Ujian kelulusan semakin dekat dan tinggal hitungan jari membuat Javie dan Chand selalu belajar di kamar mereka kalau lagi bosan mereka belajar bersama di perpustakaan dengan dimentori langsung oleh Matt atau Aleen terkadang Daddy turun langsung mengawasi mereka berdua belajar. Sebenarnya tak perlu seperti ini karena pada dasarnya mereka itu memang cerdas hanya saja kalau lagi kepepet atau panik mereka berdua suka lupa rumus, jadilah begini setiap malam Matt menjadwalkan mereka untuk belajar bersama di perpustakaan.
Agar tak merasa terbebani hal itu juga berlaku untuk yang lain jadi sehabis makan malam mereka tidak menyalakan televisi melainkan ke perpustakaan untuk belajar bersama. Aideen yang mendapatkan cuti dari rumah sakit lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur, berbeda dengan Aireen yang sibuk bereksperimen dengan berbagai resep.
Daddy duduk di hadapan Javie juga Chand dengan mata yang tak lepas pandang, kacamata itu bertenger dengan tangan yang membaca buku. Beberapa kali Javie terlihat menguap dan matanya beberapa kali tertutup.
"Dadddyyy cape, pengen tidur dulu" Javie mulai merengek karena rasa kantuk yang tak bisa ditahan lagi. Bungsu Wijaya itu memang terlihat lebih lelah karena belakangan ini bukan hanya belajar ia juga harus mengikuti pelatihan fisik dan pemeriksaan rutin.
"Yaudah, guys belajar malamnya stop aja yaa kita lanjut besok, personilnya udah pada ngantuk nih" Ucap Jhonny dan membuat semuanya langsung berseru girang. Bahkan satu persatu dari mereka langsung berlari kecil menuju kamar masing-masing untuk mengistirahatkan diri. Sedangkan Jhonny masih duduk didalam ruangan itu sambil membaca kembali dua surat yang di serahkan oleh Chand juga Javie.
University Muscow Nation
Royal Northwest Mounted Police
Jhonny berbohong kalau ia tidak sedih dan berat hati untuk melepaskan kedua putranya. Chand meminta izin untuk melanjutkan pendidikannya di Rusia sedangkan Javie memutuskan untuk menjadi seorang polisi tingkat kriminal dua. Dengan susah payah Jhonny mengambil pena lalu ia goreskan di atas selebaran kertas itu. Tanda bahwa ia menyetujui dengan apa yang tertuliskan di dalam surat tersebut.
Masih ada sekitar enam bulan sebelum melepas keduanya tapi rasa rindu dan khawatir terus saja bersarang di diri Jhonny. Chand dan Javie tak pernah jauh darinya juga saudaranya yang lain, terlebih lagi mereka itu sangat disayang juga dijaga dengan baik. Chand yang sensitif dan Javie yang mudah rindu.
"lho, Daddy masih disini ternyata"
Jhonny lekas menyeka air matanya saat melihat si sulung masuk.
"Kok abang belum tidur juga?" Jhonny balik bertanya.
"Tadi aku habis cek adek, ehh udah pada tidur semua dan kebetulan lewat sini, pintunya belum di kunci juga lampunya belum mati" Jelas Matt. "Daddy kenapa?" Matt bertanya saat melihat raut wajah yang berbeda itu.
Jhonny menggelengkan kepalanya membuat Matt melihat kearah kertas yang berada ditangan sang Daddy. "Aduh Daddy pasti mellow nih perkara mereka mau jauh" ujar Matt. Jhonny menangguk lalu menatap Matt. Matt terkekeh lalu memeluk Daddy. "Ihhh Daddy lucu banget" Ucap Matt merengkuh tubuh sang Daddy sambil mengusap pelan.
Entahlah seiring bertambahnya usia Jhonnu semakin mudah menanggis bahkan melihat perkembangan ketujuh putranya saja sudah cukup membuatnya emosional beberapa hari.
"Nggk kok, Daddy tuh cuma, aduh gimana yaa, ini pertama banget Daddy lepas dua dari kalian buat hidup sendiri, abang tau sendirikan giman Chand sama Javie" ucap Jhonny lagi mendongkak menatap manik mata putra sulungnya yang sama berbinar nya dengan mata Jhonny.
"Iyaa Daddy, abang tau banget cuma yaa kembali lagi kita harus yakin mereka pasti bisa, kadang kita nggk tau, bisa jadi mereka yang paling manja itu adalah orang yang paling berani mengambil tindakan, aku yang paling tua aja nggk mau jauh-jauh dari Daddy dan lebih milih lanjutkan study di sini" Jelas Matt menenangkan sang Daddy. "Chand dan Javie anak yang hebat lho Daddy, aku aja kaget waktu Javie ngasih surat ke aku" ucap Matt lagi dengan suaranya yang khas.
Setelah pembicaraan dengan si sulung kini Jhonny merasa lebih lega. Semua yang ia rasakan belakangan ini perlahan mulai tenang.
Keesokan paginya semua begitu sibuk menyiapkan berbagai macam keperluan dua bungsu yang akan menghadapi ujian. Aireen bangun pagi guna membuat sarapan juga menyiapkan bekal untuk kedua. Aleen yang membantu persiapan mereka lalu Matt yang melakukan tes terhadap apa yang mereka ujikan hari ini.
"Vitaminya udah di minumkan dek?" tanya Rans yang langsung mendapat anggukan dari keduanya. Setelah menanyakan hal itu Rans kembali memeriksa kondisi fisik keduanya, bukan main persiapan mereka padahal kedua bungsu itu hanya ingin melakukan uji coba akhir semester tapi kelima kakanya malah lebih sibuk dari mereka.
"Abang hari ini aku diminta cek kesehatan buat lengkapi berkas" ujar Javie berbicara kepada Aideen yang telah menyelesaikan dokument yang diminta oleh Rans.
"Pulang sekolah nanti abang jemput" Jawab Aideen.
"Ayo berangkat" Ucap Matt.
Sebelum berangkat kedua orang itu tengah berpamitan dan meminta doa dari Daddy juga kaka-kakanya. Chand lebih gugup dibandingkan Javie. Kentara sekali dari rau wajah mereka berdua.
"Jangan lupa doa ya sayang, apapun nanti hasilnya kami semua pasti bangga yang penting kalian sudah berusaha dan belajar dengan rajin" Ucap Jhonny
"Iya Daddy, terimakasih banyak, tolong doa banyak-banyak yaa biar adek sama kaka di nerikan Tuhan kemudahan hari ini" Sahut Javie lalu memeluk sang Daddy erat.
"Kaka Chand udah, tarik nafas, tenang, semuanya pasti baik-baik aja" ucap Jhonny lagi saat melihat Chand yang mulai tak karuan. Jika terlalu gugup biasanya Chand akan kehilangan fokusnya sehingga semuanya menjadi buyar untuknya. " Sini Daddy peluk dulu, biar gugupnya ilang" Jhonny menarik pelan tangan putranya untuk bergabung dalam pelukan erat itu.
"Udah yaa, nanti telat nih" Lalu kedua orang itu dengan tak relanya melepaskan pelukan mereka.
Selama di perjalanan menuju sekolah Chand dan Javie tak henti-hentinya berdoa bahkan tangan mereka selalu bertaut. Jujur Matt ingin tertawa melihat hal tersebut melihat tingkah kedua adiknya. Tak lama waktu berlalu kini mobil milik Matthew berhenti di depan gerbang. Si sulung keluar dari mobil lalu membukan pintu untuk kedua adiknya.
"Abang" Panggil Chand
"Iya adek, ada apa?" tanya Matt balik
"Kalau nilai adek nggak sesuai harapan, abang nggak marah kan?" tanya Chand dengan raut wajah yang khawatir.
"Nggak dong, ngapain juga marah ada-ada kamu" jawab Matt cepat, mulai lagi deh si bungsu pertama ini kalau gugup itu suka ngawur. "udah sana masuk kelas nanti telat" perintah Matt lagi.
"See you abang, doakan kami yaa" Javie berujar sambil melayangkan flying kiss nya kepala Matt.
"See you bye sayangnya abang" balas Matt sambil melambaikan tangan dan melihat kedua orang itu semakin menghilang dari pandangannya. Pantas saja Daddy terlihat selalu murung ternyata rasanya seperti ini, melihat mereka masuk gerbang aja Matt merasakan sedih bagaimana nanti Matt melihat mereka pergi dengan pilihan mereka.
...
....
.....TBC ❤️
Ayooo yang suka jangan lupa vote dan kasi komentar yaaa, semoga bisa jadi penghibur kalian. Enjoy your time. Btw masih ada yang ingat sama kisah ini kah? udah lama deh nggak lanjut cerita yang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Love You Daddy 2 |Nct Dream x Johnny|
FanfictionSide story of Wijaya Brothers Note : Cerita ini hanya dibuat untuk bersenang-senang sekedar mengobati rindu pembuat cerita ini kepada tokoh yang pernah dibuatnya pada cerita diawal. Mungkin jarang update ya, tergantung mood pembuat kisah nanti. Dida...