Request by trakteer.
Jam dua pagi. Lampu apart sudah padam semua, kecuali lampu kamar mandi. Seluruh member Aespa sudah tertidur —
“pipis, pipis, pipis...!”
— Kecuali satu bocah, Winter.
Kaki kecilnya berlari menyusuri apart menuju kamar mandi, sudah kebelet ingin pipis.
Awalnya, Winter enggan keluar dari kamar karena di luarkan gelap sekali. Tapi, Winter tipak tahan lagi — Winter perlu pipis sekarang.
“pipis, pipis, pipis!”
Mulut kecil Winter berucap seraya kakinya melangkah cepat menuju kamar mandi.
“pipis — oh.”
Namun, langkahnya terhenti di depan sebuah pintu — pintu kamar Karina, leader Aespa.
Kaki Winter gemetar, disilang agar pipisnya tidak bocor. Namun, kepalanya menengadah, menatapi pintu kamar sang leader sesaat, sebelum akhirnya ide nakal muncul pada otaknya.
Winter membuka pintu kamar tidur Karina.
“brr…”
Gelap dan dingin.
Akan tetapi, Karina sudah tertidur lelap. Dan ketika sang leader sudah tidur tidak ada yang bisa membangunkannya lagi, bahkan gunung meletus sekali pun.
Winter menutup pintu kamar tidur itu. Ia berlari kecil ke kasur, menarik selimut yang dipakai sang leader untuk menyingkir dari Karina.
Karina selalu tidur dengan posisi yang kaku menurut Winter — menghadap ke depan, kaki selonjoran, dan tangan bertengger di atas perut.
Seperti mayat dalam peti saja.
Sudahlah, tidak perlu Winter pedulikan.
“eunghh… mau pipis” keluh Winter.
Dan, ia akan pipis di sini.
Winter menarik turun celana sang leader hingga celana tidur itu terlepas dari tungkai yang lebih tua. Mata coklat Winter berbinar melihat area selangkangan Karina — memek tembem sang leader.
Benar, Winter akan pipis di dalam memek Karina.
Tetapi, melihat memek Karina membuat Winter sedikit ngiler. Mungkin Winter akan mencicipi memek Karina dulu sebelum ia penuhi dengan air kencing.
Winter melebarkan kaki Karina, membuat yang lebih tua mengangkang di hadapannya. Wajahnya ia condongkan ke arah selangkangan, menghirup aroma khas vagina sang leader — aroma yang sungguh menggiurkan.
“mhmm… memek Karina unnie”
Winter menjilat bibirnya, mengendus-endus memek itu, menghirup aroma wanginya sedalam yang ia bisa. Baunya membuat kepala Winter pening — tidak sabar mengokop memek Karina.