Aleen yang semula cuek dengan keadaan sekitar kini menjadi bingung dan serba salah. Tak ada yang mengatakan kepada nya bahwa Rans sungguh tak pulang dan sudah dua hari ia menunggui kaka nya itu. Aleen merasa bersalah karena mengucapkan kata yang tidak sopan kepada kakanya. Berkali-kali Aleen mencoba mengirimi pesan dan menghubungi via telpon tapi tak ada hasilnya Rans seolah menghipang dari belahan bumi ini. Aleen semakin sedih takkala ia mendengarkan bahwa Aireen berbincang dengan sang kaka lewat video call.
Tanpa sepengetahuan yang lain sehabis dari kantor Aleen buru-buru keluar dari gedung itu ia langsung menuju tempat parkir lalu melajukan mobilnya ke arah rumah sajit Rans bekerja, tak lupa ia membawakan makanan juga cemilan kesukaan kakanya itu. Tak butuh waktu lama bagi Aleen untuk berkendara kesana, dengan langkah lebar ia langsung menuju tempat dimana ruangan kaka nya berada.
Aleen menghembuskan nafas beratnya lalu dengan pelan tangan kanan itu memutar knop pintu. Ia mengintip sedikit lalu melihat sosok Rans yang tengah terlelap di sofa dengan tubuh yang terbungkus selimut. Ia berjalan pelan lalu meletakkn sekotak makanan itu diatas meja sedangkan dirinya melihat disekeliling yang sedikit berantakan itu. Ia berkemas dan merapikan ruangan sang kaka, rupanya Rans begitu kelelahan sampai ia tak terganggu dengan suara bising yang Aleen ciptakan ketika berkemas.
Sudah dua jam lebih Aleen menunggu tapi sang kaka tak kunjung bangun, Aleen pun duduk lalu menyandarkan kepalanya di sofa dengan mata yang menatap ke arah sang kaka. "Marah banget ya sama kaaa sama adek, sampe nggak pulang beneran, padahal aku nungguin lho! mau minta maaf sama peluk" ucap Aleen pelan lalu tanganya itu mengusap punggung tangan Rans. Aleen bangkit dan melihat ada sesuatu ditangan Rans. "Tuhkan, katanya khawatir sama kesehatan adek, ini apa? kesehatan sendiri nggak di jaga!" gerutu Aleen saat melihat bekas infus yang masih tertengger di punggung tangan kaka nya.
"Maafin adek ya kaaaa...." Aleen berkata lirih lalu memyembunyikan wajahnya di antara tangan yang terlipat di sofa.
Aleen sesegukan ia menyesali semua perkataanya terhadap Rans, terlebih ia menjawab dengan suara lebih tinggi dan menyuruh sang kaka agar tak usah pulang. Aleen semakin terisak takkala ia merasakan pucuk kepalanya di usap dengan pelan juga tangan yang mengusap lengannya. Aleen perlahan mengangkat wajahnya lalu pandangan matanya bertemu dengan tatapan hangat milik sang kaka. Bukannya tenang tangisan itu malah menjadi-jadi, ia menanggis seperti anak kecil yang kehilangan boneka miliknya. Rans hanya tersenyum membiarkan adiknya yang terus terisak. "Heyy, udahan nanggis nya dek" Rans berucap.
"Kakaaaa, maafin adek....hikssss" Aleen langsung meraih tubuh sang kaka lalu memanggis kembali dengan isakan yang lebih nyaring sehingga Rans kembali terkekeh. "Kaka pulang, aku yang salah, aku minta maaf karena lancang pake suara tinggi, terus ngelawan waktu kaka kasih tau, Adek bandel hikssss....maafin adek, maafin, adek mau kaka pulang, janji nggk bakalan ngelawan lagi" Aleen terus-terusan menanggis dipelukan sang kaka.
Rans bangkit dari posisinya begitu juga Aleen yang tetap memeluknya. "Dek, udahhh, berhenti nanggisnya, nanti dadanya sesak tuh" Rans mengusap cepat punggung sang adik mencoba menenangkan tangisa yang semakin menjadi-jadi. "Iyaaaa, kaka pulang malam ini adek" Rans berujar lagi.
Akhirnya setelah tangisan itu mulai mereda, Aleen tetap menunduk sedangkan Rans menyantap makanan yang di bawa Aleen. "Kaka masih marah?" tanya Aleen.
"Iya" Jawab Rans singkat
"Tuhkannn....hikssss" Tangisan Aleen kembali
"Hahahaaa, bencanda adek" Rans terkekeh setelah melihat adiknya akan menanggis lagi.
"Kapan selesai kerja?" Aleen bertanya
"udah selesai sih sebenarnya tapikan ada yang nggak bolehin pulang" jawab Rans
"Ihhhhh kakaaaa, kan adek udah minta maaf masa di ingatkan lagi sih, ini aku mesti gimana? berlutut gitu?" Aleen yang sudah lelah menanggis kini mulai kewalahan dan ingin lekas menarik kakanya itu untuk segera pulang ke rumah mereka.
Setelah berbagai bujur rayuan akhirnya Rans mengikuti kemauan adiknya untuk segera pulang ke rumah, sebenarnya ini hanya kebetulan saja, Rans diminta untuk mengawasi pasien VIP selama dua hari dan berakhirlah ia tak pulang sungguhan. Sewaktu di mobil Rans memperhatikan Aleen yang hampir terlelap disampingnya. Syukurlah jalana pada malam hari ini tak ramai jadi Rans bisa mengemudi dengan cepat.
Tiba didepan pintu Aleen yang masih setengah sadr hanya bisa bersandar di bahu sang kaka lalu berjalan dengan tangan yang digenggam oleh Rans. Sewaktu mereka masuk bersama, seluruh atensi langsung memperhatikan mereka. "mau tidur sama kaka" ucap Aleen
"Iyaaa, pamitan dulu terus bersihin badan langsung masuk kamar" Titah Rans
"okaayyy kaka sayang" Aleen begitu manis tak lupa ia kecup pipi kanan kaka favorite nya itu lebih dulu. Dengan wajah berseri ia peluk dan cium satu persatu saudaranya lalu berpamitan.
"Pantas waktu pulang kerja hilang jejak" Matt berujar
"Dia ke rumah sakit tadi, aku juga kaget tiba-tiba dengar dia nanggis minta aku pulang, padahalkan aku memang sibuk" jawab Rans duduk sebentar untuk menyapa para saudaranya.
"Dia uring-uringan lho berapa hari ini, ditempat kerja ada sempat mau debat sama satpam belum lagi si Javie sama Chand kena omel Aleen, terus nii yaa nggk bisa banget ke senggol beuh langsung deh, tapi dia cengeng banget kakaaa, aduhhh pengen aku masukin ke selimut terus aku peluk erat gitu." Adu Aireen
"Iya tuh bener banget semua aja kena, mana rewel banget kalo malam, tiba-tiba lapar, tiba-tiba nggak bisa tidur" Aideen ikut menyahuti.
"Hahahahah, Kaka juga sih sebenanrya, kangen sama dia terus gimana ya kaya serba salah gitu hampir aja kemarin nggak bisa masuk ruang operasi gara-gara demam dikit" ucap Rans jujur kepada semua saudaranya.
Rans berbincang sedikit mengikuti alur yang terjadi diruang tengah bahkan kan ia sempat berbaring di paha Matt sekedar melepas pemat, tontonan malam ini cukup seru apalagi film kesukaannya di putar, Aleen benar-benar kelelahan hari ini jadi dia tak sanggup lagi bergabung di kegiatan malam.
Hampir satu jam berlalu akhirnya Rans berjalan menuju kamarnya, ia bisa melihat Aleen memang kelelahan terbukti anak itu lebih dulu tertidur pulas dengan memeluk hoodie miliknya. Rans membersihkan diri lalu ikut bergabung dengan sang adik. "Kaka minta maaf juga ya dek udah bikin kamu kesal terus kepikiran, kaka itu sayang sama kamu makanya kaka nggak mau liat kamu sakit lagi adekku" Ucap Rans pelan seraya mengusap pelan rambut halus Aleen yang mengganggu mata indah yang sedang terpejam itu.
Rans memajukan tubuhnya lalu ia peluk erat Aleen. "Kaka ini pemarah sekali tapi kok bisa sih kamu sayang banget, udah berapa kali kena marah ya tetap aja kamu nyari kaka, makasih banyak lho dek, percaya deh rasa sayang kaka ke kamu itu lebih besar dari apapun bahkan setiap omelan yang kaka kasih ke kamu itu juga bentuk kasih sayang kaka" Rans berujar mengusap punggung adiknya yang tengah meringkuk seperti janin kecil.
Jhonny yang malam ini pulang sangat terlambat terpaksa harus berkeliling lagi, ia memilih untuk duduk sejenak setelah membersihkan diri lalu kaki itu melangkah menuju kamar yang letaknya beda-beba, bukannya merasa terbebani Jhonny malah senang sejak kepergian Ailendia, ia tahu bahwa kini tempat putranya pulang adalah dia.
Jhonny memasuki kamar Rans lebih dulu, mulutnya ia tutup karena tak kuasa menahan kegemesahan ini. Rans dan Aleen tertidur dengan posisi yang saling memeluk. Lekas Jhonny mendekat lalu ia kecupi dan ia peluk kedua putranya itu. "Astaga lucu banget kalian, pasti udah baikan nih, mau Daddy kantong kalian, huhuhu gemesh" ucap Jhonny bahagia
...
....
.....TBC ❤️
Ayooo yang suka jangan lupa vote dan kasi komentar yaaa, semoga bisa jadi penghibur kalian. Enjoy your time
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Daddy 2 |Nct Dream x Johnny|
FanfictionSide story of Wijaya Brothers Note : Cerita ini hanya dibuat untuk bersenang-senang sekedar mengobati rindu pembuat cerita ini kepada tokoh yang pernah dibuatnya pada cerita diawal. Mungkin jarang update ya, tergantung mood pembuat kisah nanti. Dida...