"Apaan banget si Melvin, orang gue biasa aja ke Kala, we're just friends."
Antares tiba-tiba langsung terdiam, ia mengingat-ingat perasaan dalam dirinya saat melihat Jerga dan Kaikala didepan kelas tadi. Hatinya terasa panas dan ada perasaan tak rela saat melihat ada laki-laki di sisi Kaikala selain dirinya.
Tetapi ia masih denial dengan perasaannya, ia tetap mengira bahwa itu adalah nalurinya sebagai seorang sahabat. Ia takut jika ada laki-laki lain yang akan menyakiti Kaikala jika bukan dirinya yang berada di sisi gadis itu.
"Masa iya gue suka sama Kala." gumamnya, ia masih mengartikan sesuatu yang ia rasakan saat melihat Jerga mendekati Kaikala, apakah itu perasaan cemburu? atau hanya rasa takut jika sahabatnya akan di sakiti oleh laki-laki itu.
"Ga mungkin."
─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─
Carla memilih beberapa buku yang ia butuhkan untuk belajar, Kaikala menunggu temannya itu sambil membaca novel yang telah ia pinjam dari perpustakaan.
"Oh iya, lo semalem ngedate sama Melvin?."
Carla menoleh dengan cepat, alisnya menyatu, "Ngedate? ga usah ngaco lo."
"Bukannya lo pulang bareng dia terus makan ramen?."
"Lo tau darimana?."
"Ares bilang ke gue, katanya Melvin ngirim foto pas dia lagi makan ramen sama lo."
"Ngapain si tuh orang pake bilang-bilang segala, gue ga ngedate. Cuma pulang bareng aja kemarin, gue ga enak nolaknya karena Melvin udah nungguin gue sejam lebih di sekolah."
"Buset, dia sampe nungguin lo?. Bukan main, apa sih yang kurang dari Melvin?. Dia effort, royal, baik, suka bantuin lo, romantis, apa lagi yang bikin lo ga nerima La?."
"Bukan masalah itu Kal, gue belum mau pacaran."
"Alesannya?".
"Gue masih mau bebas, gue ga siap terikat komitmen."
"Hah.. Melvin juga ga bakal ngekang lo kali La, asal lo bisa bagi waktu antara me time lo sama Melvin. Gue tau lo orangnya independen women banget, tapi kalo misal kita punya seseorang yang mau nemenin dan bantu kita kapan aja itu rasanya nyenengin banget La."
"Ohh jadi lo seneng selama ini di temenin sama Ares kemanapun?."
"Apaan sih! jangan ganti topik deh lo!."
"Ekhm, mohon jangan berisik di dalam perpustakaan ya!."
"Eh hehe, maaf ya Kak."
"Elo si kenceng banget ngomongnya, udah ayo balik ke kelas. Gue udah nemuin bukunya."
─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─
Kaikala dan Antares menikmati sushi di restoran jepang favorit keduanya, Kaikala bilang jika dia sangat bosan hanya duduk diam di dalam kamar maka dari itu Antares mengajak Kaikala keluar agar tidak merasa bosan.
"Pelan-pelan aja makannya, ga ada yang mau minta makanan lo." ibu jari Antares mengusap noda saus yang ada di sudut bibir Kaikala.
"Ga bisa pelan-pelan soalnya ini sushi kesukaan gue."
"Nanti lo keselek, Kal. Kalo kurang gue pesenin buat lo makan di rumah, sekalian buat nyokap bokap lo."
"Hehe terimakasih Anatares."
Antares tersenyum dan menggusar rambut Kaikala dengan gemas, "Sama-sama anak kecil." matanya tidak lengah dan terus menatap gadis yang ada di depannya.
Ia sangat senang melihat Kaikala tersenyum dan bahagia seperti itu, selama 17 tahun ia berhasil menjaga senyuman Kaikala tetap terlihat. Antares telah berjanji sampai kapanpun ia akan terus di sisi Kaikala dan membuat gadis itu tersenyum.
"Ngapain sih ngeliatin terus? naksir lo?."
"Engga, tapi lo cantik Kal. Padahal lagi makan."
Kaikala menahan diri agar tidak salah tingkah, "Baru sadar lo kalo sahabat lo ini cantik?."
"Engga, dari dulu lo emang cantik. Abis ini lo mau kemana lagi?."
"Emm.. kayanya langsung pulang aja deh, perut gue ke kenyangan, ga kuat jalan lagi."
"Makannya jangan maruk." Antares menjepit kedua pipi Kaikala dengan satu tangan.
"Aduhh!, apaan si lo!. Sakit tau ga?!."
"Ssttt, ga usah teriak-teriak. Ga enak sama yang lain."
Kaikala mengacungkan jari tengah di depan wajah Antares, laki-laki itu hanya tersenyum gemas melihat Kaikala yang begitu lucu saat sedang marah.
"Lo ga ada niatan cari pacar gitu, Res?."
"Engga, kan udah ada lo."
"Bukan itu maksud gue, kan kalo ada pacar lo bisa di perhatiin, di sayang, punya someone to talk, ga kesepian, ga-."
"Gue udah punya itu semua, dan itu semua dikasih sama lo. Jadi gue ga butuh lagi yang namanya pacar atau apa pun itu, ada lo di hidup gue udah cukup banget Kal. Gue punya someone to talk dan someone yang bisa bikin hari-hari gue cerah."
"Emang susah ya ngomong sama jomblo akut."
"Yee mana ada gue jomblo akut."
"Gue jadi pengen punya pacar deh, pengen kaya Carla yang dapet effort dari Melvin, di perhatiin Melvin."
"Dari gue kurang, Kal?."
"Dari lo kan beda Res, lo sahabat. Sedangkan gue maunya pacar."
"Ngapain punya pacar kalo sahabat lo bisa ngasih semua yang lu butuhin?, udah ga usah aneh-aneh pengen punya pacar segala macem. Ntar sakit hati, nangis, gue juga yang repot."
"Apaan si lo?!, kalo cemburu bilang aja, segala bilang gitu."
"Gue ga cemburu, Kal. Ngapain gue cemburu?."
"Ya siapa tau lo diem-diem punya perasaan sama gue."
"Penyakit geer-nya kambuh."
"Yaelah udah jujur aja si, suka kan lo?."
"Engga, Kal."
"Udah jujur aja."
"Astaga mau jujur apa lagi, engga."
"Itu muka lo merah tuh."
"Nih bocil ya."
"Ye ye salting hahahahaa."