mobil, Jendra membukakan pintu mobil agar Jia duduk di sana

"kenapa sayang? ada apa?" tanya Jendra, yang di tanya menggeleng dan bahu nya bergetar

"oke oke, nanti aja cerita nya, kita pulang dulu ya?" Jia hanya diam mendengar ucapan Jendra

mobil di jalan kan, Jendra memperhatikan Jia yang sedang gelisah, banyak pertanyaan dalam diri nya sekarang













setibanya di rumah, Jia menatap Jendra, sungguh ia tidak ingin kehilangan laki laki itu

"ji?" panggil Jendra dengan lembut

"k kamu sama eja ngga bakal ninggalin aku kan?" tanya Jia ragu ragu

Jendra mengernyit, bagaimana bisa suami nya memikirkan sejauh itu? sungguh tidak pernah terlintas di benak nya, apa apaan, bagaimana bisa ia meninggalkan Jia dan calon anak mereka

"ngomong apa si? ngga lah" Jendra membawa tubuh kecil itu ke dekapan nya

Jendra membawa Jia agar masuk ke rumah, ia menyuruh agar para art nya mengasingkan diri dahulu karena ia dan Jia akan berbicara

"kenapa sayang?" tanya Jendra

"kamu sama Adeline kenapa bisa pisah?" tanya Jia

"kok nanya gitu?" Jendra

"maaf" cicit Jia

"dia mau bangun karir, aku ngga bisa ngelarang" singkat Jendra

runtuh harapan Jia jika wanita itu berbohong mereka pisah karna bukan masalah besar

my favorite doctor ||NosungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang