"Nikmatilah hal-hal kecil yang ada dalam hidup, sebab suatu hari nanti kamu akan melihat ke belakang dan kemudian menyadari bahwa itu adalah hal-hal besar."
~NB~
ooOOoo
Pagi itu, suasana kelas terasa ramai dengan suara obrolan dan tawa teman-teman sekelas Arif. Namun, di pojok ruangan, Arif duduk termenung di mejanya, terasing dari keramaian. Matanya terpaku pada jendela, tapi pikirannya melayang jauh pada malam kemarin yang selalu menghantuinya.
Arif mengusap rambutnya kasar, kemudian ia menghela napas lelah dan menggelamkan kepalanya di atas meja. Kepalanya terasa sangat pusing.
Puk
Seseorang menepuk punggung Arif, "Kau baik-baik saja?" tanya tiba-tiba.
Arif mendongak terkejut melihat Azril di depannya dengan tatapan khawatir. Jantung Arif berdetak kencang, ia tak tahu harus merespon apa. Ia masih tak terima dengan kenyataan yang menimpanya.
Arif mengusap tengkuknya, ia ingin mengatakan sesuatu, namun tangannya segera di tarik oleh Azril, "Ayo ke kantin bersama. Aku lapar" katanya sambil menarik tangan Arif.
Para murid memperhatikan mereka dengan pandangan aneh sekaligus bingung.
Kumala, "Eh sejak kapan mereka berteman?" celutuknya.
Farras mengepalkan kedua tangannya, dengan perasaan kesal, pemuda itu pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya. Azfar menggeleng pelan.
.
.Semenjak kemarin, Aziz terus memanyunkan bibirnya. Entah apa yang dipikirkan pemuda itu, karena Aziz tak ingin menjawabnya. Bahkan Han sendiri sudah merasa geram dengan sepupunya itu. Jika saja membunuh orang itu diperbolehkan, mungkin ia sudah membunuh Aziz dari kemarin.
"Oy tunggu!!" seru seseorang tiba-tiba.
Han, Aziz, Akirra, dan Kesya menghentikan langkah mereka. Seseorang mendekat dan membuat Aziz semakin cemberut. Akirra terkekeh, sedangkan Kesya dan Han menatap bingung.
Orang itu menghampiri mereka, dan menatap Aziz, "Gimana keadaan lu? Lu tidak pingsan lagi kan hari ini?" cecarnya.
Han menyerit, "Siapa lu?" tanyanya
Orang itu membola, "Oh astaga, lu tidak tahu siapa gua?" tanyanya.
Han menggeleng, orang itu menepuk dahinya, "Jangan bilang kalian semua tidak tahu siapa gua?" tanyanya sekali lagi.
Ketiga pemuda mengangguk, orang itu berdecak, "Sialan kalian memang. Kenalin gua Tegar Riyadit wakil OSIS disekolah ini."
Ketiga pemuda itu menganga tidak percaya.
"Paman?!" seru Han tanpa sadar.
Kesya segera menutup bibir Han, dan Aziz menginjak kaki Han. Han meringis. Akirra segera menarik tangan Han dan membawanya pergi. Para pemuda itu berlari.
Tegar melotot tak percaya, "Oy!! SIALAN LU SEMUA!!!" teriaknya.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twelve Maidens Revived
FantasyBerabad-abad yang lalu, sebuah pertempuran epik mengguncang dunia yang menggugurkan dua belas gadis yang memiliki kekuatan luar biasa. Dalam bayang-bayang kekacauan, mereka terjebak dalam konspirasi kelam yang membuat mereka jatuh satu per satu, ing...