Mata Kaikala berbinar melihat lampu-lampu penghias di pasar malam yang terlihat sangat indah. Suasana pasar malam sangat ramai dikunjungi oleh para remaja yang pacaran dan juga anak kecil yang datang bersama orang tuanya.
Tangan Antares menggandeng tangan Kaikala, menuntun gadis itu masuk kedalam untuk menikmati wahana serta jajanan yang ada. Laki-laki itu menggenggam tangan Kaikala dengan erat karena ia takut jika terpisah dengannya nanti gadis itu akan hilang.
Seperti kejadian saat di bazar kala itu, Kaikala terpisah oleh Antares, Melvin dan Carla membuat ketiganya panik karena sulit menemukan Kaikala yang badannya mungil.
"Lo mau naik yang mana dulu?."
"Bianglala." Kaikala menunjuk ke arah wahana yang sedang berputar, Antares mengangguk sebagai jawaban.
Menunggu antrean panjang hingga akhirnya Antares dan Kaikala menaiki wahana tersebut, bianglala terus berputar dengan perlahan hingga puncak.
Mata keduanya melihat pemandangan dibawah yang terlihat sangat indah dengan lampu-lampu yang menyala serta gedung-gedung dan rumah dimalam hari yang terlihat seperti hamparan bintang dibawah sana.
Kaikala tersenyum sangat bahagia, terakhir ia menaiki bianglala saat berumur 7 tahun. Ia menaikinya dengan Antares juga saat itu, jadi saat ini ia merasa dejavu.
"Sekarang lo udah senyum ya naik ini, padahal dulu nangis-nangis ga mau naik." suara Antares memecah keheningan didalam wahana.
Kaikala terkekeh kecil, "Dulu kan gue masih kecil, masih takut sendirian. Sekarang gue udah gede makannya berani."
"Udah gede katanya." ucap Antares dengan nada meledek.
"Lo kenapa gitu banget di?!." Kaikala hendak mencubit pinggang Antares namun laki-laki itu menghindar membuat bianglala yang mereka naiki bergoyang, "Res, Res. Goyang..."
"Y-ya lo makannya diem, jadi goyang kan dia." tangan Antares di genggam sangat erat oleh gadis dihadapannya, ia tertawa lepas melihat wajah panik Kaikala yang terlihat lucu baginya.
"Kok lo malah ketawa?!."
"Muka lo lucu kalo lagi panik. Eh.. diem Kal, lo mau kita mati konyol gara-gara jatoh dari bianglala?." Kaikala menggeleng, ia langsung diam duduk manis padahal ia ingin mencubit pinggang Antares. Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan.
Wahana telah berhenti, kini Antares dan Kaikala kembali berkeliling mencari wahana selanjutnya, mata Kaikala menatap boneka beruang putih besar yang tergantung pada bambu yang menjadi tempat hadiah dari sebuah permainan.
Antares menyadari bahwa Kaikala ingin memiliki boneka itu, "Lo mau boneka itu?."
"Mau, tapi emang lo bisa ngenain kaleng itu sampe jatoh?."
"Apa yang ga gue bisa, Kal?."
Antares langsung menarik Kaikala menghampiri permainan melempar bola sampai mengenai kaleng yang disusun diatas papan kayu.
Bola satu siap di lempar oleh Antares, sebelumnya ia membidik dengan sangat teliti agar bola itu bisa mengenai kaleng hingga jatuh dalam sekali lempar.
Antares menghela nafas, Kaikala ikut deg-degan melihatnya. Ancang-ancang dilakukan oleh Antares sebelumnya melempar hingga akhirnya satu lemparan berhasil menjatuhkan tujuh kaleng yang disusun.
Laki-laki itu memilih hadiah untuk diambil, ia memiliki boneka beruang putih besar yang diinginkan oleh Kaikala lalu memberikannya kepada gadis itu.
"Lucu banget!!!, makasih ya Ares. Lo emang sahabat terbaik gue!." Kaikala begitu antusias menerima boneka yang diberikan oleh Antares, ia memeluknya dengan sangat kencang.
Antares tersenyum, pemandangan seperti ini yang dia suka. Senyuman cantik dari sahabatnya, Kaikala.
"Nah gitu dong senyum, kan cantik jadinya. Lo mau main apa lagi?."
"Udaha deh mainnya, gue cape. Oh iya, lo bilang mau beliin gue permen gulali kapas?."
"Iya, ayo beli."
Mereka langsung mencari gulali kapas dan membelinya, saat sudah mendapatkannya, Antares dan Kaikala duduk di kursi panjang yang ada dipinggir gedung serbaguna sembari istirahat.
"Nih." Kaikala menyuapi permen gulali kapas ke Antares, "Makasih ya buat malam ini, gue senenggggg banget bisa main di pasar malem lagi setelah sekian lama."
"Sama sama, gue juga seneng ngeliat lo senyum kaya gini. Senyum terus ya Kal?, lo cantik kalo senyum." mata Kaikala berotasi, sebenarnya ia salah tingkah saat Antares mengatakan itu.
"AH!." Kaikala teriak karena terkejut saat tiba-tiba saja kembang api menyambar di udara, "Tai banget kembang api."
"Hahaha, gitu aja kaget lo."
"Ayo kesana, Res. Kembang apinya bagus banget."
"Iya, ayo Kal."
Antares dan Kaikala bangun dari duduknya membiarkan boneka beruang besar itu di kursi, keduanya mendongak menatap langit malam yang dihiasi dengan cahaya warna-warni dari kembang api.
Mata Kaikala berbinar dengan senyumannya yang begitu merekah, malam ini sungguh mengobati rasa marahnya kepada Antares perihal mie ayam di kantin sekolah. Kaikala sangat berterimakasih kepada laki-laki itu, Antares memang paling bisa membuatnya tersenyum bahagia dan melupakan rasa amarahnya kepada sahabatnya itu, terimakasih Ares.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.