chapter sembilan || seandainya aku tidak berbeda

206 33 3
                                    

Jika semua orang menampakan kesedihannya, maka kebahagiaan tidak akan lagi terasakan. Orang-orang hanya mengenal kesedihan, dan melupakan bahwa pernah bahagia. Tapi, manusia itu semuanya kuat. Mereka memanfaatkan senyuman untuk berpura-pura bahagia. Tidak ada salahnya, hal seperti itu sudah sangat sering terjadi.

Bahkan berlaku juga pada Haruka, sekalipun hidupnya terlalu banyak deritanya. Dia pernah juga merasakan kebahagiaan, berkat kakaknya. Dia tidak mungkin melupakannya, karena bagaimanapun kebahagiaan itu sangat berharga dalam hidupnya .

Tapi ada satu hal yang Haruka pikirkan. Mereka yang mudah merasa bahagia sebenarnya yang paling sering menangis tanpa sebuah suara. Manusia itu pembohong yang handal. Haruka terus merasa khawatir pada kakaknya. Barangkali kakaknya memang sedang berbohong padanya.

Tidak peduli seberapa banyak dia tertawa lepas, dan menunjukkan kebahagiaannya pada yang lain. Ren tidak akan terbebaskan akan kesedihannya sendiri.

Haruka hanya melihat kakaknya menangis jika dirinya terluka. Dia menangis untuk Haruka, entah seberapa sering kakaknya menangis. Haruka juga tidak tahu, mungkin bisa saja. Tangisan kakaknya tanpa suara, dan itu sebenarnya sangat menyakitkan.

Bagaimana caranya agar Haruka mampu menguatkan kakaknya, seseorang yang juga melindunginya selama ini. Jika kakaknya tidak ada, mungkin Haruka juga tidak memiliki keinginan untuk hidup.

"Haruka!" Panggil seseorang yang nada suaranya cukup tinggi itu.

Haruka segera menoleh, dia sebenarnya terkejut buat main. Padahal bisa saja memanggilnya dengan santai, tanpa perlu meneriakkan namanya itu.

"Ka-kau?"

"Ingat namaku baik-baik, aku Togame Jo. Kita pernah bertemu sebelumnya. Jadi kau satu sekolah juga dengan kakakmu, aku penasaran saja kau sedang apa. Ternyata kau sendirian. Apa kau selalu sendiri?" Ucap Togame yang terlalu blak-blakan itu

Tidak masalah, Haruka juga tidak tersinggung. Baginya menyendiri seperti sekarang adalah kebaikan. Dia tidak perlu terlibat pada permasalahan yang akan di timbulkannya.

Haruka ingin merasakan kedamaian saja, bukan benar-benar menghindari orang-orang disekelilingnya itu.

"Sudah berapa lama kau memilih untuk diam? Bukankah jika kau diam saja, mereka hanya akan mengatakan keburukan mu tanpa henti. Saat aku masuk ke kelas ini, aku mendengar orang-orang menceritakan mu. Apa kau tidak dengar? Mereka mengatakan kau itu anak terkutuk. Mana mungkin kau tidak mendengarnya," ucap Togame lagi, kali ini suaranya cukup terdengar penuh penekanan.

Tidak mungkin Haruka terbiasa oleh keadaannya. Sekalipun dia mendengarnya, Haruka juga tidak bisa mengubah apapun. Jika dia melawan semuanya justru akan menjadi kesalahannya. Walaupun berdiam diri juga kesalahan, yang terpenting Haruka tidak terlibat.

"Apa karena kau berbeda, padahal kau terlihat unik. Aku suka gaya rambutmu, aku juga suka matamu yang memancarkan warnanya yang indah. Di setiap warna yang berbeda itu," kata Togame yang justru memujinya.

Bahkan seluruh pasang mata menatapnya dengan heran. Selama ini, Haruka hanya mendengar kalimat tidak menyenangkan dari yang lain. Tapi, teman-teman kakaknya justru mengatakan hal yang sebaliknya.

"Tapi aku ingin seperti kakakku, seandainya aku tidak berbeda darinya. Mungkin hidupku akan lebih baik," ucap Haruka dengan lirih. Dia malu jika mengatakannya dengan sedikit keras. Orang-orang pasti akan menganggapnya menjijikkan.

Togame tidak tahu betul bagaimana rasa sakit yang Haruka rasakan. Tapi, melihat reaksi anak itu. Sepertinya Haruka berjuang mati-matian dalam hidupnya.

Dia tidak mungkin tidak terluka pada perkataan orang-orang yang menyakitinya. Haruka hanya berusaha bertahan hidup saja, dia memiliki alasan di baliknya. Entah dengan alasan apa, tapi Haruka memang anak yang luar biasa hebatnya.

𝐾𝑒𝑡𝑢𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑘𝑎𝑘 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang