Take Eight

187 27 19
                                    

Myungha membereskan kopernya untuk kesekian kali. Tidak ada yang perlu dirapikan karena sebenarnya yang dia tata adalah pikirannya.

Yeowoon menanggapi serius tentangnya yang ingin ikut ke Gunsan. Yeowoon entah bagaimana bisa mengatur agar jadwalnya kosong dua hari tiga malam ini.

Sebulan lebih sudah berlalu, jadwal syuting Myungha mulai merenggang. Inilah mengapa Myungha adalah artis dan bukannya manager, dia masih kesulitan memikirkan bagaimana cara Yeowoon melakukan semua itu. Yeowoon  masih sempat mencarikan sponsor untuk Myungha dan jadwal lain untuk promosi series bahkan memberinya hari libur.

Karena apartemen Myungha agak jauh, Yeowoon menawari Myungha untuk menginap di apartemennya. Ini bukan pertama kalinya bagi Myungha, dia pernah mampir ke sana, tetapi menginap? Tidur di ranjang Yeowoon?

Myungha memukul jarinya yang gemetar karena gugup. Dia menutup kopernya lagi entah untuk yang ke berapa kalinya.

Pintu apartemennya terbuka, Yeowoon masuk dan langsung mengomel.

“Satpam apartemen ini kerjanya apa sih? Pamflet promosi udah merembet ke lantai atas. Kok bisa ngebiarin orang luar masuk?”

“Tau deh, penghuni juga udah sering lapor, mungkin karena nggak ada yang dirugiin makanya dibiarin.”

“Nunggu ada yang kerampokan dulu apa gimana?”

Myungha menghendikkan bahunya, sudah menyerah mencoba melaporkan isu ini.

“Aku udah siap semua, yuk berangkat.”

Yeowoon melirik koper besar Myungha, matanya menyipit bertanya-tanya.

“Bawa apaan? Gede banget?”

“Jaga-jaga, lebih baik bawa lebih daripada kurang.”

“Yaudah, terserah.”

Yeowoon mengambil koper Myungha dan menyeretnya keluar, “Ayo, taksinya udah nunggu.”

Mereka tidak bisa menggunakan mobil perusaan untuk urusan pribadi, jadi Yeowoon memesan taksi. Besok pagi Kyunghoon dan sopirnya akan menjemput mereka di apartemen Yeowoon.

“Kamu pesen hotel di sana?” tanya Myungha setelah mereka sudah di dalam taksi.

“Biasanya iya, tapi kali ini nginep di rumahnya Kyunghoon.”

“Nggak apa-apa tambah aku? Aku kan orang luar.”

“nggak apa-apa, Kyunghoon yang nawarin. Lagian rumah dia gede banget, banyak kamar.”

“Aku nggak mau sendirian di rumah orang asing.”

“Kyunghoon kan temenmu.”

“Belum di level akrab apalagi ada Mamanya.”

“Yaudah, nanti sekamar sama aku.”

Myungha senyum-senyum, modus operandinya berhasil. Myungha akan memanfaatkan dua hari ini untuk terus menempel pada Yeowoon.

Sesampainya di apartemen Yeowoon, mata Myungha berkeliling melihat isi apartemen Yeowoon. Kata artikel dari internet, kita bisa melihat pribadi orang dari rumahnya.

Yeowoon tinggal di apartemen bawah tanah yang sempit, tetapi semua barangnya tertata rapi dengan pencahayaan yang temeram hangat. Saking rapinya Myungha mengira ruangan ini seperti model apartemen yang biasa digunakan untuk promosi. Yeowoon pasti sudah berusaha keras membersihkannya sampai kinclong.

Myungha tau Yeowoon pria yang sangat rapi, tetapi seingatnya dulu setiap dia mampir ruangannya tidak serapi ini.

“Maaf ya kecil,” kata Yeowoon, terlihat tidak enak.

And, scene.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang