Take eleven: Cha Yeowoon

232 33 25
                                    

Tae Myungha.

Pertama kali Yeowoon bertemu dengannya, Myungha menyapanya malu-malu. Myungha sangat kurus, sangat muda (fakta mengejutkan bahwa Myungha lebih tua darinya), dan sangat menawan. Tipe wajah yang memang cocok berada di depan kamera.

Yeowoon yang tadinya berencana bersikap tegas dan profesional meleleh melihat mata Myungha yang membulat saat dia mengenalkan diri sebagai manager. Ah, dia mendapatkan artis yang lugu. Keberuntungan karena pasti akan mudah mengurusnya. kerugiannya dia harus ekstra menjaganya, lugu bukanlah sifat yang cocok jika ingin bertahan di dunia hiburan.

Seumur hidupnya, Yeowoon menghabiskannya untuk mengurus orang lain. Bisa dibilang dalam hal ini lama pengalaman kerja Yeowoon sangat disukai para perekrut. Namun, baru kali ini yeowoon mengurus orang yang sangat manut, bahkan neneknya saja sering membantah. Tahun pertama yang mudah bagi Yeowoon.

Semakin mengenal Myungha, Yeowoon sejujurnya menanti kapan dia akan berubah menjadi penuntut, tetapi rupanya sifat asli Myungha memang seperti itu. Myungha tidak sedang berakting. Mungkin salah satu kekurangan Myungha adalah dia sangat lalai dan ceroboh. Myungha juga tidak enakan, susah mengatakan tidak dan sulit baginya untuk meminta tolong. Lugu. Bahkan setelah setahun, Myungha masih saja lugu.

Pekerjaan utama Yeowoon adalah mencari pekerjaan untuk Myungha, mengatur jadwalnya, dan mengantarkannya ke tempat kerja. Pekerjaan keduanya adalah menjaga Myungha agar tidak kena tipu. Pekerjaan ketiganya adalah menjadi teman Myungha.

Yeowoon tidak suka mengikat dirinya dalam hubungan, teman, pacar, sahabat, Yeowoon tidak suka semua itu. Di kepala Yeowoon ada beberapa sekat yang setiap sekat dia isi dengan pekerjaan dan bagaimana cara bertahan hidup. Di hati Yeowoon ada beberapa ruang yang berlabel orang tersayang (dihuni neneknya dan Kyunghoon), label pekerjaan (karena selain menggunakan otak tidak apa-apa pakai hati sedikit), dan ruang tak berlabel yang diisi Tae Myungha. Terkadang Myungha masuk kedalam ruang kerja, terkadang dia berdiri hampir memasuki ruang tersayangnya. Tidak tau mengapa Yeowoon tidak ingin Myungha di sana, dia ingin Myungha tetap di otak (sekat kerja, karena Myungha pekerjaannya) dan di ruang hatinya yang tak berlabel.

Yeowoon jarang sekali bisa menahan dan membentengi dirinya setiap berhadapan dengan Myungha. Mata berkeling memohon dan bibir maju satu senti, Yeowoon selalu lemah. Jadi, saat Myungha bertanya tentang dirinya Yeowoon dengan suka rela menyerah. Myungha tau banyak hal tentangnya, hal yang bahkan Yeowoon enggan untuk mengingat.

Entah sejak kapan, Tae Myungha adalah teman. Yeowoon merasa ini sangat berbahaya, dia sudah terlalu sering melewti batas. Pertemanannya dengan Kyunghoon sudah mengajarkan Yeowoon bahwa mengaburkan pekerjaan dengan perasaan pribadi adalah jalan yang penuh resiko. Namun, tentu saja si pemberani Yeowoon menerabasnya. Dia pikir dia bisa menghadapi konsekuensinya. oh dia salah.

Pertengkaran pertamanya dengan Myungha, semua terjadi karena dia.

“Kamu masih punya nenek?”

Myungha menghindari tatapannya dan mengangguk.

“Kamu nggak pernah jenguk?”

Myungha masih menghindari tatapannya dan menggeleng.

Wajah Yeowoon mengeras, dia menggertakkan rahangnya. Jika neneknya masih di sini Yeowoon tidak akan pernah meninggalkan sisi neneknya barang sedetikpun. Myungha tidak tau betapa beruntungnya dia.

"Kamu bakalan nyesel nanti,” katanya menghakimi, mengabaikan air mata Myungha.

Yeowoon mendapati Myungha malam itu setelah pulang dari rumah sakit, terisak sendirian. Memeluk dirinya yang rapuh. Tak memiliki seorang pun di sisinya.

And, scene.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang