Waktu Haruka masih kecil, dia selalu mengagumi kakaknya. Sang kakak yang bisa melakukan apa saja, dan tidak pernah terlihat kekurangannya sama sekali. Dengan begitu Haruka bisa mengandalkan kakaknya, dia bangga karena menjadi adik kandung dari kakaknya itu.
Namun, pemikirannya tentang hal demikian tidak berlangsung lama. Setelah dia beranjak remaja, Haruka memahami banyak hal. Bahwa di saat kakaknya menjadi orang yang luar biasa hebatnya, maka dia akan menjadi orang yang paling rendah-serendahnya. Karena dia berbeda, dia memang telah di hinakan sejak lahir.
Tidak pernah kedua orangtuanya membelai dirinya, bahkan mereka terus menyalahkan Haruka dalam segala hal. Haruka tidak kenapa-kenapa jika hal seperti itu, hanya terjadi di keluarganya saja.
Tapi, semua orang justru memperlakukannya dengan hal yang serupa. Dia mendapatkan banyak perlakuan buruk, dan lontaran kalimat-kalimat yang menyakitkan.
Haruka memang kuat, akan tetapi dia selalu menangis di sepanjang malam. Tangisannya tak pernah di dengar oleh siapapun. Padahal dia yang tidak mengetahuinya, jika sang kakak mendengar tangisan pilu itu.
Brak!
"Eh kerjain lah tugas kita, aku lupa kalau ada tugas dari sekolah," ucap Sasaki pada Haruka yang tengah menatap ke arah luar.
Anak itu justru tidak meresponnya sama sekali, dia tidak suka jika diperlakukan seperti ini. Menjadi pintar bukan hal yang bisa membuatnya di perlakukan dengan baik, justru dengan kepintarannya dia di manfaatkan.
"Kau dengan tidak?!" Bentaknya yang memukul Haruka menggunakan buku miliknya.
"Kau kerjakan saja sendiri, jangan menyuruhku. Ini kan tugasmu."
Haruka memang tidak pernah takut, dia berani melawan siapa saja. Melihat dirinya terus mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang di sekitarnya, dan tidak ada yang membelanya. Memang sudah seharusnya, Haruka lah yang memberikan pembelaan itu sendiri.
Seperti biasa, jika Haruka menolak bahkan sampai melawan. Sasaki tidak akan tinggal diam, dia menggebrak meja Haruka. Dan langsung menarik kerah baju anak itu. Matanya menatap dengan tajam, alih-alih siap untuk menerkamnya pula.
"Kau berani mengancam ku? Kau pikir aku akan diam saja?" Ucap Haruka yang tersenyum sinis.
Saat Sasaki siap melayangkan tinjunya, seseorang menahan pergerakannya itu. Tangannya di cengkeraman dengan kuat, dan terasa sangat menyakitkan.
Ternyata si oknum adalah Ren yang merupakan kakaknya—Haruka. Dia memang akan datang di saat seperti ini, apalagi jika adiknya sedang terlibat dalam keadaan buruk.
"Kau memang mempermainkan aku ya, Sasaki. Apa boleh buat, aku tidak masalah jika setelah ini masuk ke ruang konseling. Dan di skor atau bahkan di keluarkan dari sekolah, yang terpenting aku puas karena memberikanmu hukuman!" Katanya yang terdengar lantang dan penuh penekanan.
Ren benar-benar sudah siap untuk melakukan tindakannya, dia tidak pernah membiarkan adiknya kenapa-kenapa. Sampai sekarang pun, Ren masih menjadi pelindung Haruka.
"Kak, pikirkan dirimu. Dan aku tidak suka kau membelaku seperti ini," ucap Haruka dengan lirih, dan keluar dari kelasnya.
Yang awalnya Ren sudah bersiap-siap untuk menghajar Sasaki, justru dia urungkan niatnya. Dan berlari pergi untuk mengejar adiknya. Ren hanya ingin memikirkan perasaan Haruka, dia melakukan segala tindakannya hanya untuk adik kesayangannya itu.
Dan entah sejak kapan, Haruka justru tidak menyukainya. Dia tidak pernah tersenyum seperti dulu lagi.
"Haruka, kau kenapa menghentikan ku. Padahal aku ingin sekali menghajar wajahnya. Dan ku buat dia tidak bisa lagi memanfaatkan mu," ucap Ren yang merasa kesal pada Haruka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐾𝑒𝑡𝑢𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑘𝑎𝑘 [✓]
RandomKala malam telah datang. Tangisan mulai terdengar. Hal itu memiliki sebuah alasan. Sebab ada seseorang yang meminta keadilan. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1kasumi ✐1miyoshi ✐2tidakadil ✐2tega ✐3kiryu ✐4togame ✐4umemiya ✐6ren ✐9nirei Start-22-Juni-2024 Sabtu ...