[03] Park Misul

467 55 7
                                    

Masih di hari yang sama, Distrik Gangnam, Seoul, Korea Selatan. Pemuda yang baru dikenal Minji sebagai sebuah karakter manhwa BL-Song Dae-Hee tengah menggenggam erat sebelah tangannya. Keduanya membungkam mulut, antara memang ingin segera menyelesaikan urusan ataupun kecanggungan yang mulai tercium.

Keramaian sekitar seakan membisu bagi Minji, lantaran satu-satunya yang ada di pikirannya bahwa ternyata memang ia bertransmigrasi ke sebuah serial manhwa. Diam-diam Minji mengumpat kesal. Minimal, kalau bertransmigrasi, ke manhwa normal saja. Entah itu romance, aksi, misteri, pokoknya Minji tak mau menghadapi hal yang bahkan lebih menyeramkan daripada film horor ini, harus berhadapan dengan pemuda Gay. Harap-harap, Minji hanyalah karakter NPC yang tak akan terlibat apa-apa dengan hubungan laknat mereka.

Tak dirasa beberapa menit berlalu, akhirnya Dae-Hee menghentikan langkahnya saat kedua netra tersebut melihat plang cokelat bertuliskan 'Katakura Yakiniku'. Diliriklah si gadis yang masih terdiam menatap pautan tangan keduanya, membuat sang pemuda buru-buru melepaskan genggamannya.

"Kita sudah sampai."

"Owh-maksudku, makasih, ya ..." Canggung sekali saat Minji bergeser langkahnya untuk mendekati tempat mencolok tersebut. Tepat sebelum ia membuka pintu restoran, dirinya termundur kaget saat mendapati seorang pemuda mendahuluinya. Nadanya yang mirip-mirip dengan remaja lelaki cempreng hampir membuatnya terhenyak.

"Noona, aku ternyata lebih cepat darimu-" Senyumnya yang anehnya berkilau di mata Minji membuat sang gadis diam untuk mencerna baik apakah benar remaja tampan ini adalah adiknya. Namun, adegan lain sempat sang gadis lihat adalah, anehnya remaja ini mulai melunturkan senyuman seterang matahari itu. Netranya yang tadi berbinar silih berubah menjadi kilatan amarah, dan anehnya, kedua tangannys terkepal di masing-masing samping pinggangnya.

Karena dikuasai oleh rasa penasaran, sengaja Minji menoleh sejenak untuk memastikan apa yang diperhatikan Remaja sampai membuatnya menghilangkan aura cinamonroll itu. Dan seketika, bahunya terangkat sejenak saat ia sadar Dae-Hee sama sekali belum meninggalkan tempatnya.

Dae-Hee menyetak air wajah yang sama dengan Minji-bingung. Tubuh bongsornya bagai diikat, sedangkan netranya pun ikut terfokus pada Remaja di hadapan Minji. Keduanya saling menabrakan pandangan selama kurang lebih satu menit. Rasanya, dunia berlalu semakin lambat untuk Minji. Semuanya terlalu memusingkan!

"A-apa-yang terjadi?"

Mula-mula, sorot mata itu masih tertahan, sampai akhirnya si Remaja melemas. Ia meleburkan ekspresi tegangnya sebelum menggenggam tangan Minji secara tiba-tiba. "Ayo Noona, kita pergi." Remaja itu akhirnya menarik Minji ke dalam restoran, sebelum sang gadis menariknya pelan untuk mengucapkan kata terakhirnya pada Dae-Hee.

"Hey! Um ... Dae-Hee-ssi, aku akan bayar-"

"Nggak usah, adikmu menunggu, tuh." Dae-Hee menunjuk si remaja tadi dengan dagunya. Acap kali senyuman Minji meluntur.

"Owh ... baiklah, maaf ya, sampai jumpa lagi." Dengan agak lemas, ia masuk ke dalam restoran dengan si adik asingnya ini, sedangkan Dae-Hee melenggang pergi kembali ke tempat makannya.

Di dalam restoran, tak terlalu ramai di sekitaran. Si Remaja nyatanya sudah mengklaim salah satu meja, terlihat bagaimana sebuah jaket tersampir di salah satu kursi. Untuk memastikan, Minji membiarkan si adiknya ini untuk menyimpan pantatnya duluan.

NOWHERE TO GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang