25

617 59 2
                                    

Jendra pulang bersama teman teman nya, keadaan nya kacau, di pikiran nya sekarang hanya Jia

setibanya di rumah, semua nya sudah menangis, bahkan Juno pun menangis seolah merasakan sedih tentang hal ini

Nara menghampiri anak nya yang berada di ambang pintu, ia memeluk tubuh itu, ia mengerti kesedihan anak nya

Jendra lemas, ia terduduk di lantai, ia meringkuk, bagaimana bisa ia kehilangan orang yang sangat ia cintai

"Jia pergi ma, ninggalin aku dan anak anak, kenapa dia kaya gitu ma? kenapa?" tanya Jendra dengan terisak

"Jendra" Ashila menghampiri Jendra

"mi, maaf. maaf untuk rasa sakit yang mami terima" Ashila memeluk tubuh menantu nya itu

"jujur saja mami ngga ikhlas, tapi mami bisa apa?" Ashila

"Jendra, cinta Jia begitu besar karena siap mengorbankan diri nya demi kamu" Nara










di tempat itu, Adeline terduduk sembari memeluk kaki nya sendiri, entah apa yang membuat nya sangat merasa bersalah, padahal diri nya sendiri yang sudah membuat Jia dan Ken seperti ini

Adeline terkejut mendengar suara pada sebuah ruangan sempit di sana, di dalam ruangan bawah tanah, ada ruangan tempat penyimpanan senjata, Adeline memeriksa ruangan itu, perlahan ia membuka pintu itu

"JIA?!" teriak Adeline

"awas" Jia

terlihat Jia sudah terluka cukup parah, karena ruangan itu beberapa adalah senjata, Adeline tersadar, mungkin saja mereka mengeluarkan senjata itu dan bersembunyi di sana

"ken.." Adeline menatap kekasih nya yang terluka parah

"kalau kamu masih punya hati nurani, bawa dia kerumah sakit" Jia

"Jia, ayo ikut aku" Adeline memegang tangan Jia

"ngga! ngga usah pura pura! aku ngga akan masuk jebakan kamu lagi!" Jia berucap sembari terbatuk batuk

"Jia, maaf" hanya itu yang bisa di ucapkan Adeline

Jia hanya diam, ia mulai berjalan ke arah atas, badan nya sakit semua

flashback

"aku pasrah" Jia menghela nafas berat, ia mulai menerima jika benar ia akan mati di sini

"ngga! kamu liat di sana? ada ruangan senjata, keluarin sebagian, kita masuk, itu termasuk ruangan yang kokoh karna ada senjata berbahaya di sana" Jia mengangguk

mereka berdua berlari ke arah ruangan itu, Ken membuka ruangan dan mengeluarkan sebagian senjata, 10 detik, waktu mereka 10 detik lagi

"Jia kamu masuk dulu" Ken membiarkan Jia agar masuk terlebih dahulu

suara detik bom mulai terdengar, Jia menarik Ken agar masuk ke dalam ruangan itu, dan seketika pendengaran mereka di isi dengan suara ledakan, bahkan ketika sudah di dalam ruangan itu, mereka masih terkena ledakan nya, badan Jia terpental ke sudut ruangan, sedangkan Ken tertimbun reruntuhan di sana









ia memegang kaki nya yang terasa sakit, ia sedikit lega karena masih di berikan kesempatan hidup.

"Jendra, kamu pasti udah anggap aku mati ya? aku di sini Jen" gumam Jia

Jia menghadang taxi yang lewat, ia akan pulang ke rumah nya









sedangkan di rumah, semua nya sedang berduka, eja sudah meraung raung di pelukan Jendra, Jendra sendiri pun menangis

my favorite doctor ||NosungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang