5. Menggandeng Ehsan

576 135 25
                                    


"Allahuma 'afini fi badani, Allahuma 'afini fi sam'i, Allahuma 'afini fi Bashori..." Bibir merah delima milik Yasna terus bergumam. Melantunkan doa Al ma'surat yang rutin ia baca tiap pagi dan petang

"Allahuma innii audzubika minal kufri wal faqri, waadzubika min adzabil qabri, Laa Ilaha Illa anta...."

Yasna masih terus menggumamkan bacaan Al ma'surat yang merupakan doa yang berasal dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dengan sanad shahih. Dimana doa Al ma'surat memiliki banyak manfaat dan keutamaan buat yang membacanya.

      Di sebuah hadist riwayat abu Dawud dan Tirmidzi disebutkan bahwa "Barang siapa yang membaca bacaan surah di Al Ma'surat yaitu surah Al Falaq dan An Nas di pagi dan sore hari sebanyak tiga kali maka Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya di dunia"

     Disela aktivitas Yasna membaca doa Al ma'surat, kicauan burung terdengar mulai menyemarakan pagi. Suasana yang dua tahun kemarin tak bisa Yasna temui. Membuat ia sering merasa rindu dengan suasana rumah di Jombang. Meski ia juga betah tinggal di Madinah bersama keluarga Ami Farhan dan Ama Nurul. Tapi tak Yasna pungkiri bahwa bagaimanapun tanah kelahiran selalu menjadi tempat yang tak akan pernah bisa dilupakan begitu saja. Apalagi disini ada Abi dan uminya yang pasti juga memiliki kerinduan yang sama dengannya.

      "Yasna..." Suara diiringi ketukan di pintu kamar terdengar tepat saat Yasna baru saja menyelesaikan bacaan doa Al ma'surat nya. Suara yang pasti sangat Yasna hapal. Itu suara uminya.  Yasna gegas berdiri dari duduknya di atas tempat tidur untuk membuka pintu kamar buat sang umi.

       "Sudah bangun Yas...ini umi bawakan wedang jahe buat kamu" sambut sang umi ketika muncul wajah Yasna dari balik pintu kamar yang terbuka.

       "MasyaAllah umi jadi repot" sahut Yasna sembari membuka lebar pintu kamarnya. Mempersilahkan sang umi untuk masuk ke dalam.

     Dan memang umi Salamah tak hanya ingin memberikan wedang jahe buat Yasna. Perempuan berwajah Arab itu memang ingin masuk juga ke dalam kamar putrinya. Setelah meletakkan gelas berisi wedang jahe, umi Salamah memilih mendekat ke arah jendela kamar Yasna. Kemudian membuka jendela berbingkai kayu tersebut.

      "Nggak kerasa sudah terbit matahari nya" gumam Yasna ketika melihat pancaran sinar matahari yang tampak saat jendela kamar terbuka lebar. Angin segar yang berhembus dari kebun belakang pun menyeruak masuk membuat suasana terasa hangat dan segar diantara semilir angin.

      "Iya, ini sudah hampir pukul enam pagi Yas" sahut umi Salamah yang bisa mendengar gumaman Yasna.

      "Kamu terlalu asik murojaah dan berzikir..." Imbuh umi Salamah kini sudah duduk di samping Yasna.

      Yasna hanya tersenyum menanggapi ucapan sang umi. Sepertinya memang begitu. Dulu ia memang sangat menyukai aktivitas di dalam kamar. Melakukan apapun. Menunggu suaminya pulang. Yasna hanya akan keluar saat jam mengajar atau ada pengajian di asrama putri. Tapi itu dulu sekali. Waktu di awal-awal ia menikah dengan Gus Haidar. Tapi setelah Gus Haidar diminta pulang oleh kedua orangtuanya untuk mengurus pondok karena alasan abahnya yang sakit, Yasna memilih menyibukkan diri dengan menambah jam mengajar dan jam mengisi kajian di asrama putri.

       Banyak yang sempat menyalahkan Yasna kenapa tak memilih untuk ikut Gus Haidar pulang ke rumahnya, malah tetap tinggal di Jombang. Apalagi ketika akhirnya perpisahan itu terjadi. Suara sumbang seperti itu sempat kembali terdengar. Tapi Yasna memilih diam. Mereka tak tahu alasan yang membuat Yasna memilih tetap tinggal bersama kedua orangtuanya di tempat ini.

BETTER LOVEWhere stories live. Discover now