9. Tak Akan Melepaskan

530 131 20
                                    


       Andaru merubah posisi rebahan nya dari miring menjadi terlentang. Sekilas ia melihat jam di dinding menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Suara hewan malam sayup-sayup bisa didengar Daru. Bagian belakang rumah ini memang merupakan tanah kosong yang belum didirikan bangunan. Meski juga bukan hutan belantara dengan pepohonan lebat. Tapi setidaknya banyak pohon pisang dan mangga di sana. Kebetulan kamar Daru ada di bagian belakang rumah.

      Daru sendiri tak paham kenapa malam ini ia sedikit sulit tidur. Seharusnya rasa lelah karena seharian tadi mengurusi proyek dan toko furniture nya yang ada di kota bisa membuat Daru mudah tertidur. Tapi hingga hampir setengah jam ia merebahkan diri di pembaringan nya ini, Daru tetap belum bisa menutup mata apalagi lelap.

       Cahaya rembulan yang terang bisa Daru tangkap pantulannya melalui ventilasi kamar. Cuaca malam ini bisa dibilang sangat cerah dengan hawa lumayan gerah. Apalagi kamar ini tak dilengkapi pendingin ruangan. Daru memang tak berniat memasang alat yang mampu membuat ruangan menjadi lebih dingin itu  Daru berpikir ia tak terlalu memerlukan alat tersebut. Jujur, Daru juga memikirkan tagihan listrik jika memakai air conditioner di kamarnya. Meski sebenarnya itu juga bukan satu-satunya alasan. Karena Daru memasang air conditioner di kamar Laras yang berada di lantai dua. Daru selalu berpikir efisien dan efektif. Kalau tak terlalu penting, Daru tak membelinya. Meski ia mampu.

      Daru juga bukan tipe orang yang tak tahan gerah. Daru pernah mengalami suasana tidur di tempat yang sangat jauh dari kata nyaman. Gerah, banyak nyamuk dan pengap. Iya, jangan lupakan Daru yang pernah tidur di dalam tahanan yang ada di lembaga pemasyarakatan. Bukan hanya sebulan dua bulan, tapi hingga dua tahun.

      Jadi jika malam ini Daru agak susah tidur, sepertinya Daru sangsi kalau penyebabnya adalah hawa gerah yang sudah biasa ia rasakan. Daru juga sangsi kalau penyebabnya karena masalah pekerjaan. Daru merasa semua pekerjaan nya baik-baik saja. Usahanya berjalan lancar. Bahkan sangat baik dan maju. Usaha kontruksi dan furniture nya makin dikenal orang. Banyak mendapat orderan. Terakhir sebuah perusahaan besar yang sedang membangun hotel di kawasan Batu, mempercayakan kelengkapan furniture nya pada Daru. Sudah terbayang uang yang didapat dari tender tersebut. Daru sangat bersyukur bahwa ia bisa berjalan hingga sejauh ini dengan usaha yang ia bangun sendiri. Daru tak pernah berhenti bersyukur pada Allah dan selalu meminta doa pada ibunya.

      "Hidupnya mas Daru itu ada yang kurang tahu. Lama-lama mas Daru bakalan susah tidur..."

      "Kurang apaan ya....mas nggak pernah susah tidur kok. Mas baik-baik saja. Gampang tidur nyenyak pulas... "

      "Ya kan tadi bilangnya lama-lama. Pas mas menyadari kalau mas membutuhkan seseorang yang bisa menemani mas dimanapun sampai di tempat tidur ..."

      Ucapan Laras dengan melirihkan kalimat terakhir membuat Daru menatap adiknya lekat. Laras malah nyengir sendiri ditatap kakaknya begitu.

      "Bagaimanapun Laras yakin, mas Daru itu lelaki normal. Fitrohnya ya butuh pendamping. Yang bisa mas sayang-sayang, mas belai-belai, mas .."

      "Huss....jangan diterusin" Daru tak mau Laras melanjutkan kalimatnya yang Daru yakini ingin menggodanya. Laras malah terbahak mendengar Daru melarangnya melanjutkan kalimatnya.

      "Percaya deh sama Laras, mas Daru nanti akan tiba pada suatu titik dimana mas akan berkata...aku butuh seseorang yang aku lindungi dan sayangi sepenuh hati. Pasti saat itu mas Daru sedang merasakan yang namanya jatuh cinta..."

     Daru tiba-tiba mengingat obrolan nya dengan sang adik. Daru menghela napas panjang. Kini memakai tangan kanan untuk menumpu kepalanya. Kenapa juga ia teringat obrolannya dengan Laras yang sebenarnya sudah cukup lama terjadi. Ya obrolan yang sudah biasa mereka lakukan saat Laras dan Danar berkunjung ke rumah ini.

BETTER LOVEWhere stories live. Discover now