DEAR DIARY 2

25 6 0
                                    

Kaikala menuangkan sambal kedalam mangkuk mie ayam yang ada dihadapannya, mata Carla melotot melihat sambal yang begitu banyak diatas mie ayam milik Kaikala.

"Lo ga salah Kal?, sakit perut lo makan itu."

"Engga, La. Gue lagi pengen banget makan pedes." Kaikala mengaduk semangkuk mie ayam yang tadinya berwarna pucat menjadi merah karena sambal yang ia tuang.

"Kalo sakit perut jangan minta gue buat anter ke toilet ya."

"Ga bakal."

Kaikala telah selesai mengaduk mie ayamnya hingga rata, tangannya baru saja ingin menyuap mie ayam tersebut kedalam mulutnya namun langsung tertahan saat Antares menutup mulutnya.

"Apa apaan lo makan mie ayam merah kaya gitu, ga sayang lambung?."

"Ck! apaan si lo?!. Suka suka gue lah mau makan apa."

"Ga bisa gitu Kala, lo punya magh. Kalo lo makan pedes kaya gini perut lo bisa sakit."

"Yaudah si kalo sakit tinggal ke toilet." tangan Kaikala bergerak mendekatkan sendok ke mulutnya tetapi lagi-lagi di halangi oleh Antares.

"Makan yang bener, sana pesen nasi. Biar mie lo gue yang makan."

"Apaan si, ini mie gue!. Ngatur banget lagian."

"Gue ngatur karena gue perduli sama lo, Kal. Gue ga mau perut lo sakit cuma gara-gara mie ayam ini, pesen nasi atau gue aduin lo ke Om Bima?."

"Ga asik lo." Kaikala langsung bangun dari kursi dan pergi memesan makanan lain. Jika ia tetap keras untuk memakan mie ayam tersebut tidak akan bisa sampai besok karena Antares lebih keras kepala darinya.

Melvin dan Carla yang melihat kejadian tersebut hanya bisa menutup mata dan telinga, tidak ada yang bisa ia lakukan jika Antares dan Kaikala sedang ribut.

"Batagor lo keliatan enak, La. Bagi dong." tangan Melvin baru saja ingin mengambil satu biji batagor milik Carla namun kalah cepat dengan sang empu.

"Enak aja lo, beli sendiri. Ini punya gue." Carla memeluk piring berisi batagor agar Melvin tidak mengambilnya.

"Pelit banget lo jadi cewe." ucapannya dibalas dengan juluran lidah dari Carla.

Kaikala datang dengan membawa sepiring nasi kuning, ia menarik kursi yang ada disebelah Antares. Bibirnya masih cemberut lantaran kesal dengan apa yang dilakukan Antares tadi.

"Nah gitu dong makan nasi, ini baru anak pinter." Antares menggusar rambut Kaikala.

"Ck, jangan pegang-pegang gue!."

"Ngambek nih ceritanya?." Antares mencolek dagu Kaikala, tangannya dipukul oleh sang empu saat melakukan hal tersebut.

Melvin dan Carla saling tatap, ia merasa muak dengan pemandangan yang ada dihadapannya saat ini. Jika tidak berantem, Antares dan Kaikala bersikap seperti orang pacaran.

─  ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─

─  ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan perasaan terpaksa Kaikala mengganti bajunya dan pergi menemui Antares di depan rumah, sebenarnya ia masih marah namun tidak tega jika Antares harus kedinginan dan di gigiti nyamuk karenanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan perasaan terpaksa Kaikala mengganti bajunya dan pergi menemui Antares di depan rumah, sebenarnya ia masih marah namun tidak tega jika Antares harus kedinginan dan di gigiti nyamuk karenanya.

"Udah cantik gini kok masih cemberut, senyum dong."

"Udah cepet." Kaikala mengulurkan tangannya minta helm kepada Antares.

"Maafin gue dulu, baru kita jalan."

"Buruan, Ares."

"Maafin dulu Kala, plis..." Antares memasang puppy eyes, Kaikala menghembuskan nafas. Saat seperti ini pasti Antares akan menggunakan senjata andalannya yang membuat Kaikala tidak bisa menolak.

"Iya dimaafin." ucap Kaikala dengan nada ketus dan wajah datar.

"Senyum dulu coba kalo beneran dimaafin, mana senyum cantiknya?."

Kaikala menarik kedua ujung bibirnya dengan terpaksa, Antares tertawa melihat Kaikala yang begitu lucu menuruti permintaannya.

Tangan Antares memasangkan helm ke kepala Kaikala, tak lupa ia menurunkan footstep motor agar Kaikala bisa langsung naik keatas motornya.

"Pegangan." Kaikala berpegangan pada ujung jaket yang dikenakan Antares. Matanya melihat kepalan tangan kecil Kaikala pada jaketnya.

Antares tersenyum dibalik helm, ia membawa kedua tangan Kaikala memeluk tubuhnya agar gadis itu tidak jatuh dari motor. Motor Antares menyala dan langsung melenggang pergi menuju pasar malam.

DEAR DIARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang