"MALING."

11 3 0
                                    

SsAllaMm sEejahTerAa bBunDa 🌹

Mending konflik tipis-tipis atau langsung mak jleb? Atau mau langsung jadi ubi?

10. MALING.

***

Engap, bau sampah, pesing, busuk dan amis menjadi satu. Ruangan gelap itu menjadi saksi bisu bagaimana kejamnya Rajendra apabila menyiksa targetnya.

Di sini Lily berada. Tidak, dia tidak di rantai, di ikat, maupun di pasung. Rajendra tau, dia tau tanpa menyentuh pun bisa membuat Lily lemah.

Di ruangan ini pula Lily kecil di siksa habis-habisan oleh kedua orang tua nya.

"Tenang, tenang. Jangan teriak, jangan teriak ly ..." Tangannya bergetar sedari tadi, dia bersandar pada tembok ujung sambil menenangkan diri.

"No, no!" dengan sekuat tenaga dia membekap mulutnya, kilasan masa lalu yang mencekam itu kembali terputar di otaknya— menyisakan trauma yang mendalam.

Keringat dan air matanya bercucuran deras, tubuh yang bergetar dan wajah pucat pasi.

Jika kalian tanya, kenapa dia bisa berada di sini? Jawabannya adalah di culik. Cih, orang tua mana yang menyulik anaknya sendiri? Mereka menggunakan bius, membuat Lily tak bisa berontak.

Lagi dan lagi, kilasan itu berputar kembali.

"NO!!! S-SAKIT, PAPA JANGAN GINI PAPA!"

"LILY TAKUT, LILY TAKUT!"

"MAMAAA!!!! PERUT LILY SAKIT, JANGAN DI INJAK."

"ARGHHHH, U-udah."

"P-pasung? JANGAN, JANGAN!!!! LILY NGGAK MAU DI PASUNG!"

"PAPA, MAMA! JANGAN KUNCI LILY!"

"MAMA, ADA BOLA MATA DI SINI!!!"

"LILY TAKUT."

Menguatkan dirinya, Lily menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan sambil terisak pelan.

"Nggak, gue harus kabur."

Matanya berusaha mencari pintu keluar, namun apa daya? Pintu utama itu telah terbuka menampak kan Rajendra dan Allyna— dua manusia yang Lily benci.

Kriiettt!!!

"Kenapa hm? Takut?"

Masih berdiri teguh dengan pendiriannya, Lily tetap menenggelamkan wajahnya sambil menutup mulut.

"Jawab pertanyaan ayah mu sialan!"

Sang empu masih diam.

"KU BILANG JAWAB SIA-"

"DIA BUKAN AYAH KU!"

"Apa tadi? Berani kau membentak ku? BERANI KAU MEMBENTAK ORANG TUA—"

"U are not my mom."

Mata Lily tertuju pada Rajendra, "and u not my Daddy." Ucapnya sambil tersenyum miring membuat keduanya terdiam.

"I'am not ur family, NOT UR FAMILY!!!"

DEG!

Nafasnya memburu, keringat yang bercucuran. Agak aneh, tapi dia di kamar.

"Wait, gue di kamar? Gue cuma mimpi tadi?"

"Ya tuhan ..."

"Mimpi tadi kenapa berasa nyata banget sih?"

"Argh!"

BRAK!

"Mimpi gue bakal jadi kenyataan kayaknya." Ucapnya sambil mendekat ke pintu.

Damt it!

Dugaannya salah, bukan 2 monster itu yang muncul. Tapi malah seorang laki-laki dengan masker hitam dan hoodie.

ALLAHUMA, MALING?!

Gadis itu menyipitkan matanya berusaha melihat wajah sang maling melalui celah kecil di sana.

"Untung aja gue ada ide buat ngasih lobang kecil di pintu ini."

"Gue gebukin juga lo." Ucap Lily, tangannya sudah ada sapu— senjata andalan emak-emak, sang penguasa Konoha.

"Bentar, emang ada maling masuk terang-terangan gitu?" monolognya sambil mengerutkan dahi.

"Wah, nggak beres nih. Gue keluar aja kali, oke. Keluar dalam hitungan ke tiga."

"Satu, dua ..."

"Ti— dua setengah ..."

"Dua seperempat ..."

Sumpah, seumur-umur dia belum pernah menemui maling membuat mental Lily rada menciut.

"Tiga!"

BRAK!

"HIYAKKKK!!!!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Terlalu brutal sebenarnya, tapi Lily tak berhenti di situ saja. Mereka bahkan kejar-kejaran sekarang.

"Anj—"

"MAU APA LO? MAU NGUMPAT DI DEPAN PEMILIK RUMAH HAH?!" sentak Lily galak sambil menarik ke belakang tudung hoodie laki-laki di depannya membuat sang empu tercekik.

"Lepasin tolol, gue bukan maling."

Suara itu ...

"LO AXEL?"

"Gue pake masker gara-gara gue lagi pilek goblok."

"Anjirlah, lo ngagetin gue ege. Lagian ngapain coba masuk rumah orang main dobrak aja?!" tanya Lily sewot sambil melemparkan sapunya ke pojok rumah.

Mengingat niat nya kesini tadi, wajah Axel kembali panik.

"Anu, lo dandan sana. Nih, pake baju ini." Ucapnya sambil menyodorkan paper bag.

"Ngapain? Nggak ah, ogah ogah."

"Ck, cepetan! Udah keburu ini."

"Maksa banget anjir, gue bilang nggak ya nggak!"

"Kalo lo nurut sama gue, gue bakal beliin lo vespa putih impian lo. Gimana?"

"Nggak, ogah!" ucap Lily tetep teguh pada pendirian.

"Di kelas ... gue bakal biarin lo jadi ranking satu, gimana?"

Mata Lily berbinar seketika, "serius?"

"Hm."

"2 semester ya?" tawarnya membuat Axel melirik penuh hujat, udah di kasih hati malah minta jantung anjir.

"1 semester lah!"

"Yaudah, gue nggak mau—"

"EH, EH. Yaudah, 2 semester lo jadi ranking satu. Jadi paralel 1." Putusnya final.

"WASSEKK!!! Bentar, lo tunggu di sini." Ucap Lily kegirangan sampai loncat-loncat membuat Axel terkekeh.

PLIS, IMAGE COOL NYA EMG HILANG KALO SAMA LILY.

***

Udah, gitu aja dulu🙏

Gatau mau ngapain ini, kazieh saran plis.

Btw, Thoriq umur dua bulan udah—






LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang