"Nggak kerasa ya, ternyata besok banget kita lihat mereka pergi, kaya ini kecepatan nggak sih, tiba-tiba banget" Rans mendudukkan dirinya di atas sofa. Lelaki itu duduk sambil menyesap secangkir teh hangat buatannya. Ia lirik beberapa berkas dan dokument yang tergeletak di atas meja. Jemarinya lincah mengambil dan membolak-balikan setiap lembar kertas yang kini di jikid rapi.
Suara kekehan kecil menyapa indra pendengarannya lantas ia memalingkan wajah dan memberikan atensi penuh kepada orang yang telah duduk disampingnya. "Siapa yang menduga hal ini, ternyata mereka lebih berani dibandingkan kita" Sahut Matthew dengan suara khasnya.
Mata mereka melirik ke arah sudut rungan yang mana sudah berjejer rapi koper dan ransel untuk keberangkatan besok. Jadwal Chand dan Javie hanya selisih satu hari, awalnya mereka memiliki rencana untuk mengantarkan kedua adiknya ketempat baru mereka tapi sayangnya, kesibukan tak bisa di hindari sehingga niat ingin berangkat ke Mosscow sama-sama harus dibatalkan. Chand berangkat sendirian namun di negara sana perlengkapannya telah di siapkan dengan matang jadi ia tak perlu khawatir lagi.
Selagi kedua orang itu larut dalam pembicaraanya, Chand datang lalu menjejalkan tubuhnya diantara Rans juga Matt, lelaki kecil itu mengaitkan kedua lengannya lalu ia tertawa pelan. Rans dan Matt menangkap lain. Tawa dari adiknya itu adalah tawa yang menutupi kesedihan. Meskipun terlihat tegar sebenarnya Chand juga sedih harus berpisah dengan saudaranya. "Mau puas-puas dulu peluk abang sama kaka, takutnya kalau udah di sana rindu karena nggak ada yang bisa peluk" gumam Chand
Ketiga orang itu lalu tersentak saat mendengarkan gema tawa yang menghiasi kediaman mereka. Disana ada Aleen, Javie juga Aideen yang begitu sibuk bermain banyak hal, Rans kembali menatap ke arah Matt. Rasanya seperti mereka ulang adegan masa kecil mereka.
"Jus dan cheese cake nya sudah datang" Terdengar suara nyaring milik Aireen yang baru saja tiba dari dapur.
Sorak sorai kebahagian terdengar, mereka berebut dan melahap makanan itu dengan berbagai gaya.
"Abaanggg...." Javie datang dengan tangan yang merentang dan berjalan menuju Matt. Matt hanya tersenyum lalu ikut merentangkan tangannya. "Malam ini kita tidurnya sama-sama ya, nggak boleh ada yang di kamar" pinta Javie begitu serius bahkan ia membujuk Matt agar saudaranya yang lain setuju.
"Daddy pulang"
Suara Jhonny yang terdengar lantang tentu membuat semua putranya lekas berdiri dan menoleh ke arah sumber suara, meskipun sedikit terlambat tetapi Jhonny tak akan permah kehilangan setiap moment penting untuk putranya. Sorak kegembiraan tentu bersahutan takkala mereka melihat dua tangan Jhonny penuh dengan paper bag yang berisi jaket keluar terbaru dari merek ternama. "Sorry Daddy telat pulang, soalnya harus ngambil ini" Ujar nya sambil memperlihatkan kedua paper bag besar itu.
"Wahhhhh" Aleen tercengang dengan mulut yang sedikit terbuka. Kali ini sudah setelan yang keberapa yang mereka miliki. Terkadang Jhonny selalu memberikan barang serupa untuk putranya, sejak kecil mereka selalu di berikan pakaian yang tak jauh berbeda bahkan sampai sekarang terkadang jaket dan sepatu harus di berikan ciri dan nama pemiliknya.
"Ini model terbaru lho, buat musim dingin nanti, ambil masing-masing satu sesuai dengan inisial nama dan yang terpenting apa kaka Rans?"
"Jangan sampai hilang, yang hilang di denda" sambung Rans begitu semangat memberitahukan tentang denda.
Aideen mencibik, pasalnya ada nada singgungan di sana. Aideen pernah menghilangkan satu barang miliknya jadi saat itu Rans marah sekali sampai mendiamkan Aideen untung saja Matt bersedia membantunya mencari dan ternyata tersimpan di lemari Aleen.
"Keren banget jaket nya" Javie girang sambil melihat-lihat jaket yang berinisialkan namanya.
Jhonny sengaja membeli setelah baru sebelum keberangkatan Javie dan setelan itu akan di pakai ketika mereka berkumpul saja. Setelah menuruti apa yang Javie mau, malam ini mereka sungguh tidur bersama di ruang tengah. Jhonny berbaring nyaman di atas sofa dan ketujuh putranya selonjoran di bawah. Berisik sekali memang tapi suara itu adalah penyemangat Jhonny. Rencana tidur lebih awalh hanya wacana saja, buktinya kiauan mereka masih saling bersahutan, sampai-sampai Jhonny tak mendengar lagi suara televisi.
"Katanya mau tidur" Tegur Jhonny
"nanti dulu Dadd, masih seru nih, besok kan Javie udah nggak di rumah lagi" jawab Aleen
"Pakai di ingatin lagi, jadi murung kan si Aireen" Aideen gerak cepat menjewer telinga adiknya yang telah membuat Aireen pundung lagi.
"Adek kamu beneran besok banget pergi nya" Aireen memeluk Javie dengan sorot mata yang mulai berkaca-kaca.
"Cari gara-gara memang si Aleen" sunggut Rans
"Aku salah apa ya sodara-sodara? kan Javie memang tugas nya besok" Aleen protes tak terima. "Kalau gitu aku pergi juga deh, aku pindah ke negara lain aja, cape kena marah terus" Aleen balik kesal lalu ia membalik badan membelakangi para saudaranya.
"Ihhh jangan, kalau kamu ikutan pergi terus temannya abang siapa? tega kamu mau ninggalin abang juga, nggak sayang lagi?" Aireen menarik-narik tubuh Aleen agar berbalik dan bisa ia peluk namun Aleen sudah terlanjur pundung.
"Kaya anak kecil aja" Sunggut Chandler, si anak keenam yang juga akan pindah negara lusa besok. Jadwal kebernagkatannya sehari setelah mengantar Javie ke asrama kepolisian.
"Kalian ini nggak ngantuk ya, abang liat-liat dari tadi ada aja pembahasannya, nggak habis-habis, satu topik selesai ada lagi topik baru."Matt mulai bersuara, jujur ia mulai mengantuk tetapi kicauan para adiknya membuat rasa mengantuk itu hilang. Keenam orang itu hanya terkekeh. Rans membalik tubuhnya lalu masuk kedalam pelukan Matt, entah mengapa yang lain juga ikut berbalik dan saling memeluk satu sama lain sehingga kini posisi mereka semua saling berpelukan dengan menghadap Matthew.
"Abang, mau makan mi instant" Bisik Ransey
"Aku juga mau"
"Aku mau"
"Mau banget
"Abang please"
"Abang Ayo"
Rans ini berbisik atau bagaimana sih, satu ucapan yang keluar dari mulut Rans langsung di setujui oleh adik-adiknya yang lain dan MAtt bisa apa, selain mengiyakan. AKhirnya para anak-anak itu berlarian ke dapur untuk mencari mi instant kesukaan mereka masing-masing. Matt tentu sama saja tetapi ia sudah terlalu kenyang karena memakan kue yang di buat Aireen sore tadi. Hampir jam dua belas malam tetapi suara ribut itu masih saja terdengar begitu segar, Matt bingung energy mereka seperrti tak ada habisnya.
"Tidur ayo, adek-adek abang, besok kita bernagkatnya pagi banget, masa nggak ada yang mau tidur sih! udah ya kita lanjut besok, belum lagi nanti drama bangun tidurnya" Matt mencoba menertibkan kembali.
Rans lebih dulu berlari dan membaringkan tubuhnya di tempat semula. Ia langsung menyamankan diri di samping Matt. Chandler memilih tidur di samping Aideen, karena Chand bilang memeluk Aideen itu nyaman, kalau Javie diapit oleh Aleen juga Aireen, mereka bertiga berpelukan erat.
"Cape kan, udah tidur sekarang" Perintah Jhonny lagi.
"Good night Daddy" ujar mereka bersamaan
"good night boys" balas Jhonny kemudian ikut bergabung dengan mencari tempat kosong dan mulai mengistirahatkan dirinya di samping ketujuh putranya. Mungkin setelah ini keadaan rumah mereka takkan seramai dulu, karena tujuh orang itu telah memilliki tanggung jawabnya masing-masing. Jhonny sadar meskipun sedikit tak terima, namun ia yakin ikatan batin mereka tetaplah sehebat dulu meskipun harus dipisahkan oleh jarak yang ada. "Love you kesayangannya Daddy" Bisik Jhonny
...
.........
TBC ❤️
Ayooo yang suka jangan lupa vote dan kasi komentar yaaa, semoga bisa jadi penghibur kalian. Enjoy your time.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Daddy 2 |Nct Dream x Johnny|
FanfictionSide story of Wijaya Brothers Note : Cerita ini hanya dibuat untuk bersenang-senang sekedar mengobati rindu pembuat cerita ini kepada tokoh yang pernah dibuatnya pada cerita diawal. Mungkin jarang update ya, tergantung mood pembuat kisah nanti. Dida...