chapter lima || sang kakak memiliki ketulusan besar

231 35 4
                                    

Haruka tidak pernah bisa menyamai langkah kakaknya, di langkahnya yang kecil. Dia berusaha untuk terus berlari, merasa takut jika tertinggal dari kakaknya. Dan tidak bisa berjalan beriringan dengan sang kakak.

Tapi, segala sesuatu yang Haruka lakukan. Dia tidak pernah bisa mengejar kakaknya. Dia selalu tertinggal jauh, sekalipun Ren berusaha untuk tetap menunggunya.

Haruka pernah menyemangati dirinya sendiri, meskipun langkahnya kecil dan sangat pelan. Bukan berarti dia tidak berjalan sama sekali. Haruka sedang berusaha, dia tidak ingin terus tertinggal dari kakaknya itu.

Bukan berarti juga Haruka tidak mengejar sama sekali, dia terus berusaha semaksimal mungkin. Sebanyak apapun dia tertinggal, Haruka tidak pernah berpikiran untuk berhenti. Haruka percaya jika dia sedang berjalan di langkahnya sendiri, dia tidak mungkin bisa berhenti begitu saja.

Hanya saja, perlahan-lahan Haruka menyadari. Bahwasanya dia tidak pernah bisa mengejar langkah kakinya, mau dia berlari sekalipun. Haruka hanya akan menguras banyak tenaganya.

Sudah jelas sekali Haruka itu berbeda dengan Ren, mereka memang dilahirkan oleh ibu yang sama. Tapi, mereka ditakdirkan menjadi seseorang yang sangat berbeda. Bahkan Haruka merupakan anak yang tidak pernah di harapkan.

Entah kenapa orangtuanya sampai menjulukinya sebagai pembawa sial. Padahal Ren pernah memberitahunya, jika berbeda itu unik.

Meskipun Haruka tahu kakaknya adalah seseorang yang peduli padanya. Haruka tetap tidak menyukai kakaknya. Dia merasa terus bergantung, dan kakaknya juga akan tertimpa masalah jika membelanya. Memang benar, dia itu anak pembawa sial.

"Sakura-san, aku memanggilmu dari tadi. Kau tidak dengar ya?" Ucap seorang pemuda berambut kuning itu, sambil mengatur napasnya.

Haruka terdiam, dia tidak mengenalinya sama sekali. Kenapa banyak orang-orang yang mengenalinya, padahal dia tidak pernah berhubungan dengan mereka. Mungkin karena dia di kenal buruk, maka dari itu. Orang-orang mengenalinya akan keburukan itu.

"Kenapa memanggilku? Memangnya kau ada perlu apa?"

"Kita satu kelas, dan aku ingin menjadi temanmu," jawabnya membuat Haruka terkejut.

Selama ini di terus di hindari oleh orang-orang disekitarnya. Mereka tidak mau menjadi teman Haruka, karena takut tertimpa musibah. Tapi, cowok itu dengan mudahnya mengatakan hal sedemikian. Dia justru bersungguh-sungguh mengatakannya.

"Maaf, lebih baik kau tidak berteman denganku."

Setelahnya Haruka bergegas pergi, dia tidak ingin berteman dengan siapapun. Karena pada akhirnya, orang-orang yang mau menjadi temannya. Akan merasakan hal yang serupa, mereka akan menderita nantinya.

Meskipun tidak pernah terjadi, Haruka bisa menebaknya. Sebab Haruka tahu, orang-orang menghindarinya karena takut terkena masalah yang sama dengannya.

"Nirei itu anak yang polos, dia juga anak yang baik. Dulu dia satu SMP dengan kakak, kenapa kau tidak mau berteman dengannya. Padahal kakak senang, akhirnya kau memiliki teman sepertinya," ucap Ren yang berjalan beriringan dengan adiknya.

"Dia hanya akan terluka jika bersamaku. Aku ingin berjalan sendirian, dan menjalani kehidupanku tanpa di temani oleh siapapun."

Ren langsung menghentikan langkahnya, dia tidak menyangka. Jika adiknya benar-benar berubah, seseorang yang dulunya selalu berharap memiliki seorang teman. Dan menjalani kehidupannya dengan normal. Kini tidak berharap apapun lagi.

Dia telah berubah drastis, dan kehilangan cahayanya yang paling terang. Ren tidak menyadarinya, dia terlambat untuk membuat adiknya merasakan hal yang normal.

𝐾𝑒𝑡𝑢𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑘𝑎𝑘 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang