"lahh, ehhh, kok"
Javie yang baru saja terbangun langsung di suguhi pemandangan yang berbeda. Dirinya masih mengenakan piyama dan muka bantal khas bangun tidur. Javie berkacak pinggang dengan pandangan yang mengedar, semua saudaranya terlihat begitu rapi bahkan ruang tengah sudah tertata. Javie sengaja tidak di bangunkan agar bisa tidur lebih lama dan semua tugas Javie di rumah digantikan oleh yang lain selain itu perlengkapan Javie telah beres, dimasukan ke dalam bagasi mobil.
"Masih ada waktu dua jam, cepat siap-siap lalu sarapan" Perintah Matt yang mematikan penghangat ruangan. Javie ingin berbicara tapi ia tahan dulu, soalnya ketua sudah memerintahkannya dan sulit bagi Javie untuk melawan ataupun menyangggah.
"Tunggu apa lagi, cepat sana" suara Rans mengintrupsi.
Akhirnya Javie berlari menuju kamar mandi untuk melakukan apa yang di perintahkan saudaranya itu. Sewaktu masuk ke dalam kamar pun ia terkejut saat melihat seragam dinas pertamanya sudah tergantung rapi. Ia pakai itu dengan perasaan yang campur aduk. Javie tak tahu harus bereaksi bagaimana, jujur sebelumnya ia begitu excited dan tak sabar ingin melakukan kehidupan asrama namun pagi ini ia tiba-tiba merasa sedih dan tak ingin berjauhan dari keenam saudaranya itu.
"Kenapa?"
Javie mengalihkan pandangan ke arah pintunya yang terbuka. "Eh abang" Javie tersenyum lebar.
Aideen datang mengunjungi ke kamar Javie. "Sini abang bantu" Ucap Aideen sambil mengambil alih semua atribut yang susah payah Javie pakai. Telaten sekali lelaki itu membantu adiknya. Javie menatap dirinya melalui pantulan cermin dengan raut wajah yang berbeda, lalu di belakangnya lagi ada Aideen yang menepuk pelan pundaknya, Javie tersenyum kecut lalu ia raih tangan samg abang yang bertengger di pundaknya. "Ada yang ganggu pikiran kamu?" tanya Aideen tepat sasaran.
Javie menunduk dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Aideen erat, sehingga lelaki itu langsung mengubah posisinya agar berada di hadapan sang adik. Aideen masih diam menunggu adiknya membuka suara. "Abang, kenapa perasaan aku tiba-tiba beda ya?" ucap Javie dengan gagap akibat menahan tangisan yang sudah siap turun. Tanpa suara Aideen tarik tubuh adiknya untuk ia peluk. "Aku--aku nggak tau tiba-tiba begini" adu Javie lagi.
Aideen diam mendengarkan semua apa yang Javie ucapkan sambil terus mengusap punggung lelaki itu. "Kamu itu cuma ragu Jav, ini impian kamu kan? kalau terpisah dengan kami itu adalah hal yang membuat kamu gundah maka ubah cara pikirnya, jadikan perpisahan kita hari ini sebagai motovasi kamu biar semangat menjalani pendidikan disana lalu cepat pulang, kami selalu disini tidak kemana-mana" sahut Aideen
Javie mengangguk saja namun isakan itu tetap bisa Aideen rasakan. "Udah, hapus dulu air matanya, kita ke bawah, kasih abang sama kaka nungguin kita" Ajak Aideen lalu menuntun adiknya untuk ke ruang makan.
"Jav"
Javie tersenyum simpul sedangkan semua saudaranya berdecak kagum bahkan mereka semua berdiri dengan mulut yang sedikit terbuka. Javie menggaruk teguknya canggung akibat semua mata itu memandang kearahnya. Tubuh tegap miliknya memang serasi dengan balutan seragam kepolisian. "Ayo" Aideen kembali meraih tangan adik bungsunya untuk segera duduk dan menyantap sarapan.
"Adek, kamu ganteng banget" Chand memuji Javie dengan matanya yang tak beralih dari sosok Javie yang terlihat begitu berbeda.
"udah keren gini nggk boleh nanggis lho ya!, tenang aja kami juga nggak kemana-mana tetap di rumah ini" sahut Rans yang menyadari bahwa sejak tadi Javie itu murung, jadi sebisa mungkin mereka membangkitkan kembali semangat si bungsu. Biasalah anak paling disayang, pasti berat rasanya ingin berpisah terebih mereka memang tak pernah perpisah jauh dengan waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Daddy 2 |Nct Dream x Johnny|
FanficSide story of Wijaya Brothers Note : Cerita ini hanya dibuat untuk bersenang-senang sekedar mengobati rindu pembuat cerita ini kepada tokoh yang pernah dibuatnya pada cerita diawal. Mungkin jarang update ya, tergantung mood pembuat kisah nanti. Dida...