Nathan menatap satu kantung plastik bahan makanan yang masih rapi terbungkus di dalam kulkas dengan ternganga. Bahkan masih ada nota belanja yang ditempelkan pada plastik itu. Ia menggelengkan kepalanya melihat pekerjaan yang sudah dilakukan oleh gadis-gadis di sana.Nathan mengambil keluar kantung plastik itu dan segera melihat apa yang ada di dalamnya. Ia menggaruk belakang kepalanya melihat daging cincang dan beberapa tenderloin yang dibiarkan ada di sana, bukannya di keluarkan dan dimasukkan ke dalam freezer.
"Sepertinya aku belum tanya apa makanan favoritmu, ya?" tanya Nathan saat mengeluarkan satu persatu bahan makanan sambil berpikir menu apa yang cocok untuk makan malam mereka.
Kinan mendekat pada Nathan yang masih fokus memilah bahan apa yang akan ia masak malam ini.
"Aku suka hampir semua, Japanese, Italian, Indonesian of course." Kinan ikut menelisik bahan-bahan yang sudah Nathan sebar pada mini pantry. Melihat ada beberapa pasta disana, mata Kinan berbinar. Martha dan Mala memang tahu yang terbaik. "Pasta! I really like it."
"What pasta?"
"Semuanya, but creamy pasta with some kind of cheese is definitely the best."
Nathan menyunggingkan senyumnya melihat Kinan terlihat antusias. Ia melihat Kinan terus memilih beberapa pasta yang ada di sana.
"How about spaghetti brulee?"
Kinan mengangguk setuju, "uuh, sounds good!"
Nathan segera mengambil satu bungkus spaghetti, daging cincang, susu, saus bolognese instan dan mozzarela. Namun Nathan menyadari ada sesuatu yang kurang disana.
"Kita tidak punya onion?"
"Apa yang ada saja, Tjoe. Kita tidak mungkin menunda hanya karena bawang bombay. Aku sudah sangat kelaparan."
Nathan menurut. Ia segera merebus spaghetti pada panci yang juga sudah tersedia di sana. Di satu sisi kompor yang lain, ia memasak daging cincangnya bersama saus bolognese dengan begitu cekatan. Kinan sedikit terpana melihat keahlian Nathan yang baru saja ia sadari.
Kinan membantu Nathan meniriskan spaghetti dari panci meski pria itu sudah melarang. Kemalasan Kinan tiba-tiba saja menghilang setelah melihat Nathan berkutat sendirian di depan kompor. Ia rasa ia hanya perlu membantu dari pada sekedar melihat.
Nathan menepukkan kedua tangannya pada celemek yang ia kenakan saat spaghetti brulee buatannya sudah masuk dalam oven. Melihat pekerjaannya sudah selesai dan tinggal menunggu, Nathan berjalan menghampiri Kinan yang sedang menikmati tontonnya yaitu sebuah series di netflix.
"Maaf karena aku disini, jadwal party mu terganggu," ujar Kinan yang syarat akan sindirian untuk kekasihnya.
Nathan yang menyadari Kinan mulai menunjukkan tanda-tanda merajuk segera merangkul gadis itu. Entah apa yang terjadi tapi Nathan rasa Kinan terlalu sensitif hari ini. Mungkin karena rindu dan keributan mereka pagi tadi.
"Aku hanya perlu menundanya semalam. Bukan hal besar."
"Semalam?" tanya Kinan kesal.
"Bukan kah besok kamu akan kembali ke Jakarta?"
"Mengusirku?"
Nathan terkekeh sambil meraup gemas bibir Kinan yang sudah memanjang. Ia kembali membawa Kinan ke dalam pelukannya. Mengeratkan pelukannya sambil menghirup dalam-dalam wangi perpaduan stroberi dan mint dari rambut Kinan.
Hatinya masih saja terasa teriris saat menyadari Kinan terlalu baik untuk mendapatkan banyak kesulitan karena dirinya. Ia semakin merasa egois karena sudah memaksa Kinan untuk berjalan lebih jauh dengannya. Padahal ia tidak pernah menjajikan sebuah akhir yang jelas untuk Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Tjoe! || Nathan
Fanfic"Hey, Tjoe!" Sebuah panggilan yang manis. ______________________________________________ Ib: Nathan Tjoe A On 🤍