Happy reading
"Mingi.." Yunho mengguncang guncang bahu Mingi. Mingi membuka matanya dan menguap perlahan, lalu dia bangkit duduk memandang Yunho yang sekarang terlihat ketakutan. "Ada apa Yunho?" tanya Mingi, dia mengucek matanya dan lalu menguap lagi.
dengan nyaris menangis Yunho berkata. "Tubuhku, coba pegang!" pintanya sambil menahan tangisannya yang sudah mau meledak sebentar lagi. Mingi mengerjap dan lalu memegang lengan Yunho, dia terkejut saat merasakan tangan itu dingin dan juga agak keras seperti porselen lagi.
lalu Mingi mulai meraba paha, bahu, pipi, leher, dan juga betis Yunho. dibeberapa tempat masih terasa normal seperti manusia, tapi sisanya mulai menjadi seperti porselen lagi. "Kenapa aku kembali kayak begini?" tanya Yunho ketakutan. dia menyeka air matanya yang mengalir dan lalu mengelap ingusnya.
Mingi juga bingung. namun saat itu ponsel Yunho berdering. Mingi meraihnya dan melihat nomor Yeosang tertera disana. dia mengangkatnya dan terdengar suara Jongho.
"Hei, Yunho!"
"Ini gue Jongho, ada apa?"
"Gila! badan Yeosang kerasa kayak porselen lagi, apa yang terjadi?" seru Jongho bertanya. Mingi membeku dan menoleh kearah Yunho yang sekarang menangis didepan cermin. "Yunho juga, badannya juga ada yang keras kayak wujud porselen dia dulu" sahut Mingi akhirnya.
sesaat lengang. akhirnya Jongho bicara lagi. "Kita harus gimana? masa mereka berdua balik jadi porselen lagi?" Jongho bertanya tegang. Mingi juga merasa tegang. dia melirik kearah Yunho yang masih didepan cermin.
"Gue nggak tau.."
"Gue nggak mau Yeosang balik jadi porselen lagi! woy! kita harus ngapain?!"
"Tapi bukannya Bangchan sudah mati? semua kutukannya sudah hilang.." Mingi bergumam pelan. dia menggigit gigit ibu jarinya dan lalu mencegah Yunho yang hendak membenturkan kepalanya kemeja rias. "Ho, tunggu dulu, gue mau nenangin Yunho dulu!"
setelah itu Mingi mematikan sambungan telepon. dia segera menarik tangan Yunho dan mengangkatnya dari kursi rias. tubuh Yunho mulai terasa berat dan punggungnya sudah menjadi keras bagaikan sebuah porselen.
"Aku enggak mau jadi porselenn.." rengek Yunho sambil memeluk erat erat tubuh Mingi. Mingi menatapnya bingung dan lalu meletakkannya diatas ranjang. lalu Mingi berpikir pikir dengan bingung. "Apa yang harus aku lakukan?" gumam Mingi bingung.
akhirnya Mingi memutuskan untuk segera membawa Yunho kembali ketempat Minghao besok. lupakan liburan jika kondisi Yunho kembali menjadi seperti porselen. "Tenang sayang, besok kita balik kerumah Minghao hyung, nanti disana kamu dicek sama dia. oke? aku yakin kamu akan baik baik saja" Mingi menangkup pipi Yunho yang terasa keras. Yunho mengangguk dan lalu menyeka air matanya.
"Sekarang tidur lah dulu"
________________________________________________
"Kalian mau kemana?" tanya Jaehyun bingung saat melihat Mingi dan Yunho yang terlihat sedang bersiap siap mau pergi. Mingi menoleh kearah Jaehyun dan lalu berkata pelan. "Kami harus segera kembali kekota, dad. ada yang tidak beres dengan tubuh Yunho lagi" jelas Mingi.
pandangan Jaehyun teralih kearah Yunho yang berdiri kaku. tubuh Yunho sekarang sudah kembali menjadi seperti porselen. namun kali ini lebih kaku dari sebelumnya. "Astaga nak.. ya sudah. pergi lah. tapi hati hati ya" Jaehyun mengusak rambut Yunho. Yunho mengangguk dan lalu bergerak kaku memeluk ayahnya.
Taeyong menyusul masuk dan menanyakan hal yang sama seperti Jaehyun. dan jawaban Mingi juga sama. akhirnya Taeyong juga mengizinkan mereka berdua pergi. setelah Yunho memeluk Taeyong, dia duluan pergi kemobil.
"Jaga Yunho baik baik, Mingi" ucap Jaehyun. Mingi mengangguk dan memeluk sekilas kedua orang tua Yunho itu. baru setelah itu dia menyusul Yunho yang sudah masuk kedalam mobilnya. "Semua akan baik baik saja Yunho" Mingi meremas pelan tangan dingin Yunho. Yunho mengangguk dan menatap lurus kedepan dengan tatapan ketakutan.
perjalanan dari pantai tempat Jaehyun membawa mereka berlibur- kekota tempat mereka tinggal itu cukup jauh. sekitar 3 jam juga mereka berada didalam mobil. selama perjalanan mereka tidak banyak bicara karena Yunho tidak berminat bicara.
akhirnya, setelah beberapa jam mereka hanya berada didalam mobil, mereka tiba dikota. Mingi langsung saja menyetir kearah rumah Minghao. tadi Jongho menghubungi mereka dan mengatakan jika dia sudah berada dirumah Minghao sejak tadi malam.
sesampainya mereka dirumah Minghao, mereka bergegas turun. walaupun Yunho sempat tersangkut.
pintu dibukakan oleh Sunghoon yang sedang memegang pisau berdarah. wajah pucat remaja itu dibasahi darah, namun Mingi tidak mengometarinya. "Minghao hyung diruang bawah tanah, tempat ritualnya yang biasa" jelas Sunghoon tanpa disuruh.
mereka berdua segera pergi keruang bawah tanah Minghao. disana Yeosang duduk diatas kursi dan dia terlihat sangat kaku, tubuhnya diikat kekursi. namun matanya tidak berwarna hazel lagi, matanya berubah warna menjadi warna merah.
"Kenapa dia diikat?" Mingi bertanya bingung. Minghao menoleh dan lalu menoleh kearah Yunho. "Ikat dia!" seru Minghao pada dua muridnya. dua muridnya mengangguk, namun sebelum mereka bisa menyergap Yunho, Yunho mendadak menyerang Mingi.
Mingi terkejut, namun dia sesegera mungkin menahan lengan Yunho. dan dua murid Minghao menyergap Yunho dari belakang dan menyeretnya keatas kursi lain. dia diikat disana dan Mingi melihat jika mata Yunho berubah menjadi merah juga.
"Mereka kenapa??" Mingi bertanya lagi.
dengan lesu Minghao duduk dilantai yang berwarna hitam, lalu dia menghela nafas lelah. "Ada sihir hitam lain yang merubah mereka kembali menjadi porselen dan menjadi sedikit gila seperti itu. Yeosang tadi malam sudah membunuh dua muridku. jadi dia harus diikat. Yunho juga harus segera diikat sebelum dia mengamuk"
Mingi termenung. lalu dia memandang wajah lelah Minghao. "Apa benar Bangchan sudah mati? aku tidak tenang" tanyanya. Minghao mengangkat muka dan mengangguk. "Dia sudah menguap, itu cara seorang penyihir untuk mati. namun aku tidak tahu kenapa bisa ada sihir hitam lain yang tetap tersimpan disekeliling Yunho dan Yeosang."
sejujurnya Mingi meragukan jika Bangchan sudah mati. namun.. yah..
"Tenang lah. saat purnama nanti kami akan mengembalikan mereka berdua, mereka akan normal kembali" Minghao tersenyum menenangkan. Mingi mengangguk. dia menoleh kearah Yunho dan lalu mengusak sekilas rambut submissive itu. walaupun tangannya lalu digigit keras.
"Ouch!"
"Enggak usah dipegang, nanti dia makin ngamuk"
__________________________________________________
"Mereka bodoh sekali"
seorang pria berusia 21 tahun berdiri didepan sebuah jendela sambil tersenyum senyum. dia menoleh kearah seorang pemuda usia 17 tahun yang bertubuh lebih tinggi darinya. "Hyung.. tapi apakah Jongho hyung tidak akan marah jika dia tahu kita adalah dalang dari kembalinya Yeosang hyung menjadi porselen?" tanya pemuda itu.
"Jongho tidak akan tahu"
"Tapi.."
"Diam, Soobin! bukannya kau sendiri yang bilang kalau kau ingin mendapatkan Yunho juga? jadi tutup mulutmu. aku akan mendapatkan Yeosang, kau dapat Yunho. kau tidak akan mendapatkan Yunho jika kau terus membacot seperti ini!"
pemuda yang dipanggil Soobin menunduk memandang kakak tertuanya, Choi San. "Baiklah hyung. aku tidak akan banyak bicara lagi. maaf" gumam Soobin. San mengangguk dan mengusak rambut Soobin perlahan.
"Bangchan sialan, semudah itu dia mati? tidak apa apa. aku akan mengambil alih dua porselennya.. Soobin. sekarang bawa Wooyoung kemari, aku membutuhkannya sekarang"
Soobin ngeri sendiri saat melihat wajah mengerikan San. pemuda itu beranjak pergi keruangan lain dan merinding lagi saat mengingat wajah sang kakak.
memang, kakak tertuanya itu sangat berbanding terbalik dengan kakak keduanya, Jongho.
Tbc.
villainnya ganti gess
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doll [MINYUN]
RandomMingi dan sahabatnya, Jongho adalah pria usia 18 tahun yang senang dengan sesuatu yang bertema porselen. mereka mengoleksi banyak patung bahkan boneka porselen yang sebenarnya mengerikan. suatu hari Jongho mengajak Mingi pergi kesebuah toko porselen...