TLS [8] : Break Up

933 54 13
                                    

[Bagian Delapan]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Bagian Delapan]

"Di antara jutaan kemungkinan, semesta memilih untuk mempertemukan kita. Seperti dua not yang akhirnya menemukan harmoninya setelah sekian lama bermain dalam melodi yang berbeda."

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****


Vior melangkah anggun di sepanjang lorong apartemen mewahnya, kedua tangannya penuh dengan tas-tas berlogo designer ternama. Setiap langkahnya membawa getaran kepuasan yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Ia merasa powerful, seolah dunia berada dalam genggamannya.

Aroma parfum Chanel No. 5 yang menguar lembut dari pergelangan tangannya seolah menjadi pengingat akan standar kesempurnaan yang selalu ia kejar. Suara ketukan high heels Louboutin merahnya bergema di lorong yang sepi, menciptakan irama yang membuat bibirnya melengkung membentuk senyum puas. 

"Well, at least retail therapy never disappoints," gumamnya pada diri sendiri, bibirnya menyunggingkan senyum puas. 

Belanja selalu menjadi pelarian favoritnya, cara untuk melupakan sejenak semua drama dan tekanan dalam hidupnya. Setiap kali ia menyentuh kain halus atau kulit mewah, Vior merasa seolah ia bisa membeli kebahagiaan. 

Vior menghela napas panjang, berusaha mengusir bayangan Arka dan Bella yang masih menghantui pikirannya. Kenangan tentang pertengkaran terakhir mereka masih terasa segar, setiap kata-kata tajam yang terucap seolah masih menggores hatinya. Ia menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran-pikiran itu. Tapi semakin keras ia mencoba, semakin kuat bayangan itu menghantui benaknya.

Saat tiba di depan pintu apartemennya, jantung Vior berdegup kencang. Entah kenapa, ada perasaan tidak enak yang menggelayuti hatinya. Tangannya yang gemetar merogoh tasnya, mencari kartu akses. Namun, sebelum ia sempat menempelkan kartunya, pintu terbuka dari dalam.

Saat tiba di depan pintu apartemennya, Vior merogoh tasnya, mencari kartu akses. Namun, sebelum ia sempat menempelkan kartunya, pintu terbuka dari dalam. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu.

The Love SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang