TLS [5] : Perkara Regulasi

667 44 2
                                    

[Bagian Lima]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Bagian Lima]

"Happiness is overrated. Success, power, recognition, that's what really matters in this world."

***

***

Gemerlap lampu-lampu kota menghiasi cakrawala, menciptakan panorama indah yang kontras dengan kegelapan malam. Bintang-bintang yang biasanya menghiasi langit malam kini kalah terang oleh cahaya kota yang tak pernah tidur.

Di sebuah apartemen mewah di lantai 30 gedung pencakar langit, Vior berdiri di depan jendela besar yang membelah dinding dari lantai hingga langit-langit. Matanya menerawang jauh, menatap kerlip lampu kota yang terhampar di bawahnya. Pantulan cahaya kota di matanya yang gelap menciptakan ilusi bintang-bintang kecil yang menari-nari.

Vior menghela napas panjang, jemari lentiknya yang lentik memijat pelipis perlahan. Ia berusaha keras mengenyahkan pikiran soal perubahan sikap arka akhir-akhir ini yang terlihat begitu cuek, belum lagi persiapan untuk kontes duta kampus dan masalah endorsment. Ada sesuatu yang membuatnya gelisah sekaligus... penasaran.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Arka, kekasihnya, melangkah masuk dengan senyum hangat. Pria itu tampak tampan dalam balutan kemeja putih dan celana bahan hitam, rambut hitamnya ditata rapi.

"Hai, sayang," sapa Arka, menghampiri Vior dan memeluknya lembut dari belakang.

"How's your day? Sorry I'm late, ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."

Vior tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. "It's... hectic," jawabnya singkat, tak ingin membahas lebih jauh.

Arka mengernyit, menyadari ada yang tidak beres. Ia membalikkan tubuh Vior perlahan, menatap mata kekasihnya dengan lembut.

"Ada apa?" tanyanya, "Kamu kelihatan capek banget. Tough schedule?"

The Love SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang