🦋 Butterfly 26 🦋

2.5K 304 181
                                    

Vote nya dulu, gak sopan kalau baca doang tapi gak vote sama komen.

Tangisan Geskana semakin kencang, pipi bulat dan hidungnya bahkan sudah sangat merah karena terlalu lama menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangisan Geskana semakin kencang, pipi bulat dan hidungnya bahkan sudah sangat merah karena terlalu lama menangis. Sedangkan Samudra dari tadi berusaha menenangkan Geskana, tapi Geskana tetap tidak berhenti menangis.

"Sayang, jangan nangis lagi. Mas tidak apa, sayang." Ucap Samudra sambil mengusap lembut punggung Geskana.

"T-tapi punggung Mas luka-lukanya banyak. Itu karena Geska." Geskana berucap dengan di iringi isak tangisnya.

Ketika Geskana bangun, ia sangat terkejut melihat punggung Samudra penuh dengan luka cakaran. Dan saat itu juga Geskana langsung menangis.

"Sayang, Mas tidak sakit. Jangan nangis lagi, memangnya Geska tidak lelah menangis terus? Sudah hampir satu jam, sayang."

Isakan Geskana terhenti ketika mendengar ucapan Samudra. "Apa yang satu jam, Mas?" tanya Geskana bingung.

"Geska nangis, sudah hampir satu jam Memang tidak sadar?"

Geskana semakin bingung, padahal seingatnya ia baru saja menangis. "Mas Samudra memang menghitung bagaimana? Dari tadi kan Mas berusaha menenangkan Geska."

"Mas, sebentar." Geskana melepaskan Samudra dari pelukannya dan memegang perutnya. "Adek bayi kenapa ya, Mas?" tanyanya dengan keringat yang sudah membanjiri pelipisnya.

"S-sakit sekali." Dahi Geskana mengernyit dengan mata yang terpejam erat karena menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang perutnya.

"Sayang kenapa?!" tanya Samudra panik. "Kita Ke rumah sakit, ya?"

"Shh sebentar, Mas." Geskana menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia meletakkan tangannya di bahu Samudra dan meremasnya pelan.

"Sayang, kita ke Rumah sakit. Oke?" tanya Samudra lagi tapi Geskana menggelengkan kepalanya pelan.

"Mas, usap-usap saja," pinta Geskana dan langsung di turuti Samudra. Geskana merasakan tangan dingin Samudra yang mengelus perutnya.

"Sayang, jangan nakal. Jangan bikin Bubu nya sakit." Samudra terus mengusap lembut perut Geskana sambil berbicara pada calon anak mereka.

"Mas, sudah. Sekarang tidak sakit lagi—"

"Mas nangis?" Geskana sedikit terkejut ketika Samudra menatapnya dengan mata yang basah. "Mas, Geska tidak kenapa-napa."

"Mas khawatir." Samudra menyembunyikan wajahnya pada perut Geskana dengan tangannya melingkar di pinggang si manis.

"Mas, terima kasih sudah hadir di kehidupan Geska. Terima kasih atas semua perhatian yang Mas berikan pada Geska. Geska sayang Mas ...."

Behind the Butterflies 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang