"Sebenarnya masih ingin lebih lama disini. Secara betah sekali tinggal disini. Tapi apa daya sudah berderet agenda acara yang harus di jalani..." Ucap ustadz Harman pada Abi Salman dan semua yang ikut mengantar.Abi Salman tersenyum sembari mengangguk paham. Sebagai ustadz, pemilik pondok dan pengajar, pasti ustadz Harman memiliki banyak agenda acara. Begitu pula dengan Nadira yang ia tahu juga menjadi tenaga pengajar di pondok.
"Alhamdulillah kalau dik Maman sama Dira betah disini. Setidaknya dik Maman dan Dira sudah menginap dan menjadi tamu istimewa kami..." Abi Salman menanggapi dengan senyum teduh.
"MasyaAllah, saya sama keponakan saya ini yang merasa sangat beruntung bisa bertamu di rumah njenengan, mas Salman. Bukan begitu Dira?" Ustadz Harman menoleh ke arah Nadira yang berdiri beberapa langkah di belakang pamannya.
Nadira yang namanya disebut langsung menunjukkan senyum khasnya. Seraya mengangguk tegas.
"Benar paman. Dira merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan orang-orang salih dan shalihah seperti Abi Salman, umi Salamah dan mbak Yas juga semuanya..."
"Kok nama nya Daru tak disebut yaa...." Celetuk umi Salamah menggoda Nadira. Membuat Abi Salman dan ustadz Harman spontan tersenyum. Sedangkan Nadira juga ikut tersenyum sembari melirik Yasna yang berdiri di sebelahnya. Nadira bisa melihat Yasna pun ikut tersenyum. Namun Nadira juga tahu kalau senyum Yasna mungkin hanya untuk menutupi apa yang dirasakan hatinya.
"Ah umik bisa saja .. " sahut Nadira sedikit menunduk malu.
"Hem, baiklah. Kami hendak berpamitan dulu. Terimakasih atas semua sambutan dan jamuan yang luar biasa selama kami disini. Juga oleh-oleh yang masyaAllah banyak sekali..." Ujar ustadz Harman menunjuk bagasi mobilnya yang penuh dengan aneka makanan khas Jombang dan hasil panen kebun milik Abi Salman.
"Itu tak banyak dik. Tak sebanding dengan dapur kami yang kemarin penuh sesak karena oleh-oleh yang dibawa dik Maman dari Tuban. " Sahut Abi Salman mengimbangi soal oleh-oleh mereka.
Dua lelaki yang sama-sama tak muda lagi itu begitu pandai saling memuji dan memuliakan orang lain. Ketara sekali adab dan akhlak yang dimiliki keduanya. Abi Salman dan ustadz Harman begitu hati-hati menjaga lisan, sikap dan perasaan orang lain. Setidaknya memang itu sikap yang harus dimiliki seorang muslim seperti dicontohkan Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
"Dira pamit dulu ya mbak Yas..." Nadira menghadapkan dirinya tepat di depan Yasna.
"Iya. Jazakillah Khoir ya Dira. Aku minta maaf ya kalau ada salah dan....uhuk...uhuk..." Yasna menjeda kalimatnya karena terbatuk.
"Maaf karena tak maksimal menjamu Dira. Seperti kemarin yang tak tahu kalau Dira tenyata tak ikut pergi sama Abi..." Yasna ingat tentang kemarin ketika Nadira mengirim pesan padanya. Dan ia baru sadar ketika sudah menjelang sore. Yasna tak tahu kalau ternyata Nadira tak jadi ikut pergi bersama Abi Salman, umi Salamah dan ustadz Harman.
"Ih tak masalah mbak. Kemarin Dira tuh malah main sama ustazah Novi yang kebetulan ketemu di depan. Dira diajak main ke asrama putri. Seneng banget, Dira diajakin rujakan sama para santri..."
Yasna sempat terkekeh pelan. Tadi ustazah Novi sempat memberitahu nya lewat WA. Kalau kemarin berpapasan dengan Nadira saat melintas di depan rumah. Ustazah Novi yang tahu kalau Nadira adalah tamu Abi Salman, berinisiatif mengajak Nadira main ke asrama putri.
"Alhamdulillah...para santri...uhuk...uhuk..."Yasna terbatuk lagi sebelum menyelesaikan kalimatnya.
"Para santri memang suka sekali rujakan" imbuh Yasna lagi.
YOU ARE READING
BETTER LOVE
Short StorySide story Andai kau Tahu & Dila's Love Yasna tak pernah menyangka mahligai yang berusaha ia jaga dengan sepenuh hati akhirnya kandas juga. Yasna merasa sudah berusaha sekuat mungkin menjaga kesakralan hubungan yang terjalin di hadapan Allah. Menjag...