Pada akhirnya Ren tidak akan memilih untuk membiarkan ayahnya bertindak sesuka hatinya saja. Haruka itu adalah putra kandungnya, perlakuan buruk yang diberikannya tidak pantas jika terus diberikan olehnya.
Haruka tentunya terluka, hanya saja dia tidak banyak bicara mengenai keluhannya. Rasa sakit yang terasakan, Haruka simpan sendirian. Walaupun nantinya akan sulit untuk di obati olehnya sendiri.
Saat ini Ren mencoba memilih waktu untuk membicarakan hal yang lebih mendalam tentang adiknya. Ren tidak tahan lagi, jika ayahnya akan sesuka hatinya saja sampai akhir. Haruka pasti akan jauh lebih kesakitan lagi, Ren tidak ingin adiknya terus kesakitan. Dan tangisannya tak terdengar.
"Kenapa kau datang ke ruangan ayah? Kalau tidak penting jangan menganggu," kata ayahnya yang sibuk menatap layar laptop di depannya.
Kemudian Ren mendekat, dia menatap ayahnya dengan tatapan yang tajam. Bukan karena ingin mengancam, dia kesal karena seseorang yang ada di hadapannya itu. Adalah seorang peluka, bagaimana bisa dia terus memberikan luka pada Haruka.
Selama ini Haruka bukan benar-benar kuat, dia berusaha untuk tetap bertahan hidup. Karena dia takut pada kematiannya.
"Jangan menyakiti Haruka lagi, jika aku tidak ada bagaimana dengan dia nantinya. Ayah pasti akan membuatnya memilih mati, dari pada bertahan hidup," kata Ren yang langsung pada intinya.
"Memangnya ayahmu ini peduli? Dari awal dia tidak seharusnya ada."
Brak!
Sang ayah terkejut saat Ren menggebrak mejanya. Dia bahkan memberikan tatapan yang tajam, alih-alih untuk menunjukkan betapa dia marah atas perkataan itu.
"Ayah sudah gila? Dia tetaplah anak kandungnya ayah. Aku tidak menyangka, jika ayah pantas untuk di panggil seorang ayah. Jika peran itu saja tidak pernah ada," ucapnya lagi yang lebih memberanikan diri, untuk menatap ayahnya lama.
"Kau datang ke sini untuk mengatakan hal tidak penting. Dan kau justru membelanya, kau harus tahu. Jika Haruka bukan keluarga kita!"
"Jika dia bukan keluarga kita, maka ayah memang sudah gila. Aku payah memperankan sebuah peran penting itu, aku benar-benar kecewa. Aku benci memiliki seorang ayah yang bahkan tidak peduli pada anaknya sendiri," setelah mengatakannya, Ren pun memilih untuk pergi.
Dia tahu pasti akan sia-sia saja berbicara dengan ayahnya. Tapi, setidaknya dia merasa lega. Karena untuk pertamakalinya dia menatap lebih tajam pada ayahnya.
Jika dulu Ren berusaha untuk menghindarinya saja, dan melindungi Haruka. Maka sekarang, Ren akan memberikan sebuah pembelaan. Di mana ayahnya akan mengetahui, bahwa Ren lebih memihak Haruka.
"Ren benar, kita seharusnya peduli pada Haruka. Beberapa kali aku mendengar Haruka menangis. Anak yang selama ini tidak pernah menangis di depan kita, ternyata dia menyembunyikannya. Dia bukannya kuat, dia hanya tidak punya waktu untuk menunjukkan kelemahannya itu," ucap sang istri yang merupakan ibu dari Haruka dan Ren.
Dulu dia memang sangat membenci Haruka, karena beranggapan bahwa Haruka adalah si pembawa sial. Namun, melihat Haruka yang tetap tersenyum. Dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja, wanita baya itu merasa tidak tega.
Haruka hanya berusaha untuk kuat, dia tidak pernah bersungguh-sungguh melakukannya. Lantas bagaimana bisa, dia yang merupakan seorang ibu tidak berperasaan dan menyakitinya.
"Dia tetap si pembawa sial, jangan mengatakan hal-hal yang membuatku muak."
Seorang ayah yang keras kepala, dia yang paling buruk memerankan perannya. Justru menyalahkan Haruka yang malang. Jika terus seperti ini, caranya untuk bertahan hidup pasti akan sulit ditemukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐾𝑒𝑡𝑢𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑘𝑎𝑘 [✓]
AcakKala malam telah datang. Tangisan mulai terdengar. Hal itu memiliki sebuah alasan. Sebab ada seseorang yang meminta keadilan. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1kasumi ✐1miyoshi ✐2tidakadil ✐2tega ✐3kiryu ✐4togame ✐4umemiya ✐6ren ✐9nirei Start-22-Juni-2024 Sabtu ...