Bab XXVII: Peninggalan

36 4 0
                                    

"Apa kau bahkan tahu dimana Interniran Terlarang ini berada?" tuntut Emmanuel, berjalan di samping Benjamin.

Keduanya berada di antah brantah, di sekitar Istana Rabani yang tak seharusnya mereka lewati. Dan jika Benjamin mengatakan bahwa dia sebenarnya tak tahu menahu tentang dimana mereka berada, Emmanuel akan mendorongnya ke dinding dan mencekiknya.

Dan ketika dia berbalik, binar penuh rasa takut terlihat, sang Crystalbone tengah menyiapkan tinjunya.

"Tapi–" Havenglow itu berusaha, mundur ketika melihatnya lagi. "Aku yakin ada sesuatu."

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku–" dia menarik nafas, meletakkan tangan di tengkuk dan menggaruknya. "Aku menemui Sondia tadi pagi. Itulah kenapa aku sedikit lama ketika membawakan sarapan kita."

"Kau," dia mengulangi. "Menemui Sondia sendirian?"

Jika Benjamin menatap ke arahnya, Emmanuel berharap bahwa dia tak dapat menangkap apa yang menjadi pandangannya. Karena sayang sekali bahwa si mawar putih juga tak memahami perasaannya.

Ada sedikit rasa terharu karena laki-laki itu memikirkan bagaimana misi mereka berlanjut dan meminta pertolongan. Ada rasa ditinggalkan ketika menyadari bahwa dia pergi sendirian.

Namun ada sedikit perasaan aneh ketika dia menyadari bahwa Benjamin menggabungkan kata menemui dan sendirian.

Ada rasa kacau ketika dia mengetahui bahwa Benjamin menemui seseorang sendirian, calon ipar atau pun bukan.

Dan dia membenci itu.

Emmanuel hanya berharap bahwa Benjamin takkan menyadari itu dari binar matanya. Namun mungkin terlambat, karena laki-laki itu mendekat ke arahnya, menyentuh lengannya sementara dahi berkerut, seolah menyadari bahwa dia memiliki sesuatu yang tak dia sukai.

"Apa ada yang salah?"

Pertanyaan itu membuatnya mengalihkan pandangan, mundur untuk menjauh darinya. "Sondia," mulainya. "Apa yang dia katakan?"

Dia dapat melihat bagaimana Benjamin merasa kecewa, seolah tahu bahwa dia tengah menutup kembali pintunya.

Namun bel biru itu hanya menghela nafasnya. "Dia mengatakan bahwa kakakmu menyimpan sesuatu di tempat yang tak pernah diketahui orang lain." Benjamin meraih sesuatu dari lehernya. "Kakakku memberiku ini."

Emmanuel menerima bandul kalung tersebut — sebuah kalung dengan bandul sabit ungu, dan dia merasakan hatinya teriris ketika menyadari bandul bulan tersebut sangat dia kenali.

"Ini cantik sekali. Dan dia memberikannya padamu?"

Di bandul lain adalah sebuah kunci kecil, seolah itu adalah milik sebuah peti yang tak pernah mereka ketahui. Mungkin itu adalah peninggalannya.

"Kakakmu meninggalkan ini padamu?"

"Dia mengatakan bahwa ini akan kembali pada para mawar putih," ucapnya. "Ketika waktunya tiba."

Waktu. Bahkan dengan harimau putih Selket yang memperingatkannya, bahkan dengan mimpi-mimpinya, Emmanuel masih tak memahami waktu yang berpacu bersamanya. Dia masih tak memahami kenapa semua ini terjadi padanya dan kakaknya.

Dan dia bersumpah untuk mencari tahu apapun itu. Hutang yang diberikan tanpa adil pada mereka — dia akan menyelesaikan ini semua.

"Sebuah tempat yang hanya kakakku tahu," gumamnya. Mungkin bukan hanya kakaknya — mungkin juga Lucas. "Aku mengerti."

Mungkin mereka dapat mencari interniran terlarang dari sana. Mungkin Oliver meninggalkan sebuah jejak.

"Ayo," ucapnya, memastikan bahwa Benjamin tengah mengikutinya ketika dia beranjak pergi.

Under the Sky and Moon • sunsun • end •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang