"Ulang"
"Ulangi"
"Ulangi lagi"
"Perbaiki sampai benar"
"Perhatikan dengan teliti"
Aleen duduk tersandar dikursi hitamnya. Kehidupan magang di perusahaan keluarga tidaklah menyenangkan sangat terbalik dengan yang ada ditayangan televisi dimana mereka menyajikan bahwa bekerja di perusahaan keluarga itu pasti mendapatkan perlakuan khusus dan istimewa. Tapi tidak dengan Aleen, realita kehidupan dunia nyata telah dihadapinya, bekerja sebagai karyawan magang di salah satu anak perusahaan Daddy ternyata cukup sulit bahkan tak ada sistem yang memudahkanya, semua harus melalui proses. Mungkin itulah mengapa sangat banyak standar yang harus dipenuhi jika ingin bekerja diperusahaan ini, bukan hanya segi intelektual tapi dari segi attitude.
Aleen tak tahu sebenarnya Papa Dian ini sedang menyiksanya atau mengajarinya! Dari beberapa saat hingga sekarang tak ada satupun laporan Aleen yang diterimanya kecuali dengan kata pengulangan. Aleen berusaha keras memikirkan celah dimana kesalahannya karena ia melakukan sesuai dengan instruksi juga arahan pria itu. Akan tetapi masih saja dikatan salah dan perlu diulang. Sebenarnya ia ini keponakan Dian atau musuh pribadi Dian sih. Aleen kesal seorang diri, ingin mengadi tapi Daddy lebih galak, Apa ia adukan saja ke Papi Jeff ya.
Pukul empat sore disaat semua karyawan lebih memilih mengakhiri kegiatan mereka tepat waktu dan pulang ke rumah, Aleen malah sebaliknya, ia sibuk berkutat dengan komputer dan mengetikkan banyak hal, jemarinya sangat lincah bermain diatas tuts keyboard yang berbunyi itu. Aleen melihat lamat-lamat setiap kata yang ia ketik, rasanya tak ada lagi kekeliruan disana dan jika disuruh mengulang lagi Aleen akan mengadu saja ke Daddy ataupun Matt, Abangnya.
Dentingan jam terus berbunyi, jarum jam pun tak tinggal diam. Lelaki manis putra kelima Wijaya ini larut dalam kegiatanya tanpa memperdulikan langit yang semakin gelap. Keheningan itu sedikit tergantikan dengan kegugupan takkala Aleen melihat tetesan darah segar mengalir dari hidungnya. Aleen mendongkak mencoba menghalau darah yang terus-terusan ingin keluar.
"Astaga, kenapa lagi ini, Tuhan aku sudah menyelesaikannya setelah berapa kali pemgulangan, astagaa kenapa nasib ku seperti ini" Gerutu Aleen yang menyadari kecerobohan dirinya. darahnya menetes mengenai lembaran kertas yang telah disusunnya penuh kerjakeras dan effort yang bukan main. Tangan Aleen meraih gelas kopi dengan tergesa-gesa. Sekilas pandangannya menjadi buram, tubuhnya meremang dan menggigil ia pun tak menyadari entah sejak kapan cangkir kopi itu terjatuh dan mengenai sebagian kemeja nya, lantai juga menjadi kotor karena kopi yang tumpah.
Ruang karyawan sudah sepenuhnya sepi dan hanya menyisakan Aleen seorang diri. Aleen menenangkan dirinya dengan duduk bersandar dimeja lalu menarik nafas beberapa kali. Sayangnya hal itu bukanya membaik tapi sebaliknya, degupan jantung Aleen terasa lebih cepat dibandingkan biasanya bahkan tangannya tak berhenti gemetar. Sejauh ini ia merasa ada rasa perih di sekitaran perut bagian kanan bawah. "Kenapa sakit sekali ya" Aleen memeluk erat perutnya bahkan tubuhnya membungkuk guna mengurangi rasa sakit itu.
"Aleeen"
TerimaKasih Tuhan.
"A--Abang--Hikss--Sakit sekali"
"Adek, kamu kenapa?" Matt setengah berlari lalu berjongkok dihadapan sang adik yang tengah meringis dilantai. Aleen meraih tangan Matt dan menggenggamnya erat guna menyalurkan rasa sakit yang ia rasa. Melihat kondisi sang adik, Matt terkejut ia langsung menghubungi Rans dan Aideen untuk segera kerumah dan menyiapkan peralatan medis dikamark Aleen. Aleen tak suka dirumah sakit, ia lebih suka dirawat dirumah. Setelah melaporkan keadaan adiknya, Matt diarahkan Rans untuk menenangkan Aleen terlebih dahulu baru mengajaknya ke mobil untuk pulang. Aleen hanya bisa diam bersandar ditubuh Abangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Daddy 2 |Nct Dream x Johnny|
FanfictionSide story of Wijaya Brothers Note : Cerita ini hanya dibuat untuk bersenang-senang sekedar mengobati rindu pembuat cerita ini kepada tokoh yang pernah dibuatnya pada cerita diawal. Mungkin jarang update ya, tergantung mood pembuat kisah nanti. Dida...