Luluh

84 4 0
                                    


"Ser? Masih bangun? Maaf ganggu waktu kamu, boleh aku ngomong sesuatu? Soal yang tadi". Ucap Zaka dari seberang telepon, Serena terdiam sejenak lalu menjawab.

"Apa yang perlu diomongin kak? Kayanya ga ada yang perlu diomongin deh".

"Iya sih, cuma mau mastiin kamu ga marah sama aku. Tadi kamu jalan sama Eren ya?".

"Iya".

"Kemana?".

"Kemana-mana"

"Oh... maaf ya Ser".

"Gapapa".

"Maaf aku ga nepatin janjiku, aku janj-".

"Kak, tolong pahami lagi arti kata janji. Kalau kak Zaka ga bisa menjanjikan janji itu sendiri mending pakai kata lain selain janji"

"Maaf, aku tau aku salah. Aku usahain buat nepatin janjiku lain kali".

"Iya... Udah kan? Aku matiin ya?".

"Eh bentar".

"Ada apa lagi?".

"Serena... Jangan percaya sepenuhnya sama Eren ya?".

"Emangnya kenapa?".

"Ya jangan aja, kamu tau kan dia orangnya gimana? Aku ga mau kamu diapa-apain sama dia".

"Nakal bukan berarti brengsek".

"Ser?".

"Ya?".

"Kamu percaya sama Eren?".

"Percaya dalam artian apa nih?".

"Perasaan".

"Oh... Ga tau".

"Jangan sampe ya Ser, aku cuma ngingetin".

"Iya".

"Besok aku mau bicara, temui aku di aula ya?".

"Ya, udah kan? Aku matiin ya?".

"Iya, good night Ser".

"Ya".

Serena menaruh ponselnya diatas nakas, kembali membaringkan tubuhnya. Dia menatap langit-langit untuk beberapa saat, dirinya terjebak dalam dilema. Rasa percaya untuk Eren mulai tumbuh namun itu tidak mengubah cintanya pada Zaka.

Cinta itu gila dan buta. Terkadang logika mampu membuat kita sadar tapi hanya untuk sesaat lalu kembali lagi luluh dengan perasaan, dua sisi dalam diri yang mengisyaratkan untuk pergi namun di sisi lainnya tetap bersikeras untuk bertahan hingga terluka dengan ekspektasi ku sendiri. Semua orang mengartikan cinta mereka tulus dan setia, sedangkan mereka tidak memahami dengan pasti apa itu cinta, apa itu tulus, apa itu setia. Mereka akan kalah dengan ego, lalu berakhir dengan penyesalan. Hingga sampai saat ini belum kutemukan orang yang mencintaiku dengan ketiga hal itu, beberapa kali aku mencintai seseorang dan hanya berkahir difase cinta, belum kurasakan tulusnya cinta seseorang untukku, belum kurasakan setianya cinta seseorang untukku. Kalimat "aku cinta kamu" sudah terasa hambar di telingaku, tapi karena aku yang keras kepala aku membiarkan kalimat itu masuk kedalam hatiku dan pada akhirnya tetap sama saja seperti yang lainnya, membuatku takut untuk jatuh kepada orang yang salah lagi. Satu egoku yang membuatku membenci diriku sendiri, adalah ketika aku selesai membaca buku dan membuka buku yang baru. Aku masih terngiang-ngiang dengan buku yang sudah kubaca itu, pada akhirnya aku terlena dan membaca lagi buku yang sudah aku selesaikan, mengabaikan buku baru yang sedang menungguku. Buku itu menceritakan kisah yang awalnya manis hingga membuatku luluh namun pahit diakhir yang membuat air mataku jatuh membasahi sebagian kertas, dan berakhir dengan perpisahan. Perlu mengeluarkan banyak air mata untuk menghabiskan babnya. Meski alurnya tetap sama dan tak akan berubah, aku tetap membaca buku itu hingga bab terakhir, dan bodohnya aku berharap buku itu bisa berubah dengan cara aku membacanya berulang kali, sedangkan buku ku yang baru masih menungguku selesai dengan buku ku yang lama, menungguku untuk membacanya hingga bab terakhir. Sama seperti yang aku lakukan dengan buku ku yang lama, namun entah sampai kapan buku itu akan menungguku karena egoku yang tinggi. Tapi ini bukan tentang buku.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang