EPILOG

872 66 37
                                    

Amsterdam, 2024

Kembali pada suatu pagi dimana Kinan menemukan ratusan ribu komentar yang memenuhi kolom postingan di Instagramnya. Ia masih saja terkejut meski ini bukan yang pertama kali. Sayangnya, kehidupan Kinan yang penuh privasi selama ini tidak cocok dengan hingar bingar penggemar Nathan yang terus mengorek kehidupan pribadinya.

Masih dengan mukena yang menempel pada badannya, gadis itu tersungkur terisak diatas sajadah yang baru saja ia gunakan untuk menunaikan sembayang subuhnya. Membaca ratusan hujatan yang ditujukan bukan hanya pada dirinya, melainkan pada Nathan juga, membuat hati Kinan remuk redam pagi itu. Bagaimana bisa penggemar yang katanya mencintai Nathan bisa berlaku seburuk itu pada idolanya?

Belum lagi setelah tahu bagaimana cara orang-orang mengetahui hubungan mereka membuat Kinan merasa bersalah pada Nathan. Kalian ingat Arya? Mantan kekasih Kinan yang terakhir mereka temui di Bali? Dari situlah awal mula petaka ini terjadi.

Arya memang sempat menghubunginya beberapa saat lalu. Menawarkan kembali hubungan yang sudah lama berakhir itu untuk kembali diulang menjadi awal yang baru. Jelas Kinan menolak, selain ia sudah tak sudi menerima laki-laki brengsek itu, ada Nathan di kehidupanya yang sekarang.

Sayangnya, keputusan Kinan menolak mentah-mentah tawaran itu sangat melukai harga diri Arya. Entah apa alasannya, tapi Arya telah memotret dirinya dan Nathan selama di Bali. Arya sudah menguntit mereka tanpa sepengetahuan Kinan maupun Nathan. Jadilah foto-foto itu ia sebar di media sosisal dan berakhir kacau seperti ini.

Bagiamana caranya ia meminta maaf pada Nathan setelah ini? Bagiamana jika setelah kejadian ini karir Nathan yang sudah ia bangun sejak kecil porak poranda? Bagaimana jika Nathan kehilangan masa depannya di Timnas Indonesia? Kinan tak bisa melihat itu terjadi.

Dengan langkah berat, Kinan mendekat pada tubuh yang masih terkulai lemas di atas kasur. Kinan tak kuat membendung tangisnya tatkala mendapati Nathan begitu tenang terlelap. Bagiaman mungkin ia akan menghadapi Nathan setelah laki-laki itu bangun?

"Maafkan aku, maafkan aku, Nathan..."

Kinan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Sedang tangan yang lain terulur untuk menyingkarkan rambut Nathan yang menutupi sebagai wajahnya. Kinan mengusap pelan wajah laki-laki yang teramat sangat ia cintai itu. Membelai rambutnya pelan hingga laki-laki itu bergerak tak nyaman.

Kinan melepas tangan yang menutupi mulutnya. Beralih pada tangan kekar yang selama ini telah memeluknya setiap ia butuh ditenangkan. Tangan yang selalu merangkulnya mesra di hadapan orang-orang tanpa takut dihakimi. Tangan yang terus menggenggamnya sekeras apa ia mencoba lepas dari hubungan itu.

"Maaf karena aku, semuanya berjalan menjadi rumit untukmu." Kinan mencium tangan Nathan begitu dalam. Mencoba menyalurkan segala maaf dan cintanya secara bersamaan.

Perlahan, Kinan melepaskan jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan kekasihnya itu. Ia mengusap lembut sebuah bekas yang tercetak akibat jam tangan itu di kulit Nathan. Jika saja luka yang ia tinggalkan hanya sebatas bekas itu, mungkin Kinan masih punya nyali untuk terus bersama Nathan. Sayangnya, luka yang akan Nathan dapat berkali-kali lipat lebih parah meninggalkan bekas pada diri Nathan nantinya.

Maka dari itu, Kinan memutuskan menyerah pagi itu. Mungkin meninggalkan Nathan adalah jalan satu-satunya yang bisa ia tempuh untuk menyelamatkan Nathan dari luka-luka lain yang mungkin akan lebih parah. Meninggalakan Nathan bukan berarti ia tidak mencintainya. Sebaliknya, karena ia terlalu cinta pada Nathan, Kinan memilih menelan sakitnya patah hati demi memlihat Nathan bahagia.

"Aku mencintaimu, Nathan. Demi Tuhanku dan Tuhanmu, aku mencintaimu sampai akhir langkahku ini berhenti berpijak di bumi-Nya." Kinan mencium pipi Nathan lama untuk yang terakhir. Sayangnya, karena efek alkohol semalam, Nathan masih belum terjaga setelah sekian kali Kinan menciumi seluruh wajahnya.

Hey, Tjoe! || NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang