"Aleen! udah berapa kali kaka ingatkan kalau kerja itu seperlunya aja jangan sampai kaya gini, harus di ingat dong! kamu itu punya daya tahan tubuh yang lemah, nggak seharusnya energi kamu di porsir kaya gini! kalau sakit gimana? kamu mau liat Daddy, Abang sama adek sedih? gitu mau kamu?" Satu suara Rans yang meninggi terdengar sampai ruang tengah.
Para penghuni yang tengah menyibukkan diri itu terpaku dan mendengarkan keributan yang terjadi di dapur. Rans terkadang begitu sensitif apalagi jika terlalu banyak bekerja sudah pasti emosinya tak stabil. Dengan was-was mereka mengintip ke arah dapur yang hanya ada Aleen juga Rans, Aleen baru saja pulang dari kantor setelah seharian bekerja dan lembur, namun ada kelalaian yang ia buat yaitu mengabaikan telpon dari sang kaka.
Rans sebenarnya tak marah hanya saja ia ingin adiknya itu belajar memperhatikan kesehatannya, Rans tidak ingin lagi melihat adiknya itu meringis kesakitan apalagi seperti yang kemarin.
"Lho!! Kaka tuh kenapa? kok marah-marah gitu toh hari ini aku cuma pulang telat sedikti lagian pelerjaannya nggak terlalu cape, aku juga nggak ngerasa terbebani., aku tau kok kalau aku ini lemah" Aleen menyahuti dengan suara yang takkalah nyaring sehingga membuat Rans semakin mendidih. Pandangan mereka berdua sama-sama tajam dengan nafas yang memburu.
"Ohhh gitu yaaaa!!! sekarang udah berani sama kaka nya" Rans berkacak pinggang lalu menganggukkan kepalanya. "Bagus ya dek, mentang-mentang udah besar, kamu tuh ya kalau di kasih tau tuh di dengarin bukan masuk telinga kanan keluar telinga kiri." Rans berkata lagi kepada Aleen yang tengah meneguk habis air putih dingin yang tadi sempat di siapkan oleh sang kaka.
Brak
Aleen tak sengaja meletakkan gelas itu keras sehingga menimbulkan bunyi nyaring. "Kak, udahlah lagian aku tuh nggak kenapa-kenapa, aku masih sehat, baru juga pulang dari kantor udah kena marah, kaka punya dendam apa sih sama aku? kalau udah nggak sayang tuh bilang, kalau nanti kerepotan sama aku yaudah aku bisa cari rumah sakit sendiri biar nggk ngerepotin kalian" Aleen menyahuti dengan anda suara yang lebih tinggi dibandingkan yang tadi sehingga Rans semakin menatap kearah nya tajam.
"kamu ini benar-benar ya Harleen, bisa-bisa nya kamu bicara begitu ke kaka, tega kamu" Rans berkata demikian karena perasaannya sedikit terluka mendengar ucapan sang adik yang begitu mudahkan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Apakah salah kalau dia memgkhawatirkan adiknya ini. Rans cuma ingin memberitahu bahwa sakitnya Aleen itu adalah kesedihan yang terdalam bagi mereka.
"Malas banget, salah terus kalau sama kaka tuh" Aleen berjalan cepat meninggalkan dapur lalu melangkahkan kakinya menuju lift yang terhubung langsung dengan kamarnya sedangkan di dapur ada Rans yang terdiam sendirian. Rasa sayang dan khawatirnya terhadap adiknya itu ternyata disambut dengan cara yang kurang menyenangkan, terlebih Aleen sekarang sudah bisa membantah perkataannya. Rans sedih tapi ia tak tau harus bagaimana. Mungkin sekarang mereka sama-sama sensitif jadi lah bedebat.
Sejak perdebatan itu terjadi Rans lebih banyak diam bahkan saat ia menata makanan diatas meja. Yang lain tak mau ambil resiko jadi ya mereka hanya mencoba menenangkan dua belah pihak. Beginilah kalau mereka sedang dalam keadaan berdebat.
"Waktunya makan malam" Rans sedikit berteriak sehingga otomatis para saudaranya juga Daddy berjalan kearah meja termasuk Aleen. Biasanya Rans dan Aleen duduk bersebelahan tetapi hari ini ketika Aleen mendudukkan diri disamping Rans, Rans malah berdiri dan mencari kursi yang lain. Aleen melihat kaka yang melangkah itu dengan pandangan sedih. Aleen ingin berucap namun Rans tak melihat kearahnya sedikitpun.
Suasana makan malam masih tetap sama bagi mereka kecuali Rans yang banyak diam dan tak bersuara sama sekali bahkan saat makanan di piringnya telah habis ia bergegas membawa piring ke wastafel, sesaat ia kembali ke meja makan untuk berpamitan.
"Daddy aku istirahat duluan ya, besok ada operasi pagi" ucap Rans lalu memeluk sang Daddy erat, setelahnya ia berpamitan kepada Matt juga saudaranya yang lain terkecuali Aleen yang menunggui gilirannya namun Rans berjalan begitu saja melewati sang adik yang sudah merentangkan tangan.
Bibir Aleen melengkung ke bawah dengan wajah yang berubah menjadi murung. Ia berhenti makan lalu dengan cepat ia melangkahkan kaki menuju kamarnya.
"kenapa tuh pada nggak tegur sapa?" Jhonny bertanya menyenggol lengan Matt
"Biasa Dad, debat sore mereka tadi. Rans kayanya kebablasan marahin Aleeen terus Aleen juga nyaut nya nyaring ke Rans, mereka sahut-sahutan gitu" Lapor Matt menceritak gambaran besar yang terjadi hari ini.
"Heboh banget mereka berdua di dapur" sambung Aireen
"Yaudah sih biarin aja, paling lama tiga hari yang ada Aleen sakit kalau kelamaan jauh dari kaka Rans" ucap Aideen lagi
"Lagian kenapa coba tadi Kaka Aleen nyaut gitu ke kaka Rans, padahal Kaka Rans cuma khawatir aja" Javie berkata sedikit kesal
"Nggak usah ikutan, yakin deh bentar lagi juga baikan" Chand ikut berbicara sambil menutup mulut Javie yang banyak ngomong ini.
Tiga hari telah terlewati namun keadaan tidak berubah sedikit pun lima saudara itu tengah duduk diruang tengah sedangkan dua nya lagi begitu sibuk dengan dunia masing-masing. Sore hari ini Rans mendapatkan tugas untuk kerumah sakit sebagai dokter pengganti, kejadian tak terduga terjadi, tanpa sengaja saat ia menuruni anak tangga ajaibnya Aleen juga ada disana namun Rans seolah tak melihat kehadiran sang adik.
"mau kerja lagi?" Matt bertanya
"iyaaa bang, kan aku udah cerita kemarin" Jawan Rans duduk sebentar disamping sulung lalu memeluknya dari samping. Tak mau kalah Aleen yang melihat itu buru-buru duduk disamping Matt juga dan memeluknya seperti yang dilakukan Rans.
"pulang kapan?" tanya Aleen
"nggak pulang" sahut Rans seadanya.
"kalau ditanya itu ya jawab" Aleen menyahuti
"emang nggak pulang, males" sahut Rans lagi
"sekalian aja nggak usah pulang, tinggal aja di rumah sakit" Aleen menyahuti lalu ia memejamkan mata dengan tangan memeluk Matt
"siapa juga mau pulang mending rawat pasien yang berjuang mati-matian biar sembuh dan nggk bikin kelurganya sedih sama khawatir" Rans tidak mau kalah
"Ransss.....Aleen" tegur Matt yang mulai merasakan hawa-hawa perdebatan makin meningkat, mau menengahi tapi tidak bisa karena mereka berdua lagi sama-sama sensitif jadi nungguin waktu yang pas aja.
"yaudah aku berangkat dulu ya abang jangan lupa jaga kesehatan, love you abang" Selesai berpamitan Rans sungguh pergi meninggalkan rumah. Aleen berlari kecil menuju jendela dan melihat mobil sang kaka melaju dengan cepatnya meninggalkan pekarangan rumah.
"btw udah lebih tiga hari sih ini" Chand berbisik ke telinga Javie.
"iyaaaa lhooo, aku kira udah baikan ternyata belum, yang ini lama banget deh" jawab Javie.
"Terus, mana Aleen nya?" Aideen bertanya
"Tadi sih didepan jendela sekarang lari ke kamar, mungkin nanggis kali, tadi aku dengar Aleen tanya ke kaka Rans tapi dijawab singkat gitu aja" sahut Aireen seadanya sambil meletakkan kakinya diatas paha Aideen.
...
....
.....TBC ❤️
Ayooo yang suka jangan lupa vote dan kasi komentar yaaa, semoga bisa jadi penghibur kalian. Enjoy your time
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Daddy 2 |Nct Dream x Johnny|
FanficSide story of Wijaya Brothers Note : Cerita ini hanya dibuat untuk bersenang-senang sekedar mengobati rindu pembuat cerita ini kepada tokoh yang pernah dibuatnya pada cerita diawal. Mungkin jarang update ya, tergantung mood pembuat kisah nanti. Dida...