Serena, yang baru saja mengalami cinta pertamanya berlanjut hingga beberapa tahun lamanya. Hanya sekedar memandang dan mengagumi, cemburu yang tak pantas. Jatuh cinta kepada seseorang yang friendly, akankah Serena bertahan?
Cerita ini hanyalah imaj...
hai semua, aku Serena Ariska Patria. Aku sering dipanggil Serena atau Rena, aku baru saja menginjak umur 14 tahun. Dan diumur ini aku memulai kisah cinta monyetku...
Pagi itu, sinar matahari pagi menembus jendela kamar Serena dan menusuk kelopak matanya, rasanya hangat dan lama-kelamaan menjadi panas. Serena yakin sudah menutup tirainya, ia membuka matanya dan melihat ibunya yang berada di samping kasurnya sambil menatap dirinya yang masih berbaring. Tatapan itu menjelaskan ia sedang marah, Serena mengubah posisinya menjadi duduk, dia melihat kearah jam dinding. Pukul 06:33, dia akan terlambat. Reflek ia turun dari kasurnya dan berlari ke kamar mandi tanpa mengucapkan satu kata pun pada ibunya.
Pukul 06:45, Serena mengambil tasnya dan berlari menuju pintu keluar tanpa menatap kearah meja makan. Ia tidak ingin terlambat, dia menggowes sepedanya dengan cepat. Jantungnya berdebar kencang, keringatnya mengalir deras seperti sungai. Lututnya bergetar, badannya terasa panas. Serena memarkirkan sepedanya di parkiran, hatinya lega dan senang seakan memenangkan perlombaan. Dia tidak terlambat, dia berjalan menuju kelasnya. Satu kaki melangkah ke dalam kelas yang berisik, beberapa orang menyapanya, ia tersenyum sebagai balasan. Serena menaruh tasnya di kursi dan duduk, matanya melihat ke sekeliling. Mereka terlihat sibuk, kelas ini sangat ramai, ia tidak pandai bergaul. Dia menatap gadis di sampingnya, jari lentiknya mengendalikan pulpennya yang menari-nari diatas kertas. Lagi, dia belum mengerjakan prnya.
"Ga ngerjain pr lagi? Mau alasan apa lagi kali ini?". Sarkas Serena dengan nada yang lembut, dia menaruh kedua lengannya diatas meja, dia bersiap untuk tidur.
"Berisik, ngaca deh. Pagi-pagi udah ngantuk, pasti lo begadang lagi". balas Fira dengan ketus tanpa melirik Serena sedikitpun, Serena tak menjawab. Matanya tertutup, dia sudah berada dialam lain.
-✭
Terlihat ibu-ibu kantin itu kewalahan, banyak siswa dan siswi saling berdesakan, saling mendorong untuk mendapat giliran. Serena dan Fira berada di paling belakang, dia menunggu dengan sabar. Namun tidak dengan gadis disampingnya, Fira. Dia tidak sabaran.
"Mau beli apa? Gue mau nerobos mereka". ucap Fira dengan percaya diri dan penuh dengan tekanan.
"Aku mau gorengan aja, sama es teh. Kamu yakin kamu bisa nerobos mereka? Mereka kayak zombie". Fira hanya tersenyum penuh percaya diri, "Berapa gorengannya? Es tehnya?" tanyanya.
"Uhm, gorengannya lima ribu...es tehnya satu". balas Serena, Fira mengacungkan jempolnya. Dengan tubuh mungilnya itu dia dengan mudah menerobos kerumunan itu. Dia sampai didepan, dia berteriak, "GORENGAN LIMA RIBU, ES TEH SATU, NASI GORENG DUA PORSI!".
Sementara itu Serena masih menunggu Fira, ia merasa bosan. Ia menunduk, tangannya meremasi roknya. Tak lama kemudian datanglah Fira dihadapannya dengan penampilan yang berantakan, Serena hanya tersenyum melihat kawannya kewalahan.
"Aku tau kamu ga akan bisa". Fira menatap Serena dengan sinis
"Ayo cari tempat duduk, kaki gue hampir patah". ucap Fira, dia menggandeng tangan Serena. Matanya melirik kesana kemari mencari meja yang kosong, dia menemukannya.
Fira berlari menuju meja tersebut sambil menarik tangan Serena, Serena kewalahan. Mereka berdua duduk di kursi sambil bercanda gurau, menghilangkan bosan. Tak menunggu lama akhirnya makanan mereka datang, Serena hanya memesan gorengan dan es teh. Yah karena ia tidak ingin menunggu lama, Fira melahap makanannya, Serena terkekeh. Dia makan seperti kucing
"pelan-pelan, tidak ada yang ingin mencuri makananmu kok". Fira tak mengindahkan perkataan Serena, dia sibuk dengan makanannya.
Pandangannya tertuju pada seseorang, dia terlihat menawan. Tampaknya ia sedang mengantre, Serena berhenti mengunyah. Matanya tertarik untuk melihat sosok itu, jantungnya terasa jatuh. Dia membalas tatapannya, dua insan itu melakukan kontak mata untuk beberapa saat, lalu mereka memalingkan pandangan mereka ke arah lain secara bersamaan. Semburat merah muncul di pipi Serena, ia membeku. Fira selesai dengan dua porsi nasi gorengnya. Fira menatap Serena yang membeku, dia melihat pipinya yang memerah. Dia meletakkan tangannya didahi Serena, mata Serena mengernyit.
"Kamu lagi ngapain?". Tanya Serena, Fira memandang Serena dengan tatapan yang aneh.
"Dahi lo ga panas... terus kenapa pipi lo merah? Gue kira lo sakit". Serena terdiam, melihat reaksinya Fira tersenyum nakal.
"Oh tidak... seseorang tersipu...". Serena menatapnya dengan sinis, dia benar.
"Siapa yang bikin lo ngeblush begini? Hayo siapa?!". Serena menggelengkan kepalanya.
Serena meneguk es tehnya, mencoba menghiraukan Fira. Namun Fira masih tidak mau diam, dia menggoyangkan bahu Serena hingga Serena tersedak.
"Eh lo gapapa?! Maaf, maaf... lagian lo si diem aja". Ucap Fira, Serena mengangguk dan mengacungkan jempol.
"Tapi serius, gue penasaran... Lo pasti abis liat seseorang kan? Ngaku deh". Tanya nya lagi memastikan.
"Udah Ra lupain aja ah, ga usah fitnah deh". Lagi, Fira tersenyum nakal padanya. Tapi kali ini dia tidak berulah.
-✭
Tangannya membuka pintu, ia tak lupa mengucapkan salam. Ibunya menyambut Serena dengan hangat, senyumannya membuat penatnya hilang seketika. Dia masuk ke kamar, Serena membanting tasnya ke kasur. Bulu-bulu lembut mengusap kakinya, ia melihat kebawah. Itu kucingnya. Namanya Mina, Serena menggendongnya dan menciuminya seperti bayi. Mina memberontak dan berlari keluar kamar, dia meregangkan tubuhnya sebentar dan berbaring di atas kasur. Ini adalah hari yang melelahkan namun juga mendebarkan, tak pernah ia merasakan sensasi seperti ini, tidak mungkin ini cinta. Ini terlalu tiba-tiba.
"Cinta pandangan pertama?"
-✭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.