chapter delapan || Haruka tidak membenci kakaknya

189 32 3
                                    

Tidak banyak yang bisa di lakukan oleh Ren, jika dia mendengar tangisan Haruka di malam hari. Dia hanya bisa berdiri di depan pintu kamar adiknya cukup lama, sampai tangisan itu tidak terdengar lagi. Mungkin itulah cara satu-satunya, agar Ren bisa memastikan bahwasanya sang adik bisa melalui kehidupannya.

Tangisannya merupakan bentuk rasa sakit yang ada. Hanya Ren yang mendengarnya jika Haruka menangis seorang diri di kamarnya. Kamar kedua orangtuanya berada di lantai bawah, itu sebabnya tangisan Haruka tidak akan di dengar oleh mereka.

Jika di malam hari Haruka menangis, Ren juga tidak akan bertanya penyebabnya. Karena bagaimanapun Ren tidak seharusnya bertanya, tangisan itu juga tentang rasa sakit. Haruka pastinya sulit untuk menjelaskannya.

"Haruka masih sering menangis ya?" Kusumi sebenarnya tidak ingin mempertanyakan nya. Tapi di posisi lain, dia sangat peduli pada Haruka.

Ren mengangguk pelan, jika mengingat tentang adiknya. Dia merasakan banyak hal yang perlu dilakukannya. Akan tetapi, Ren hanya bisa melakukan beberapa saja.

Melihat temannya mengubah ekspresi wajahnya menjadi sedih, Kusumi juga merasa bersalah. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, padahal dia ingin sekali membantu. Ren memang di kelilingi oleh kebahagiaan di manapun dia berada, dan orang-orang juga langsung menerimanya.

Tidak heran jika Ren memiliki banyak teman, sebab dia orang yang sangat royal kepada siapa saja. Dia baik, dan dia tidak membedakan siapapun. Itu sebabnya Ren memiliki teman-teman baik pula di hidupnya.

Tapi, hal itu tidak berarti sama sekali. Jika adiknya masih tetap sendiri. Tidak adil bagi Haruka, jika kakaknya masih bisa merasakan kebahagiaan. Sementara Haruka tidak sama sekali.

"Akhir-akhir ini Haruka tidak di ganggu kan? Tapi aku selalu mendengar perkataan menyakitkan tentangnya. Aku selalu bertanya-tanya di mana letak kesalahan Haruka. Dia anak yang pendiam, dia benar-benar tidak mengatakan sepatah katapun. Dia tidak seharusnya di benci," kata Kusumi sambil mengeluarkan beberapa permen tangkai dari dalam sakunya.

Ren menatapnya dengan tatapan yang teduh, dia juga langsung mengambil permen yang dikeluarkan oleh Kusumi. Mendengar apa yang Kusumi katakan, memang sudah sangat jelas.

Letak kesalahan adiknya itu di mana? Lagian tidak ada salahnya jika berbeda. Ren juga selalu bertanya-tanya tentang perihal demikian. Kenapa Haruka memiliki kehidupan yang buruk seperti itu, dia pastinya tidak bisa merasakan ketenangan. Dan selalu menguatkan hatinya, jika terus saja kembali terluka serta mendengarkan kata-kata rendahkan untuknya. Haruka pastinya tidak akan tetap baik-baik saja, pada akhirnya dia akan menunjukkan betapa lemahnya dia dalam bertahan hidup.

"Haruka itu anaknya pendiam, tapi melihatnya memiliki warna mata berbeda. Rasanya menjijikan kan ya?" Ucap salah satu teman sekelas Ren.

Ren tidak mendengarnya, sebab dia mengenakan headphone yang selalu di bawanya itu. Sedangkan Kusumi yang mendengarnya tidak bisa diam saja. Dia beranjak dari duduknya, Ren yang melihat Kusumi berdiri hanya diam saja. Dia memang tidak tahu apa-apa saat itu.

Sampai akhirnya Kusumi memukul teman sekelasnya itu. Pukulan yang sangat kuat, dan secara berulang kali. Ren langsung panik, dia mendekati Kusumi dan menahan tangan anak itu.

Enomoto yang baru sampai di kelasnya pun ikut dibuat panik juga, keduanya sama-sama menahan Kusumi. Karena jika di biarkan, Kusumi bisa lebih buruk lagi. Dia memang pandai berkelahi, tidak ada yang bisa melawannya balik. Kecuali Ren dan beberapa teman dekat lainnya. Karena Kusumi juga tidak bisa memukul mereka.

"Kau kenapa?!" Sentak Enomoto sambil mencengkeram pundak Kusumi dengan kuat.

"Mereka bilang Haruka menjijikkan, apa itu hal yang perlu mereka katakan. Bagaimana bisa mereka mengatakannya dengan mudah, apa kesalahan Haruka padamu sialan!" Ketus Kusumi yang mengepalkan tangannya. Dia masih benar-benar marah, dan tidak terima dengan apa yang di dengarnya.

𝐾𝑒𝑡𝑢𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑘𝑎𝑘 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang