Malam itu Kinan bersama keluarga Nathan yang lain tengah duduk melingkar pada meja restoran setelah bertolak dari hotel. Tidak ada Mina dan Noa sekarang. Kinan benar-benar sendiri.
Ia tidak banyak bicara selama makan kecuali saat Joy melemparkan beberapa pertanyaan agar suasana tidak kaku. Sejujurnya Kinan tidak merasa terintimidasi atau tertindas atau semacamnya. Ia benar-benar dibuat nyaman dengan kehangatan keluarga Tjoe A On itu.
Hanya saja, Kinan tetap merasa ada sesuatu yang menghalangi antara ia dan keluarga itu. Salah satunya adalah ritual berdoa sebelum makan yang mereka lakukan terlihat sangat asing. Ya meski Kinan hanya bisa diam dan berusaha tidak terganggu, hati kecilnya tidak bisa berbohong jika duduk diantara mereka adalah sebuah kesalahan.
"Tjoe, aku ke toilet sebentar," bisik Kinan di telinga Nathan sebelum beranjak dari duduknya.
"Mau ku temani?" kata Nathan yang juga hendak berdiri sebelum tangan Kinan menahannya untuk tetap duduk.
Melinda tersenyum tipis, "jangan terlalu posesif, Nathan. Kinan hanya akan ke toilet."
Semua orang disana terkekeh membuat Kinan dan Nathan bersemu merah secara bersamaan. Kinan buru-buru melanjutkan langkahnya untuk ke toilet. Meninggalkan Nathan yang masih jadi bahan ejekan di meja itu.
Setelah menuntaskan hasratnya, Kinan berdiri cukup lama di depan wastafel dengan air kran yang terus mengucur membasuh tangannya. Ia menatap dirinya sendiri dengan penuh tanya. Apa ada yang salah dengan keputusannya sejauh ini?
Ada rasa yang tidak bisa di jelaskan. Kinan juga bingung kenapa, padahal mereka sangat baik padanya. Mereka sama sekali tidak menghakimi Kinan atas apa yang jadi perbedaan diantara mereka.
Yang jelas, Kinan merasa lelah setelah bercengkrama untuk waktu yang lama dengan mereka. Kinan tidak tahu apa yang salah, yang jelas hatinya tak nyaman. Ada satu sisi di dalam dirinya yang terus menolak keadaan ini.
Kinan memutuskan untuk duduk di area outdoor restoran saat ia mendapati hanya ada Nathan dan ayahnya di meja mereka. Joy dan suaminya sudah lebih dulu pergi untuk quality time berdua, kata mereka. Sedang ia tidak menemukan dimana keberadaan Melinda dan tidak berniat bertanya.
Sapuan manja angin malam ini membuat pashmina Kinan terbang beberapa kali ke udara. Memang restoran mereka ada di lantai paling atas salah satu hotel mewah, jadi angin di rooftop ini cukup lebih kencang dari biasanya. Membuat Kinan mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri saat semilir angin itu terasa dingin menyentuh permukaan kulitnya.
"Kenapa di luar sendirian?"
Kinan mendongak saat suara perempuan yang sudah familiar dengan telinganya itu tiba-tiba terdengar. Kinan melihat Melinda tersenyum ramah padanya.
"Tidak ada. Saat kembali tadi, Nathan terlihat serius berdiskusi dengan ayahnya. Jadi aku takut menganggu." jawab Kinan sambil menggeser duduknya untuk memberi ruang Melinda agar bisa duduk.
Suasana kembali hening. Hanya suara beberapa klakson motor di bawah sana yang terdengar bersamaan deru kendaraan yang masih ramai meski waktu sudah larut malam. Jakarta memang tidak pernah sepi.
"Oh ya, aku ada hadiah untukmu." Melinda menarik sebuah paper bag dari balik tubuhnya. "Aku membelinya di Paris, beberapa waktu lalu saat berkunjung kesana."
Mata Kinan mengerjap kagum. Dengan ragu ia menerima barang itu dari tangan Melinda. Tangannya langsung mengintip apa yang ada di dalam sana.
"Aku tahu itu tidak akan berguna disini, tapi aku hanya berpikir untuk membelinya setelah mendengar seperti apa dirimu dari Nathan." ucap Melinda yang masih memperhatikan Kinan. Melinda merasa Kinan terlalu gemas dengan reaksi terkejutnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Tjoe! || Nathan
Fanfiction"Hey, Tjoe!" Sebuah panggilan yang manis. ______________________________________________ Ib: Nathan Tjoe A On 🤍