Bab 5 - Sekai no kyūseishu

2 2 0
                                    

Di gedung Hokage. Setelah pertemuan mereka dengan kesembilan gadis itu beberapa waktu yang lalu, kelima kage beserta dengan yang lainnya juga Sferabot tengah mengadakan rapat rahasia.

Mei Terumi menumpu kepalanya di tangan kanan yang berada di atas meja. Perempuan itu menatap sinis pada pemimpin desa Kumo yang duduk di sebrangnya, "Anak-anak ini sungguh menarik. Bukan begitu Raikage-sama?"

Raikage menumpu kedua tangannya diatas meja, alisnya mengkerut dalam, "Anak-anak itu..." gumamnya.

Oonoki menyeringai, "Ada apa Raikage-sama? Wajah anda terlihat
buruk?" tanyanya

Tanpa merubah ekspresinya, "Tidak. Hanya saja.. awalnya aku pikir mereka adalah anak-anak lemah. Tapi sepertinya aku keliru. Mereka bukanlah anak-anak biasa." pikir A

Mereka mengangguk setuju. Memang pada awalnya mereka menganggap kesembilan gadis itu hanyalah gadis-gadis biasa dan berlawanan dengan ramalan dari tetua katak. Tapi tidak disangka, panilaian mereka tentang kesembilan gadis itu salah. Sangat tidak menyangka jika murid-murid baru mereka berasal dari keturunan Klan-klan yang sudah punah ataupun hampir di dimensi mereka. Dan bahkan murid-murid baru mereka juga sangat cepat mempelajari jurus-jurus yang mereka ajarkan, beberapanya merupakan jurus tingkat tinggi.

Tsunade mengangguk, "Aku setuju tentang itu. Jadi Sferabot.. apa kau mengetahui sesuatu tentang mereka?" tanyanya

Sferabot menghela nafas, menggeleng, "Aku sama sekali tidak tau. Yang ku tahu mereka adalah orang-orang terpilih." jawabnya.

"Mengenai ramalan tertua katak, apa mereka yang dimaksud. Jiraya-san?" tanya Inoichi

Jiraiya terdiam sejenak, "Mungkin saja." katanya ragu

Nek Chino mengerutkan dahi kerutnya, "Apa maksud anda Jiraiya-san?"

Jiraiya menghela nafas, "Dalam ramalannya terdapat 12 gadis remaja dari dunia lain yang dapat memberikan cahaya pada sisi bulan yang gelap." Jelasnya

Dahi Gaara mengerut, "Dua belas? Tapi mereka hanya sembilan? Apa ia keliru?" tanyanya

Jiraiya menggeleng, "Ramalannya tak pernah salah.

.
.

Novi mengambil bajunya yang sudah kering di jemuran dadakan yang mereka buat di depan api unggun. Ia menatap Mega dan Sherly yang juga sama sudah selesai mengenakan baju mereka. Ketiganya sudah siap. Mereka saling menatap satu sama lain lalu mengangguk. Mega menyiram api unggun kemudian ketiganya keluar dari goa. Dan pergi menyusul tim satu.

.
.

"Sial jumlah mereka sangat banyak!!" teriak Riska frustasi.

Awalnya ketiga gadis itu berhasil melumpuhkan lawan, namun beberapa saat kemudian para bantuan dari pihak musuh bertambah banyak. Dan saat ini keadaan mereka sedang terdesak. Ketiga gadis itu saling membelakangi dengan posisi siaga. Dengan byakughannya Emilda memperhatikan keadaan sekitar. Gadis itu berusaha mencari jalan keluar.

Nia diam-diam mengambil peledak cahaya. Dan saat seseorang dari pihak lawan ingin menyerang, ia terlebih dahulu melemparkan bom tersebut. Dan mengenai pedang yang dipegang oleh lawan.

BOOMM... TRINKK...

Bom tersebut meledak dan mengeluarkan cahaya yang sangat terang.

Ketiga gadis itu melompat, menghindari ledakan. Riska membentuk segel tangan,
"Shōton: Kurenai no Kajitsu."

Tiba-tiba dari dalam tanah muncul kristal dan mengurung beberapa lawan yang lengah. Beberapa lawan yang berada di atas pohon yang menyadari serangan itu, berusaha untuk menyerang balik. Namun dengan cepat Emilda menyerang terlebih dahulu.

The Twelve Maidens RevivedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang