•
•
•
"Kau, kenapa kau ada di sini?!" kata Dae-Hee menggeram, bak harimau yang sedang dalam keadaan terancam. Di sebelah kirinya terdapat sebuah nampan dengan piring-piring kosong di atasnya.
"Aku ... aku mau makan kimchi restoranmu!" Minji mengelak, setidaknya hendak sedikit berbuat kebaikan dengan membeli dagangan Dae-Hee sekalian juga mengisi perutnya selama setengah hari ini, toh itung-itung juga menutupi tabiatnya yang sebenarnya hendak melamar pekerjaan.
"Tidak ada lamaran pekerjaan!" Pemuda itu menggeser Minji kasar untuk segera menyingkir dari arah tempatnya berjalan, lantas hendak menuju belakang restoran.
"Astaga! Aku hanya ingin makan. Mengapa kau malah mengusir seorang pelanggan?" Minji buru-buru mengikuti Dae-Hee, yang membungkuk menyimpan piring-piring kotor tersebut di sebuah baskom berisi air untuk direndam. Setelahnya, Dae-Hee bangkit hendak kembali ke restoran. "Piring-piring kotor yang direndam di air kurang jernih itu malah mengendap kuman dan akan menimbulkan bau tak sedap! Lebih baik disimpan dulu saja kalau tidak dicuci sekarang," kata Minji setengah menceramahi.
"Itu bukan urusanmu. Pergilah, jangan membuat pelangganku pergi." Dae-Hee mengibas-ngibas tangannya seolah tengah melambaikan tangan.
"Kau pikir aku ini pembawa sial?!"
"Memang benar, kecilkanlah suaramu. Dari mana sih kau dilahirkan? Lubang pengeras suara?"
Kata-katanya yang tidak sopan malah makin mengundang Minji untuk menggerutu, sambil datang mendekat padanya. "Dasar laki-laki sombong! Apa masalah yang aku lakukan padamu sampai kamu memperlakukanku begitu?!"
"Berisik berisik! Sana pergi!"
"Aku mau beli Kimchi—"
"Dae-hee, apa yang terjadi?" seorang wanita setengah baya berkata lembut di balik konter kasir. Matanya yang teduh agak melebar terkejut melihat putranya berdebat mulut dengan seorang gadis yang tampak asing.
Minji yang pada awalnya hendak melanjutkan perdebatan terpaksa berhenti atas rasa kikuk nan malu. Siapa juga yang merasa tak segan saat kau malah terlihat ribut di tempat umum? Gadis itu buru-buru menjauh, merapikan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Ibu .. dia orang asing yang sangat menganggu," sungut Dae-Hee sembarangan, mendekat pada ibunya lalu meraih piring bersih.
"M-maaf, Bu, sepertinya ada salah paham ... aku ke sini hanya untuk beli Kimchi .." Minji memelototi Dae-Hee cepat-cepat, dongkol sekali dengan fitnah tak berdasar pemuda itu. Padahal baru kemarin keduanya saling kenal.
"Oh! Kalau begitu jangan mengusir pelanggan, Dae-Hee! Mengapa kau memperlakukannya dengan kasar?" Wanita itu menoleh pada putranya, disambut garukan kepala canggung. "Kemari, Nak, Ibu akan membuat Kimchi paling terkenal di sini." Ia buru-buru melangkah pada sebuah meja kosong, mengelapinya singkat sebelum kembali ke dapur untuk mengambil makanan.
Minji masih ditelan rasa dongkol. Ia memandangi Dae-Hee dari sudut matanya. "Tuh, yang sopan dengan tamu. Memperlakukanku begitu, kau kira aku perampok?" Pemuda yang ia sunguti hanya mendengkus kasar, menyusil ibunya di dapur sebelum beberapa lama wanita itu datang dengan sepiring kimchi dan nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOWHERE TO GO
Fantasy[17+] sebagai seorang simpatis sosial, Ong Minji, gadis berdarah setengah Korea berambisi membuat sebuah karya novel visualnya untuk bersaing dengan komik-komik laknat yang malah jadi tren di kalangan anak muda, komik BL. Namun, mungkin Tuhan berkeh...