12

695 78 4
                                    


"Ayolah, Nath. Dia sudah menunggumu sejak kemarin."

Noa memohon pada Nathan yang terlihat enggan. Laki-laki itu menatap jauh pada sosok Kinan yang masih berdiri bersama staff lain.

Sebuah kepulan asap keluar dari mulut dan hidung Nathan saat ia menghembuskan nafas berat ke udara. Nathan benar-benar tidak habis pikir oleh Giulia yang tidak gentar bahkan setelah Nathan mengancamnya. Di telepon kemarin, Nathan sudah bersikeras tidak ingin bertemu, tapi ternyata itu tidak bekerja pada otak Giulia yang sudah gila.

"Aku tidak mau, Noa, Rafa."

Lagi-lagi Nathan menolak. Nathan sedikit kesal dengan kedua temannya itu karena sudah membantu Giulia sampai sini.

"Lagi pula situasi ku sudah berubah, kalian tahu aku dan Kinan—"

"Maka dari itu, Nath. Aku ingin membantumu menyelesaikan urusanmu dengan Giulia sebelum hubunganmu dengan Kinan menjadi lebih serius."

Rafa berusaha menjelaskan niat baiknya. Sejujurnya Rafa juga tidak ingin memaksa Nathan bertemu Giulia, atau bahkan memaksa untuk mereka kembali seperti yang sedang Nathan pikirkan. Ia hanya ingin membantu Nathan melihat dan menyadari apa yang sesungguhnya terjadi.

Meski Rafa juga tahu, tidak akan ada yang berubah setelah Nathan tahu.

"Giulia hampir mengakhiri hidupnya dengan obat-obatan, Nath."

Sebuah fakta baru membuat Nathan terkesima. Memang benar jika Giulia sudah kehilangan akal sehatnya. Hubungan mereka hancur karena tingkah lakunya sendiri yang bercumbu dengan pria lain di belakangnya. Dan sekarang setelah mereka berpisah, Nathan juga yang harus menanggung kegilaan Giulia.

Nathan terdiam sejenak. Lagi-lagi netranya tak bisa lepas dari Kinan. Ia sangat takut membuat Kinan salah paham dan menyakiti gadis yang sedang ia upayakan dengan susah payah itu. Ia takut, hubunganya yang sudah mulai menunjukkan titik terang ini akan hancur hanya karena Giulia.

Perasaannya tidak enak.

"Di mana gadis itu?"

Setelah lama berpikir, akhirnya Nathan memutuskan untuk menemui mantan kekasihnya itu. Mungkin Rafa benar, ia harus menyelesaikan apa yang belum selesai di antara dia dan Giulia. Mungkin ia juga harus meminta maaf atas kejadian yang terakhir kali.

"Dia di hotel," ucap Noa.

Nathan hampir tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa mereka memberitahu gadis itu tempat Nathan menginap. Yang jelas-jelas adalah tempat Kinan menginap juga.

"Kalian benar-benar ingin menghabisiku atau bagaimana? Kenapa ia juga harus menginap di hotel yang sama dengan kita?" Nathan bertanya dengan suara tak percaya.

"Bagaimana dengan Kinan jika tahu soal ini?"

"Aku akan urus soal Kinan agar tidak kembali ke hotel, selagi kamu masih dengan Guilia." ucap Noah menenangkan.

***

Nathan menghentikan langkahnya saat sudah mendapati Giulia duduk di lobby dengan tenang. Gadis itu duduk menyilangkan kakinya dan terus bermain  ponsel. Tanpa sadar, Nathan sudah melihatnya cukup lama dari jarak empat meter.

Nathan menelan ludah susah payah saat tiba-tiba kerongkongannya menjadi kering. Ingatannya terlempar jauh pada kejadian malam itu. Malam dimana ia merasa hancur melihat kekasihnya bercumbu manja dengan temannya sendiri di apartemen milik Giulia.

————————

Nathan yang baru saja menyelesaikan pertandingan club nya buru-buru berasiap untuk pergi. Meski ia hanya duduk di bangku cadangan, ia tak cukup punya waktu jika tidak segera mempercepat langkahnya.

Hey, Tjoe! || NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang