Lagi

7K 419 80
                                    

Kaaf memicingkan mata ketika sinar putih lampu menyambutnya. Gerakan seseorang didekapannya membuat Kaaf tersadar. Tangan kekarnya terasa kebas akibat kini berganti fungsi menjadi bantalan orang tersebut. Kaaf menatap wajah tertidur orang itu yang tampak damai dalam mimpi. Kepalanya bergerak sedikit seolah mencari kehangatan dalam dada kaaf.

"Calm down baby... I'm here..." Ucap Kaaf sambil membelai rambut rambut halus milik wanita itu yang tak lain adalah Alyssa.

"Alea..." Gumam Alyssa dalam tidurnya sambil mengerutkan kening.

Kaaf mengulurkan tangannya dan kini berganti mengelus kerutan yang terbentuk di kening Alyssa sampai menghilang. Entah mengapa, saat Kaaf kembali lagi ke kota ini untuk meninjau salah satu hotel yang dibawah naungan perusahaan sang Papa, justru tempat yang pertama dikunjunginya adalah tempat ini.

Beruntung saat dia datang, wanita yang terakhir Ia sentuh dalam konteks lain sedang duduk di kursinya sambil sesekali menguap. Kaaf sempat tersenyum memandang wajah Alyssa. Dan akhirnya, dia memutuskan untuk mem-booking Alyssa sampai pagi dengan tarif yang cukup fantastis, namun tidak untuk Kaaf. Uang sagitu tidak ada artinya bagi dia.

Tiga kali bertemu dengan Alyssa dan sekali mengarungi kenikmatan duniawi bersama, Kaaf merasa bahwa ada rasa lain yang hadir ketika dia bersama Alyssa, lain dengan wanita-wanita yang selama ini dia tiduri. Dalam gerakannya, Kaaf bisa merasakan ada kepedihan disana. Dan tentu jelas berbeda juga dengan para mantan-mantan kekasih Kaaf yang melakukannya atas dasar suka tidak sama suka.

Yaaaa, karena Kaaf semata-mata menyatakan cinta dengan tujuan yang buruk. Tapi sungguh tak ada rasa penyesalan dalam dirinya, sebab dari sekian banyak wanita yang sudah tidur bersamanya, tak sekalipun dia temui dalam keadaan perawan yang Kaaf yakini mereka berikan dengan sukarela.

Dering suara panggilan masuk dari ponsel Kaaf memenuhi ruangan yang berukuran tak terlalu besar ini. Kaaf bangkit sedikit meraih ponsel hitam dengan layar berukuran sedang teronggok di nakas. Kedua matanya menyipit sejenak menatap nama si pemanggil, lalu Ia menggeser tombol hijau pertanda panggilan tersebut diterima olehnya.

"Hallo Kak..." Kaaf menekan volume suaranya karna Alyssa kini bergerak dalam kukungannya.

.........

"Iyaaa, gue udah disini kok... Bawel banget sih lo!" Gerutu Kaaf ketika suara seorang wanita di sebrang telepon menanyai keberadaannya.

........

"Ntar siang gue kesana, ada hal lebih penting dari bisnis sialan itu."

....,..,

"Damn it! Kenapa lo jadi ngeselin gini sih?" Kaaf mengalihkan pandangan ke arah kamar mandi transparan yang ada di sudut ruangan. Emosinya kini seakan terpancing.

........

"Terserah lo, bye!" Kaaf meletakkan kembali ponselnya kasar seakan ingin meremukkan benda persegi itu.

"Kaaf..." Lirihan suara Alyssa yang terbangun menyadarkan Kaaf kembali bahwa kini sedang ada sesosok wanita dipelukannya.

"Ehh Sa... Udah bangun? Maaf kalo gue ganggu, tadi itu kakak ipar gue." Jelas Kaaf namun tak terlalu di tanggapi oleh Alyssa.

Alyssa bangkit lalu memposisikan dirinya terduduk. Ia sempat kaget sewaktu mendengar perkataan Kaaf tadi dengan seseorang di telepon, namun kekagetannya bertambah lagi ketika Ia tersadar saat membuka mata, justru dada bidang Kaaf yang menyambut dibalik sebuah kemeja putih yang pria itu kenakan.

"Maaf aku bangun telat. Bisa kita mulai sekarang?" Kaaf mengerutkan kening mendengar penuturan Alyssa. Kedua mata tajamnya memandang lekat wajah ayu alami milik wanita yang telah dibayarnya itu. Rambut coklat gelapnya yang sebagian jatuh menutupi wajah, serta sisa-sisa kantuk yang masih tercetak jelas.

Wanita BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang