9

833 81 3
                                    


Kinan baru saja membuka matanya saat alarm dari jam weker yang ada di atas nakasnya berbunyi. Tepat saat itu suara adzan berkumandang di langit Doha yang masih gelap. Selama tinggal di Qatar, Kinan tidak terlalu merasakan perbedaan soal beribadah. Karena mayoritas penduduk Qatar juga beragama Islam, Kinan masih selalu dengar adzan berkumandang disana.

Kinan menyingkap selimutnya dengan mata yang masih sesekali terpejam. Matanya masih menyesuaikan dengan lampu kamar yang baru saja ia nyalakan. Ia meraih ponselnya, barang yang wajib ia bawa setiap menuntaskan panggilan alam di kamar mandi.

Kinan terkejut saat ponselnya tidak berhenti bergetar setelah semalaman ia sengaja tak menghidupkan daya. Begitu ponsel itu menyala suara dan getaran itu tak berhenti. Membuat Kinan terheran-heran dan berusaha membuka matanya lebih lebar.

"Astaga!"

Kinan terduduk lemas di samping pintu kamar mandi. Ada ratusan atau mungkin ribuan komentar yang menyerang akun sosial medianya. Yang paling membuatnya terkejut adalah followers-nya bertambah ratusan ribu hanya dalam waktu semalam saja.

Belum selesai dengan dirinya yang terkejut karena hal itu, Kinan kembali hampir kehilangan jantungnya saat sebuah telepon masuk. Kinan meraih kembali ponselnya yang sempat ia lempar saat dering telepon itu tiba-tiba saja mengagetkannya.

"Hallo Mar—"

"Kinan! Gila, kamu viral!"

Kinan mengela napas lemas dan menyenderkan badannya pada dinding kamar mandi. Ia masih terduduk di sana dan tidak berniat untuk pindah. Kakinya masih terlalu lemas.

"Sebentar lagi pasti kamu jadi influencer kaya yang bisa beli palisade putih dan rumah."

"Followers-mu bertambah lebih dari seratus ribu."

Kinan menjauhkan gawainya dari telinga. Lalu melirik profil instagram miliknya yang sudah usang dan berdebu. Ternyata apa yang di katakan Martha benar, dari hanya sekitar seribu pengikut, sekarang menjadi seratus ribu lebih.

"Martha..,"

"Ya?"

"Aku hampir mati karena terkejut,"

Kinan mengusap keringat yang tiba-tiba mengucur melewati pelipisnya. Ia benar-benar terkejut, bahkan detak jantungnya masih terlalu cepat.

"Ku rasa karena postingan fotomu yang terakhir di komen oleh banyak pemain timnas," Martha menjeda kalimatnya di sebrang sana. "Jadi, kamu diserbu cegil-cegil se-Indonesia raya."

Kinan mengecek lagi profil instagram miliknya. Setelah hampir satu tahun tidak ada foto baru di feed sosial medianya itu, ia meng- upload sebuah foto baru semalam, tepat sebelum tidur.

Kinan memijat keningnya lumayan kuat. Kepalanya tiba-tiba saja pening. Mungkin karena saat menemukan fakta yang membuat kaget tadi, ia belum sepenuhnya terjaga.

"Padahal hanya sebuah foto yang di komen bisa sebesar ini efeknya ya?"

Kinan berujar lirih sambil melihat ribuan komen di bawah fotonya.

"Belum mereka tahu soal hubunganmu dengan Nathan, apa tidak di kirim santet kamu."

Kinan terkekeh pelan. Candaan Martha membuatnya sedikit tak percaya.

"Tidak ada yang terjadi antara aku dan Nathan, Mar. Jangan menyebarkan berita yang tidak-tidak."

"Kalau memang tidak ada yang terjadi, Nathan tidak akan meninggal emoticon love di postinganmu."

Mata Kinan kembali terbuka lebar. Ia melihat satu persatu komen yang ada disana.

"Sial!" Kinan bergumam kesal.

Hey, Tjoe! || NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang