Bagaimana rasanya dicintai begitu hebat oleh dia yang beda agamanya?
Dengar, ini jawaban Kinan.
Sebaik-baiknya cinta beda agama adalah jangan. Jangan pernah, sama sekali!
Hanya itu yang bisa Kinan ungkapkan saat ia ditanya bagaimana rasanya dicintai oleh laki-laki sebaik Nathan. Dari sekian banyak laki-laki yang ia kenal sebagai teman dekat selama ia hidup, sebenarnya ia tidak pernah diperlalukan sebaik Nathan. Nathan merubah caranya memandang laki-laki, cinta dan dunia.
The way Nathan loves her is the most beautiful gift from God.
Sayangnya, Kinan sadar. Ia tidak akan pernah bisa meruntuhkan tembok tinggi yang selama ini jadi penghalang mereka. Kinan tidak punya kuasa untuk merubah segala hal yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ia tidak punya hak apa pun atas segala hal yang ada di dunia ini, termasuk Nathan.
Kinan bukan tidak tahu usaha Nathan. Bukan juga sengaja membutakan diri seperti yang Nathan katakan malam itu. Tidak sama sekali. Kinan hanya tidak ingin Nathan berusaha lebih keras hanya untuk berdosa pada Tuhannya.
Sebahagia apa pun ia saat bersama Nathan, Kinan tidak akan pernah meninggalkan agamanya. Begitu sebaliknya, Kinan harap Nathan juga tidak akan pernah meninggalkan apa pun hanya karena mencintainya. Kinan tidak ingin jadi alasan kenapa Nathan meninggalkan Tuhannya, atau alasan Nathan belajar soal apa yang selama ini jadi kepercayaanya.
Agama tidak semudah itu untuk ditinggalkan hanya demi cinta pada sesama.
Kinan sempat merasa semuanya akan baik-baik saja. Ia masih menyangkal tentang segala kemungkinan buruk yang sebenarnya sudah terjadi bahkan sejak Kinan memutuskan untuk memulai hubungan dengan Nathan. Dan pada akhirnya, dari sekian banyak komentar yang ia dapatkan di akun instagramnya. Ada sebuah kalimat yang langsung memukulnya mundur untuk menyerah.
"Secinta-cintanya kamu sama Nathan, jangan ambil dia dari Tuhannya."
Saat itu, pagi itu, dengan mukena yang masih terpasang di tubuhnya, dengan Nathan yang masih terlelap di sampingnya, Kinan menangis tanpa suara.
Sakit sekali.
Tidak ada yang bisa melebihi bagaimana sakitnya Kinan pagi itu. Tidak ada. Kinan benar-benar ingin mati saat itu juga.
Matanya yang mulai buram karena air mata menatap kosong laki-laki yang tengah tertidur di atas tempat tidur itu. Sedang Kinan yang masih duduk di atas sajadah pada lantai hotel yang dingin itu tak kuasa menahan segala rasa bersalah. Ia salah karena dengan egoisnya, ia membiarkan Nathan sejauh ini mencintainya.
Kinan mulai meringkuk di sana. Masih dengan memandang sedih Nathan yang masih terlelap begitu damai. Bagaimana bisa ia membawa Nathan dalam lembah menyakitkan ini? Bagaimana bisa ia terlalu bodoh untuk membiarkan semuanya berjalan sejauh ini.
Tangis Kinan semakin menjadi. Ia bahkan menggigit tangannya sendiri sebagai cara agar suara isakkannya tak membangunkan Nathan. Kinan bukan sedih karena hujatan itu memenuhi media sosialnya, bukan. Namun kesedihan itu ada karena ia sudah menghancurkan segala yang sudah Nathan usahakan untuk karirnya selama ini.
Bukan hanya Kinan yang dihujami ratusan komentar buruk, tapi Nathan juga. Laki-laki itu di katai dengan banyak tuduhan karena sibuk menjalain hubungan dengan dirinya. Padahal tugas ia datang adalah mengharumkan sepak bola Indonesia, bukan mencari gadis Indonesia untuk ia kencani.
Kinan tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati Nathan menanggapi segala kecaman dari penggemarnya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Melinda dan Romeo yang sedih melihat Nathan di benci satu Indonesia. Ia tidak bisa membayangkan segala hal buruk yang menimpa Nathan ini karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Tjoe! || Nathan
Fanfic"Hey, Tjoe!" Sebuah panggilan yang manis. ______________________________________________ Ib: Nathan Tjoe A On 🤍