Take Five

169 22 9
                                    

Myungha mengedip dan hari ini sudah hari ke tujuh syuting di mulai. Sangat lucu bagaimana waktu berjalan, kecepatannya bergantung si penanggung. Waktu tidak pernah berubah tetapi rasa lama dan cepatnya tidak pernah konsisten.

Karena rambut panjang Myungha, mereka syuting masa pertemuan kembali Minhyuk dan Jinoo terlebih dahulu. Cukup sulit membangun emosi saat syuting dimulai tidak berurutan seperti ini.

Myungha menghela napas. Dia bisa menghadapinya, dia yakin akan hal itu. Tapi memang rasa lelahnya tak bisa dielakkan. Hidup Minhyuk sangat menguras emosi. Myungha harus banyak menguras air matanya saat syuting.

Suara Hairdryer terdengan nyaring di kamar mandinya yang sempit, sepertinya Myungha harus membeli baru. Suaranya sudah mulai mengganggu.

Myungha masih belum terbiasa dengan rambut panjangnya, tangannya meraba rambut orang lain yang ditanamkan dikepalanya. Dia tidak menyangka susah sekali merawat rambut panjang. Sekarang butuh tambahan waktu 20 menit untuknya keramas dan mengeringkan rambut. Mau tidak mau Myungha harus bangun lebih awal dan dia bukanlah morning person. Bangun pagi membuatnya jadi pemarah.

Benar-benar permulaan hari yang kurang menyenangkan.

Myungha memandang dirinya di cermin, tangannya lunglai di wastafel karena pegal. Selain mata panda dan sembabnya yang sangat kelihatan Myungha merasa dia tidak terlihat buruk.

Myungha masih bertanya-tanya apakah dia terlihat bagus dengan rambut barunya? Berapa kalipun dia melihat bayangan dirinya di cermin menurutnya dia tidak terlalu buruk. Malahan Myungha merasa cantik, tetapi mengapa reaksi Yeowoon setelah melihatnya seperti itu?

Myungha tidak mengerti arti tatapan itu, apakah Yeowon terheran-heran? Terkejut? Terpesona? Mengapa selalu terkesiap setiap melihatnya dengan rambut panjangnya? Seolah seperti melihat alien. Matanya yang membola itu, Myungha akan sangat menyukainya jika saja reaksi itu bukan diberikan Yeowoon setelah memandang Myungha.

Myungha dengan kesal kembali mengeringkan rambutnya. Suara wrrrwrwrrwrwrrwrw dari hairdryernya bersahutan dengan gerutuan Myungha.

"Sialan! ini kan udah seminggu, masa belum terbiasa juga? Emang dia nggak pernah liat cowok rambut panjang?”

Myungha bukannya tidak bertanya setiap Yeowoon menatapnya dengan pandangan itu, pernah Myungha berniat menggoda dengan “kenapa? Cakep ya?” yang dijawab,”iya.” Oleh Yeowoon dengan acuh tak acuh. Bukannya Yeowoon malahan dia yang tersipu.

Myungha tidak pernah bisa menyembunyikan saat dia sedang salah tingkah, seluruh badannya lebih suka pamer. Entah telinga atau pipinya atau lehernya semua akan memerah dengan sembarangan. Jadi Myungha tidak ingin mengulang kejadian memalukan itu.

Myungha tidak pernah bisa menang, mau mengelakpun penilaian Yeowoon penting untuknya. Kalau Yeowoon mengatakan dia cakep tentu hati Myungha akan bersuka-cita. Bisa apa dia?

Myungha mengikat rambutnya asal toh nanti akan dirias juga. Dia membiarkan dua helai rambutnya teruntai di wajahnya. Myungha sedang mengoleskan lipbalm saat teleponnya berbunyi, dia mengangkatnya dan menyalakan loudspeaker karena Myungha masih harus memakai jaket dan parfumnya.

“Halo?”

Yeowoon pasti mendengar suara grasak-grusuknya.

“Udah siap? Aku tunggu di bawah ya?”

“iya,” jawab Myungha singkat.

Myungha mematikan teleponnya dan berlari-lari kecil sambil memakai sepatu. Myungha mengeluh saat melihat banyaknya flyer di dinding tangga, pemilik gedung masih belum bertindak. Bagaimana mungkin mereka mengabaikan keamanan penghuni gedung begitu saja?

And, scene.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang