35

657 69 9
                                    

Kinan menatap diam keadaan hotel tempat ia menginap malam ini. Nathan yang berdiri di belakangnya malah menatap heran Kinan di sana. Laki-laki itu melepas sepatunya dan meninggalkannya begitu saja di lantai.

Kinan menatap tak percaya pada kamar dengan satu kasur king size di tengah-tengah. Ia tidak melihat ada lagi tempat tidur lain di dalam kamar itu. Cukup terkesan mewah memang, hanya saja kenapa hanya ada satu tempat tidur?

"Aku atau kamu yang tidur disini?" Kinan memastikan pada Nathan bahwa laki-laki itu sudah memesan kamar lain.

Nathan yang baru saja menurunkan tas miliknya di atas meja pun menoleh. Ia tampak bingung mendengar pertanyaan Kinan. Ya tentu saja mereka tidur di sini, apalagi.

"Kita, kan?"

Kinan mengerutkan kening, "Maksudnya di sini? Di kasur yang sama?" tanyanya sambil menunjuk pada kasur.

Hebatnya lagi, entah apa yang sudah Nathan pesan pada karwayan hotel. Yang jelas ada sebuah handuk yang dibentuk seperti dua angsa dengan taburan kelopak mawar merah.

"Kamu gila ya?" Kinan menatap heran pada Nathan.

Laki-laki itu berucap santai, "Kenapa? Kita sudah tidur berdua sebelumnya, kan?"

"Memang gila!" Kinan berbalik, ia hendak memesan kamar lain. Tidak mungkin ia tidur seranjang dengan Nathan untuk yang kedua kali.

Kinan khawatir. Saat itu ada orang lain di rumahnya, sedang sekarang hanya ada mereka berdua. Kinan tidak akan tahu betapa hebatnya godaan setan malam ini. Jadi, ia memilih mengantisipasi dari pada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Mau kemana?" tanya Nathan panik.

"Memesan kamar lain."

Nathan meraih tangan Kinan sebelum gadis itu benar-benar meraih kenop pintu. Melihat Kinan yang terlihat sangat serius dan sedikit kesal, Nathan menghela napas. Rencananya untuk tidur saling memeluk gagal karena Kinan dengan tegas menolaknya.

"Oke, kita upgrade ke kamar dengan dua tempat tidur, bagaimana? Setidaknya aku masih tetap melihatmu malam ini."

Kinan berpikir sejenak. Sebetulnya memang itu yang ia harapkan sedari awal. Meski dalam satu kamar yang sama, setidaknya mereka punya ranjang masing-masing. Kinan tahu, tidur di kamar yang sama saja sudah salah apa lagi harus di atas kasur yang sama.

"Syaratnya, kamu tidak boleh menyentuh kasurku saat aku tertidur?"

Nathan menggeram, "Pelit sekali!"

"Ya sudah, aku pesan kamar lain dan kamu tidur di sini. Biar aku bayar pakai uangku sendiri." kata Kinan mengancam.

"Baiklah. Aku tidak akan sedikit pun menyentuh kasurmu. Puas?" Nathan menatap Kinan kesal dan berlalu mengambil lagi tasnya.

Setelah mengurus semua administrasi untuk berpindah kamar, Kinan tersenyum puas melihat kamarnya. Kamar itu tidak terlalu luas dan semewah kamar sebelumnya, tapi tak kalah indah. Ada dua tempat tidur dan satu ruangan berisi meja dan sofa untuk bersantai sambil menikmati pemandangan kota Amsterdam.

Dari kamar itu Kinan bisa lihat bahwa Amsterdam sangat ramai, bukan hanya turis tapi juga warga lokal. Ada banyak sekali bar dan kafe di kota itu. Amsterdam juga dikelilingi dengan kanal-kanal yang menjadi tujuan wisata. Ada banyak boat yang berlayar di sana.

"Besok mau kemana?" tanya Kinan pada Nathan yang masih mengunyah makannya.

Mereka memesan layanan kamar untuk makan malam karena Kinan terlalu malas keluar dan pergi mencari restoran. Kakinya sudah cukup lelah setelah seharian mengelilingi Pantai Scheveningen. Berbeda dengan Nathan yang sudah biasa berjalan kaki, Kinan merasa ia sangat kelelahan.

Hey, Tjoe! || NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang