[09] Worry

194 33 1
                                    

"Sial! Polisi pun tak berguna!"

Geraman tersebut hampir menggema di dalam kondominium milik Park bersaudara, dengan sang adik yang sedari tadi mencengkram teleponnya erat-erat baru saja selesai melakukan percakapan dengan seorang aparat yang katanya akan bertugas mencari tahu hilangnya keberadaan Minji. Namun, selang satu minggu tak ada sedikit pun perkembangan, menghasilkan kekhawatiran yang makin menumpuk dari Misul.

Dadanya yang sedari tadi rasanya telah dicengkram erat, Misul akhirnya tak bisa menahan nafsunya sambil melemparkan ponselnya ke arah sofa secara asal tak mempedulikan bahwa mungkin alat tersebut akan rusak dan ia akan kehilangan salah satu sumber informasinya.

Sesuatu yang telah ia prediksi benar terjadi, dan Misul tak bisa menahan kemarahan mengapa tidak sejak dahulu ia mencegah kakaknya bergerak? Ia hanya tak ingin Minji mencurigainya.

Buru-buru pemuda tersebut meraih jaket menuju luar ruangan pergi selain kantor polisi yang terus membuatnya mual hampir seminggu penuh. Ia harus mendapatkan kebenarana keberadaan kakaknya secara langsung, tanpa mengandalkan para polisi yang sangat tak berguna untuk diandalkan.

Restoran kimchi milik Dae-Hee telah sepenuhnya tutup seminggu ini—lama waktu yang sama dengan hilangnya Minji serta Dae-Hee. Setiap kali ia menatap pahatan pintu kayu yang mulai digigiti rayap selalu membuat Misul merinding, merasakan gejolak di dalam dadanya terus menyiksanya berpikir apa saja hal yang terjadi dengan Minji.

Jika seandainya ia datang dan bertindak lebih cepat akankah semuanya tercegah?

Misul menggelengkan kepalanya kasar, langsung membuka ponselnya—yang layarnya sudah retak lantaran ia jadi sering membantingnya—membuka sebuah aplikasi peta daring menatap dengan serius setiap lekukan garis petunjuk di dalamnya.

"Aku akan datang, tenang saja Minji."

Tanpa berlama-lama, ia bergegas pergi dari restoran yang perlahan tertelan oleh waktu dan keberadaannya."

===

Syuting film dewasa yang tadinya akan segera dilakukan akhirnya harus batal lantaran Minji yang berulah nan keras kepala. Saburo malas, sudah kehilangan suasana hati untuk melanjutkan salah satu bisnis laknatnya, akan tetapi setidaknya terbayar oleh sedikit rasa tertarik akan keberadaan baru dari seorang gadis bernama Minji.

Gadis-gadis yang sering ia ambil sembarangan biasanya hanya akan memasrahkan diri terhadap apa pun yang akan terjadi pada mereka. Karen, mereka tahu, sulit untuk bisa bebas dari kandang singa. Melawan bisa jadi sama saja mati. Namun, gadis Park tersebut sama sekali tak mengenal kata "pasrah" terhadap suatu hal yang akan menjatuhkan harga dirinya.

Tentu saja, ulahnya mendapat sebuah konsekuensi besar berupa bogeman di bagian perutnya yang makin-makin memperparah kondisi kesehatannya sendiri. Minji tak bernafsu makan, sekalinya mencium aroma makanan pun boro-boro air liur bertumpuk, malah asam lambung yang rasanya malah akan segera kembali memanjat ke kerongkongan.

"Jika kau tidak makan, kau akan mati membusuk di sini." Go-Hyun dengan sembarangan menyuapkan sedikit nasi pada mulut yang sedikit berdarah milik Minji.

Gadis itu tahu, ia harus makan, akan tetapi rasa ganjal di perutnya ini sulit sekali untuk dihadapi.

"Hoeeek ..."

NOWHERE TO GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang