2. Kembali ke Tanah Air

528 125 7
                                    


     Bandar udara internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz. Dengan cermat Yasna membaca huruf demi huruf bertuliskan nama bandara internasional yang terletak di timur laut kota Madinah, Arab Saudi tersebut.

     Akhirnya ia kembali berada di tempat ini. Setelah dua tahun yang lalu ia juga berada di bandar udara ini. Bedanya dua tahun lalu ia datang dari Indonesia diantar sang abi dengan sejuta pikiran yang berkecamuk. Sedih yang dominan juga harapan yang besar dan tak luput juga senang. Sedih karena kedatangannya ke kota yang selalu menjadi tempat paling diinginkan seluruh muslim untuk dikunjungi ini dilatarbelakangi oleh keinginan melupakan masalah hidup. Yaitu tentang pernikahan nya yang kandas setelah lima tahun berlayar.

      Yasna tak memungkiri jika keinginannya pergi ke Madinah salah satunya adalah karena ia tak mau terus mengingat perpisahan nya dengan Gus Haidar jika terus berada di pondok. Yasna ingat betul bagaimana sebetulnya sang umi seperti tak rela jika Yasna memilih pergi menjauh dan ke tempat yang sangat jauh hingga ke negeri timur tengah tersebut. Meski uminya tahu kalau ada Ami Farhan dan keluarganya yang akan siap menjaganya selama berada disini.

     Berbeda dengan sang Abi yang kala itu tampak tenang dan mendukung keinginan Yasna untuk memilih melanjutkan pendidikan nya hingga ke negeri dimana pusat ibadah umat Islam berada.

     "Tak apa. Pergilah Yas. Abi mendukung keinginan mu. Abi minta kamu benar-benar meluruskan niat. Jangan hanya sekedar melarikan diri dari permasalahan hidup. Tapi tata niat kamu untuk menuntut ilmu terbaik. InsyaAllah keberkahan akan selalu melimpahimu, Nak..." Yasna belum lupa ucapan yang lebih mirip wejangan dari Abi Salman.

      Nyatanya itu adalah sebuah harapan yang juga Yasna miliki. Berangkat ke Madinah bukan untuk melupakan apa yang sudah terjadi. Karena mungkin hal tersebut tak akan bisa dilupakan secara sempurna. Tapi menerima dengan ikhlas merupakan pilihan paling baik yang harus Yasna lakukan. Selain harapan ia meraih ilmu di jenjang yang lebih tinggi untuk menggenapi ilmu bahasa arab yang telah ia miliki secara formal di strata satu. Kini ia telah lulus dari dirosat lughowiyah di Taibah University, Madinah.

     Setidaknya Yasna harus banyak bersyukur bahwa ia salah satu orang Indonesia yang bisa mengenyam ilmu bahasa arab dari tempat asalnya. Karena tak mudah buat seorang akhwat seperti dirinya bisa bersekolah di negeri muslim tersebut. Apalagi ia telah tak bersuami sehingga tak ada mahram resmi sebagai syarat agar bisa bermukim dan bersekolah di Madinah. Keberadaan Ami Farhan sebagai paman kandung dan mahramnya menjadi jaminan buat Yasna bisa mukim dan bersekolah di Madinah.

     Keberadaan keluarga Ami Farhan dan Ama Nurul juga Hafizah dan adiknya menjadi poin yang membuat Yasna senang bisa pergi ke tempat ini. Keluarga uminya itu sangat baik dan menyayanginya.

      "Yasna...." Panggilan Ama Nurul membuat kilas balik Yasna tentang kedatangan nya dulu ke tempat ini terputus.

      "Itu sudah ditunggu Ami kamu. Ami sudah ketemu temannya dan keponakan nya yang akan membersamai kamu dalam perjalanan pulang ke Indonesia" beritahu Ama Nurul pada Yasna.

     "Oh...eng iya Ama" sahut Yasna cepat. Ia memang sudah diberitahu kalau ia pulang ke Indonesia bersama kenalan Ami Farhan yang kebetulan akan mengantar pulang keponakannya yang juga baru saja menyelesaikan studinya di negeri ini.

      Bukankah tadi sudah disampaikan kalau Ami dan ama nya sangat menjaga Yasna. Mereka tak mau melepaskan begitu saja Yasna pulang ke tanah air seorang diri. Inginnya Ami Farhan bisa mengantar sendiri Yasna pulang ke Jombang. Tapi pekerjaan Ami Farhan sebagai guru di sebuah Ma'had tak bisa ditinggalkan dalam waktu dekat. Sehingga Ami Farhan mengupayakan agar Yasna bisa pulang dengan orang yang bisa menjaganya dengan baik hingga sampai di tanah air.

BETTER LOVEWhere stories live. Discover now