Happy reading all. finally setelah semua kepusingan ini aku bisa end story ini.
15 tahun kemudian.
"Kita pasti bisa bersama sama mengurus anak kita. sampai mereka tumbuh dewasa"
Mingi membuka matanya saat terngiang dikepalanya suara Yunho. dia bangkit dari tidurnya dan menoleh kesisinya. Yunho dan anak anaknya sedang tidak berada dikamar. apa mereka belum pulang?
Mingi keluar dari kamarnya dan menguap pelan. dia akan turun dan memasak untuk anak anaknya. mereka pasti sedang bermain keluar bersama Yunho. anak anak mereka yang sudah tumbuh remaja. mereka paling senang membawa Yunho keteras belakang rumah.
pria usia 34 tahun itu berjalan turun kelantai bawah dan terdengar suara ribut Intak dan Minjeong yang bertengkar ditingkahi suara kalem Keeho dan pacarnya, Theo. Mingi tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya perlahan.
ayah dari tiga anak itu memutuskan untuk memperhatikan apa yang dilakukan oleh anak anaknya dulu. ah, rupanya Intak dan Minjeong lagi meributkan siapa yang pertama boleh dipeluk oleh Theo. hal sepele seperti itu saja diributkan, memang dasar kembar. lalu Mingi menoleh kearah Yunho yang menonton disebelah Keeho.
Mingi tersenyum tipis melihat keributan itu dan berbicara. "Kalian mau makan apa malam ini?" tanya Mingi. sampai sekarang masih Mingi yang memasak untuk anak anaknya. kalau lagi enggak sibuk sih. Yunho menyerah untuk memasak dan Mingi juga tidak memaksanya untuk memasak.
karena tidak ada yang menjawab, Mingi menggelengkan kepalanya dan masuk kedalam rumah. biar dia bikin swedish meatball favorit anak anaknya dan Yunho agar mereka senang.
sementara Theo sibuk menenangkan Minjeong dan Intak, Keeho masuk kedalam dan mengikuti ayahnya. remaja usia 17 tahun itu memiliki wajah yang nyaris sama dengan Mingi itu terlihat agak suram. "Kamu kenapa Keeho?" tanya Mingi sembari memperhatikan wajah Keeho. karena Keeho kunjung tidak menyahut, Mingi segera berkata. "Kamu mau bantu dad buat masak? hitung hitung belajar jadi suami baik yang melayani istrinya dengan benar" ganggu Mingi.
wajah Keeho memerah dan lalu dia segera mengangguk. dia membantu ayahnya untuk menyiapkan bahan bahan untuk memasak. "Jika kamu benar benar mau menikah dengan Theo saat besar nanti, jangan pernah menyakitinya. Theo anak yang dimanja oleh orang tuanya, kan? kamu harus membiasakan diri memasak untuknya" Mingi menceletuk.
"Iya iya" Keeho mengangguk dan membiarkan ayahnya berbicara. mereka jarang jarang bicara hanya berdua seperti ini. karena biasanya diusik oleh sikembar, atau kadang Mingi selalu terusik kalau Yunho menonton mereka. "Kamu mau lanjutin perusahaan dad atau enggak? kalau kamu enggak mau, dad bakal warisin perusahaan itu ke-Intak" Mingi berbicara dengan topik yang random.
"Enggak usah dad. biar aku aja yang lanjutin perusahaan Song. Intak enggak mau berurusan dengan sesuatu yang terhubung dengan bisnis. biarin aja dia lanjutin cita citanya jadi atlet berkuda yang baik" sahut Keeho. tangannya sibuk mengupas kulit kentang.
Mingi tersenyum tipis dan mengacak rambut Keeho dengan tangannya yang agak kotor karena tadi dia memegang kentang yang kulitnya belum dikupas dan dibersihkan dengan tangan basah. "Tanganmu kotor, dad!" protes Keeho. Mingi terkekeh dan lalu dia mencuci tangannya dan memeluk sekilas anak sulungnya yang tingginya sudah mulai sama dengannya.
________________________________________________
"Mingi. please stop nangis lagi. mau sampai kapan kamu menangisi hal ini? anak anakmu selalu tahu kamu adalah seorang ayah yang tangguh dan tidak pernah menangis"
keesokan harinya. disiang hari, semua anak anaknya sedang bersekolah. mereka semua pulang sore, apalagi Intak yang senang menghabiskan waktu berada distable berkuda sampai senja jika sedang banyak hal yang hendak dia tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doll [MINYUN]
RandomMingi dan sahabatnya, Jongho adalah pria usia 18 tahun yang senang dengan sesuatu yang bertema porselen. mereka mengoleksi banyak patung bahkan boneka porselen yang sebenarnya mengerikan. suatu hari Jongho mengajak Mingi pergi kesebuah toko porselen...